Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 28 Januari 2020

Kerajaan Atas Angin (Artikel)


ARTIKEL

KERAJAAN ATAS ANGIN
Oleh: Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
            Beberapa bulan terakhir kita dihebohkan dengan bermunculannya beberapa kerajaan baru. Tentunya kita masih ingat bahwa yang namanya kerajaan tidak serta merta muncul lalu memproklamirkan berdirinya sebuah kerajaan baru dalam waktu sekejap. Kerajaan apalagi yang lebih besar seperti kekaisaran (empire) tentu sudah mengakar sejak dahulu.  Anak turunannya yang kemudian melanjutkan estafet pemerintahan.
            Hilangnya sebuah kerajaan memungkinkan manakala keturunannya sudah tidak ada lagi bisa karena faktor alam seperti bencana alam bisa pula karena ‘dihabisi’.  Dahulu Rusia adalah sebuah kekaisaran dimana kaisan terakhirnya adalah bergelar Tsar. Terjadinya revolusi disana menyebabkan keluarga Tsar dibunuh oleh rejim komunis. Anak keturunannya yang selamat melarikan diri ke berbagai negara. Mereka yang lolos tak pernah dipublikasikan masih ada atau sudah habis semua. Waktu itu rejim komunis mencari keluarga Tsar sampai benar-benar hilang dari peredaran.
            Demikian pula dengan Iran sebelum terjadinya Rovolusi Iran. Raja yang bergelar Syah meregang nyawa didalam istananya sendiri ketika Rovolusi Iran gergejolak. Syah yang hidup glomor harta sementara rakyatnya menjerit susah mencari makan membuat rakrat berontak. Jadilah kini Iran menjadi sebuah republik Islam setelah raja dan keturunannya dilengserkan dengan cara kudeta berdarah.
            Di Afrika juga sama dahulu Libya merupakan sebuah negara dengan sistem monarki. Kepala negara dan kepala pemerintahannya dijabat  oleh raja. Setelah kudeta berdarah raja dilengserkan dan diganti dengan republik yang kepala negaranya adalah seorang presiden. Nasib kerajaan-kerajaan yang hanya mementingkan keglamoran keluarga raja saja berakhir dengan mengenaskan.
            Hilangnya sebuah kerajaan yang paling terkenal adalah dengan runtuhnya kerajaan di Prancis. Perlawaan rakyat yang sudah muak dengan tingkahlaku keluarga bangsawan dibuktikan dengan penyerbuan terhadap penjara Bastile. Penjara yang didalamnya dipenuhi oleh orang-orang yang secara vokal menentang kezdoliman raja dan keluarganya yang hidup dengan kemewahaan sementara rakyatnya kelaparan. Penjara Bastile berhasil diruntuhkan dan orang-orang lalu menyerbu kediaman raja. Kerajaan yang sudah lama berdiri akhirnya runtuh dan Prancis kini dipimpin oleh seorang presiden sebagai kepala negaranya.
            Fenomena Kerajaan Baru di Indonesia
            Publik terhentak ketika ada seorang tokoh masyarakat yang hanya lokal saja kepopulerannya lalu mendeklarasikan berdirinya sebuah kerajaan. Adalah Totok Hadiningrat  yang mengundang awak media memperkenalkan berdirinya Keraton Agung Sejagat. Spektakuler juga wilayah kekuasaannya sebab Korea Utara yang punya nuklir dan Amerika Serikat adalah bagian dari wilayahnya. United Kingdom England juga bagian dari Keraton Agung Sejagat. Klaim juga ditujukan terhadap Pentagon yang merupakan gedung yang sangat fenomenal di Amerika dimana markas Departemen Pertahanan Amerika Serikat diklaim sebagai bagian dari Keraton Agung Sejagat. Hebat juga pidato Totok dihadapan awak media dengan pakaian kebesaran sang raja.
            Sepertinya Badan Intelejen Indonesia (BIN) kecolongan dengan  apa yang disampaikan oleh Raja dari Keraton Aguhg Sejagat. Mengundang  awak media dengan klaim yang tak tanggung-tanggung terhadap beberapa kerajaan yang ada di dunia. Konon saja Polres Purworejo menggulung tokoh dan pengikut Keraton Agung Sejagat.
            Seperti gayung bersambut setelah Keraton Agung Sejagat dibubarkan Polres dan  pentolannya digiring ke markas, kini disebelah barat muncul kerajaan serupa walau katanya diakui oleh petingginya tak sama dengan Keraton Agung Sejagat. Kali ini di Jawa Barat muncul yang namanya Sunda Empire. Kekaisaran yang katanya masih merupakan bagian dari kerajaan agung yang pernah berdiri di tanah Sunda dengan seorang raja yang memang legendaris Susuhunan Sri Paduka Prabu Siliwangi.
            Petinggi Sunda Empire Raden Rangga menyebutkan kalau  pemimpin tertinggi Sunda Empire dalah seorang perempuan dengan nama Ratu Agung Ratna Ningrum Sri Siliwangi. Ratu Agung Ratna Ningrum Sri Siliwangi ini posisinya sebagai kaisar. Dibawah kaisar masih ada lagi yaitu posisi perdana menteri (PM). Hebatnya lagi dalam Sunda Empire ini bahwa  Perdana Menteri Dunia artinya seluruh tatanan bumi, apakah presiden, raja, diatur dalam Grand Prime Minister (Perdana Menteri) yang dijabat oleh Nasri Banks yang tak lain adalah  suaminya Ibunda Ratu Agung.
            Masih menurut Raden Rangga beberapa tokoh dunia seperti Jack Ma pendiri Alibaba sang pengusaha online yang sukses dan istrinya Donald Trump, pengusaha Bill Gates ikut bagian dalam Sunda Empire. Sunda Empire-Earth Empire itu adalah kekaisaran matahari, kekaisaran bumi. Juga diartikan Sunda itu suku Sunda, tapi ini adalah tindakan, proses turun-temurun kekaisaran dari dinasti ke dinasti dan saat ini dinasti Sundakala demikian yang diucapkan  Raden Rangga dalam video yang diunggah di youtube.
            Masih menurut Raden  Rangga, Sunda Empire ini terbagi menjadi enam wilayah. Di antaranya  Sunda Atlantik dimana Bandung sebagai tera cop diplomatik dunia dan Sunda Nusantara.
            Munculnya keraton-keraton diatas angin atau kekaisan yang wilayahnya entah berantah membuat kita yang mendengarkan suka tertawa geli. Seolah klaimnya terasa benar karena dibumbui oleh fakta sejarah yang dipotong-potong sesuai dengan keinginan si pencipta. Nama-nama yang disebutkan memang ada dalam sejarah tapi tidak ada kaitan dengan kemunculan keraton atau kekaisaran baru seperti Keraton Agung Sejagat ataupun Sunda Empire. Rasa-rasanya Jack Ma ataupun Bill Gates akan tersenyum kalau dikonfirmasi akan keikutsertaannya dalam Sunda Empire.
            Pemerintah dalam hal ini harus serius menangangi bermunculannya kerajaan-jerajaan baru. Bila dibiarkan setidaknya akan mennganggu stabilitas nasional. Disamping itu hal seperti ini bila dibiarkan akan berdampak negatif pada keraton-keraton yang legal.
            Fenomena kemunculan beberapa keraton atau kerajaan apalagi kekaisaran baru seperti Sunda Empire, Keraton Agung Sejagat seperti berada di negeri dongeng. Keberadaannya hanya terbilang hari atau bulan saja lalu lahir. Dalam sekejap mata sebuah kerajaan bisa berdiri. Sikap tegas dari pemerintah yang akan mengakhiri keberadaan kerajaan dan kekaisaan yang wilayahnya diatas angin. Pemerintah harus bersikap tegas jangan sampai yang seperti ini makin bertebaran yang membuat kondisi makin tak menentu. Belum lagi rakyat kecil yang tidak tahu menahu hanya karena iming-iming akan diberi jabatan dalam pemerintahan baru di kerajaan atau keraton lalu ikut berbagung.
            Seperti membaca sebuah buku kumpulan cerita lucu. Dengan terus menerus didogma akhirnya seseorang akan ikut bergabung dalam sebuah ikatan. Apalagi dengan adanya janji-janji manis untuk bisa mendapatkan sesuatu menjadi daya tarik tersendiri. Apalagi anak-anak muda dengan adanya pakaian yang mentereng dengan pernak pernik kepangkatan militer membuat lebih tertarik lagi.
            Seperti dalam sebuah cerita kalau kita sedang membaca buku dongeng. Munculnya beberapa kerajaan dan kekaisaran baru membuat mesem yang menyaksikannya. Namun yang seperti ini memang nyata adanya. Entah sedang muncul fenomena apa dinegeri tercinta Indonesia ini. Mudah-mudahan kita jangan sampai terjebak didalamnya yang akhirnya ikut bagian dari beberapa kerajaan yang baru muncul. Tetaplah dalam bingkai NKRI.

                                                                                                           *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                               Tinggal di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar