Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Jumat, 20 September 2019

SESUNGGUHNYA (Cerpen)


Cerpen

SESUNGGUHNYA
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Sholat Jum’at yang biasanya terasa tenang, adem ke badan kini terasa seperti di buru-buru. Mengapa khotib ceramahnya begitu lama, mengapa hawa diruangan masjid terasa panas. Hal-hal bisikan dari luar yang membuat sholat juga tidak khusu. Dipikir lebih dalam ternyata batin ini sedang gundah. Batin ini seperti mengingatkan ada hal lain yang harus juga dituntaskan. Hal lain yang membuat segala hal terasa jadi terpikirkan. Ya aku sadar dalam beberapa bulan ini keuangan jauh dari harapan. Jauh sekali dari kebutuhan banyak orang. Terasa sekali efeknya jadi kemana-mana.
            Dulu...,  mendengarnya terasa janggal kalau ada orang yang gajinya sampai minus. Kini bukan kata orang lagi namun aku menyadari sendiri. Karena hal ini menjadi pegalaman pribadi. Betapa hati ini jadi sangat tidak tenang ketika ada yang datang ke rumah menagih ini dan itu. Sandaran vertikalpun jadi hilang karena pusing dibuatnya.
Benar...kalau lagi banyak hutang seperti sekarang ini rasa-rasanya berdoa juga seperti percumah. Habis yang datang menagih seperti tak pernah berhenti. Pernah berdoa agar jangan ada yang datang ke rumah menagih hutang sebelum aku punya uang untuk membayarnya. Baru juga kalimat itu diucapkan, masya Alllah yang datang ke rumah menagih cicilan tetap ada.
Kini anda boleh tidak percaya, golongan IV.a uang yang ada di dompet hanya Rp. 12.000. Besok harus bagaimana? Mempersiapkan ini dan itu bagaimana? Seandaianya rejeki hari ini tidak turun dari Yang Maha Kuasa sudah dapat dipastikan besok lebih blangsak lagi. Sengaja hal ini aku tuangkan bahwa dalam hidup ini aku sedang mengalami fase-fase penuh dengan was-was, hutang disana-sini. Masa-masa sulit yang harus aku lewati.
Ya Allah sebenarnya manajemen apa yang sedang Kau pertontonkan pada kami? Kalau kami sebagai manusia punya salah dengan sejujurnya aku minta maaf. Seandainya kami punya banyak sekali dosa bukalah pintu maaf. Buka kembali pintu rejeki yang selama ini Kau tutup! Aku pusing kalau sudah ada yang datang ke rumah menagih. Bukankah Kau sudah perlihatkan bahwa Kau ambil mobil kendaraan yang sempat menjadi kendaraan keluarga. Kini aku tidak memiliki kendaraan roda 4. Begitu pula dengan kendaraan roda 2 yang tidak ada BPKBnya karena semuanya digadaikan untuk menutup ini dan itu.  Ini semua agar bisa melangsungkan  pendidikan anak-anak kami. Namun masih saja belum bisa menutupi kekurangan. Setiap harinya kami harus  pontang-panting mencari sambilan.
Tulisan ini memang sesungguhnya terjadi. Bila suatu saat aku membaca lagi  pasti akan tertawa. Kami telah mamasuki masa-masa sulit dalam hidup. Masa-masa  penuh dengan cobaan. Suatu masa dimana kami banyak merepotkan orang yang ada dikanan dan kiri. Ya...suatu masa sulit yang terjadi di Tahun 2019.
                                                            ***
Terkadang kalau sudah gelap suka berfikiran ekstrim...., tadi saja ketika akan sholat lalu teringat ada yang nagih hutang lalu sholatnya dibatalkan. Tidak bisa mengingat Allah kalau hutang juga selalu diingat-ingat. Maka daripada terbelah dua pemikiran dengan Yang Maha Kuasa maka sholatnya dihentikan. Aku belum sholat ashar karena hutang masih terus terpikirkan. Urusan dosa dan tidak...terserah yang Maha Kuasa . Kalau masih saja terpikirkan akan ditagih orang lain maka aku juga suka berdoa. Kiranya       dipermudah rejeki sehingga bisa terbayar satu per satu hutang yang aku punya. Nyatanya...! Sulit sekali aku meraihnya. Terasa sekali sulit kalau Yang Diatas sana masih saja menutup pintu rejeki. Bukannya rejeki itu harus dikejar? Sudah dikejar kemana-mana namun tetap saja sulit untuk dipegang, inilah yang sedang aku hadapi.
Namun demikian...ketika sadar hal itu salah maka mulai lagi aku mengingat Tuhan. Meminta lagi sedikit demi sedikit agar kiranya Allah turunkan  rejeki. Manakala tidak dikabul-kabulkan barulah...sholat juga enggan. Barangkali inilah watak manusia? Entahlah....
Pemikiran sulit sekali untuk lepas dari yang namanya bagaimana bisa lepas dari hutang. Kalau sholat saja masih memikirkan Tuhan maka , Tuhan tergeser oleh yang namanya hutang. Dari itu aku suka menghentikan sholat kalau pikiran hutang tiba-tiba menghadang ketika sedang sholat. Bukan bermaksud tak akan sholat! Tapi tidak ingin hutang mengalahkan kedigjayaan Yang Maha Kuasa. Dari sini mudah-mudahan bisa dipahami.
Ya Allah berilah aku petunjuk agar bisa melunasi hutang dengan cepat.
Sementara disudahi dahulu tulisan ini karena sedang dalam kondisi yang kurang menguntungkan. Masih banyak yang sedang dipikirkan sampai Yang Diatas sana benar memberikan pencerahan.  Sungguh....hal ini merupakan kisah sesugguhnya. Berusaha untuk tetap berfikir positif.

                                                                                           Cirebon, 20 September 2019