TEROMPET DUKA
DI AWAL TAHUN
Oleh : Nurdin Kurniawan
Keceriaan
terlihat dari sorot Anto dan Hamidah kakak beradik yang akan liburan tahun baru
di Bekasi. Uwaknya yang ada di Bekasi megajak untuk liburan tahun baru. Tentu saja ajakan sang uwak
ditanggapi dengan sukacita. Maklumlah hampir dua tahun Anto dan Hamidah tak mengunjungi
rumah sang uwak. Biasanya uwak sendiri yang datang ke Cirebon menjemput dengan
mobil pribadinya. Mustofa terlihat gembira ketika kakaknya datang dengan sengaja
mau membawa anak-anak berlibur di Bekasi.
Dulu
ketika masih punya mobil Mustofa sering mengajak anak-anak bepergian. Setidaknya
kalau mau belanja sembako sengaja ke kota hanya untuk membahagiakan sang anak.
Kini mobil itu sudah tak ada lagi. Adanya sang kakak yang datang dari Bekasi
untuk mengajak liburan tentu merupakan hiburan tersendiri buat anak-anak.
“Selama
di rumah uwak jangan nakal ya...”
“Ingat
jalan lupa untuk sholat tepat waktu!”
Anto dan Hamidah berpamitan pada kedua
orangtuanya. Mustofa beserta istri sengaja tak ikut karena ada kesibukan yang
tak bisa ditinggal. Lagi pula kalau ikut pergi ke Bekasi hanya akan merepotkan
sang kakak. Mustofa tahu betul kalau kamar sang kakak yang ada di Bekasi hanya
3. Untuk anak-anaknya saja masih kurang tempat apalagi kalau Mustofa ikut nanti
akan tidur dimana?
Anak-anak
tampak senang sepanjang perjalanan. Dilihat kanan-kiri Tol Cipali yang lagi
ramai. Memasuki daerah Indramayu hujan
mulai turun bahkan ruas tol yang masih terbilang baru ini juga ikut terendam
banjir. Mobil sangat hati-hati melewati jalanan yang mulai tergenang air.
Pelan-pelan asal selamat, akhirnya sampai juga di Jati Asih – Bekasi.
Deretan
perumahan penduduk yang berjejer tertata rapih. Rumah Wak Jamhuri berada ditengah-tengah
pemukiman. Berada dideretan yang terletak di tengah blok pula. Jalan yang ada didepan
rumah hanya bisa dilewati satu mobil. Kalau ada 2 mobil maka salah satunya
berhenti atau tak jadi keluar memberi kesempatan pada mobil yang berada diluar
untuk jalan terlebih dahulu. Komplek perumahan di kota memang sangat
memperhitungkan lahan yang ada. Kalau masih bisa dibangun rumah maka pihak
pengembang akan membangunkan rumah. Masalah fasilitas umum dikesampingkan
terlebih dahulu.
Rencannya
sore akan jalan-jaln ke alun-alun Kota Bekasi menyaksikan pesta kembang api.
Sudah dari siang segala macam keperluan
disiapkan termasuk membawa bekal makan yang rencananya akan dimakan di
alun-alun lapangan Kota Bekasi. Tak lupa terompet tahun baru yang sengaja
dibeli disalah satu pedagang kaki lima yang mangkal dekat lampu merah.
Terkadang
menunggu adalah waktu yang sangat melelahkan. Anto yang masih duduk dikelas 6 SD
dan sang adik yang baru duduk di kelas 4 SD tentu berharap bisa menyaksikan
pesta kembang api yang katanya tak kalah meriah dengan pesta kembang api yang ada
di Jakarta. Semenjak lepas magrib barang-barang sudah dikemas dimasukkan dalam
mobil.
Diluar
hujan mulai turun. Mulanya hanya rintik-riuntik namun lama-lama turun hujan mulai besar. Sambil menunggu hujan reda menyaksikan
acara di televisi. Hujan makin terasa derasnya. Petir menggelegar membelah
bumi. Anak-anak mulai makin tak nyaman saja. Inginnya keluar rumah namun
suasana di luar yang membuat keluarga Jamhuri menunggu waktu yang tepat.
Ditunggu
beberapa jam hujan tak mau reda. Dilihat jalanan yang mulai tergenang air. Air
yang tak biasanya masuk rumah kini sudah memenuhi teras rumah.
“Sepertinya
makin besar saja hujannya”
“Sandal-sandal
tolong dimasukkan rumah saja”
Pengeras suara di masjid sudah
memberitahukan warga agar waspada. Rumah yang diujung dekat dengan sungai mulai
dimasuki air. Makin panik warga dengan adanya air yang mulai masuk pemukiman.
Barang-barang yang masih bisa dipindahkan maka dipindahkan menghindari
terjadinya kerusakan yang lebih parah. Air hujan malah meringsek masuk kamar.
Disaat sedang memindahkan barang-barang yang bisa dipindahlan jangan sampai
tergenang kini listriknya mati. Dalam gelap gulita berusaha untuk memindahkan
barang-barang ke loteng yang sekiranya aman.
Baru
kali ini yang namanya hujan terbilang hebat derasnya. Ditunggu sampai reda
eh...tak reda-reda. Air malah makin tambah banyak. Kentongan di masjid mulai dibunyikan
agar warga yang bisa mengungsi untuk
mengungsi ke Kantor Kelurahan. Disana memang ada aula di lantai dua
kantor kelurahan yang bisa dimanfaatkan untuk mengungsi.
“Ayo
semuanya ke loteng”
“Jangan
ada yang di bawah!”
Usep dan Dadan anak Wak Jamhuri yang
masih kuliah ikut bantu-bantu menggotong barang-barang elektronik yang masih
bisa diselamatkan. Listrik mati yang terdengar diluar hanya suara kentongan yang
makin keras ditabuh. Rupanya komplek
perumahan ini sudah dikepung banjir.
Jalan
di depan rumah terlihat seperti sungai baru dengan alirannnya yang sangat
deras. Beberapa mobil yang terpakir didepan rumah yang berada di jalan mulai
bergerak. Suara sirine alarem mobil yang bunyi dengan sendirinya. Rupanya
mobil-mobil itu berbenturan dengan benda keras lainnya yang dilalui mobil yang terbara arus.
Jamhuri
ikut menyaksikan kalau mobil Avanza yang terparkir depan rumah mulai bergerak
mengikuti arus. Mau keluar rumah dicegah sang istri.
“Mau
kemana?”
“Sudah
biarin saja jangan macam-macam...”
“Arusnya
sangat deras...”
Maksud Jamhuri siapa tahu apa ada benda
yang bisa digunakan untuk mengganjal ban agar mobil jangan sampai terbawa arus.
Sirine dalam mobil meraung-raung tak mau
berhenti. Dari loteng Jamhuri menyaksikan mobil kesayangannya bergerak terbawa
arus. Dibelakang mobil Jamhuri ada pula mobil tetangganya yang juga ikut
terbawa arus. Di ujung jalan mobil-mobil ini beradu dengan kendaraan lain yang
kebetulan bertemu di satu titik.
Malam
yang seharusnya gembira diawal pergantian tahun menjadi duka yang tak terperi.
Air makin naik setinggi dada orang dewasa. Kalau anak-anak mungkin sudah tenggelam.
Ditunggu sampai pertengahan malam menjelang pergantian tahun hujan masih turun
walau tidak sebesar waktu isya tadi. Tapi entah kenapa air bukannya surut akan
tetapi makin banyak saja. Rupanya di daerah Bogor hujan juga yang mengakibatkan
air kiriman ikut memasuki wilayah Bekasi.
Tak
terdengar suara terompet menjelang pergantian tahun. Setiap rumah rupanya sibuk
dengan urusan banjir. Mereka sibuk menyelematkan barang-barangnya masing-masing.
Dilihat Anto dan Hamidah yang tadinya akan merayakan pergantian tahun di Kota
Bekasi sudah tertidur. Jamhuri hanya bisa mengelus-elus dada. Jauh-jauh Jamhuri ke Cirebon hanya ingin
membahagiakan keponakannya namun apa daya. Hujan deras yang menggenangi Bekasi
menjadi awal petaka di pergantian tahun
Sampai
pagi memasuki Tahun 2020 tak terdengar suara terompet yang bisanya membahana
seantero langit Bekasi. Kali ini hanya kesedihan yang diarasakan penduduk Bekasi.
Jati Asih seperti hamparan lautan yang tak bertepi. Semuanya berisi air coklat
yang dilain tempat berubah berwarna hitam.
Segala
aktivitas dilakukan di loteng. Tak berani turun sementara air masih terlihat tinggi.
Barulah sekitar pukul 09.00 air mulai surut. Penduduk sudah ada yang berani
keluar rumah. Sengaja mengayuh menggunakan drum minyak memanfaatkan air yang
masih tergenang untuk kemelihat suasana Jati Asih yang tenggelam.
Tak
bisa menyaksikan berita di tv karena listrik masih mati. Informasi hanya
didapat dari HP. Ternyata bukan hanya Bekasi yang terendam tapi ibukota negara
juga ikut tenggelam. Terompet duka di awal tahun baru. Disaat orang-orang di
negara lain menyambutnya dekan sukacita namun untuk Indonesia derita yang dirasakan. Di jalan-jalan dilihat
banyak kendaraan yang teronggok dipingggir jalan. Satu bertumpang tindih dengan
kendaraan lainnya. Seakan mobil tak ada harganya tergeletak di pinggir jalan
tak ada yang merawati. Kendaran motor juga banyak gergelimpangan tak tahu siapa
pula pemiliknya. Jangankan untuk menyelamatkan kedaraan, untuk menyelamatkan nyawa sendiri saja
terasa sulit.
Derita
di awal pergantian tahun. Jamhuri hanya bisa membelai kedua keponakannya yang
tak sempat melihat keindahan kembang api
di awal pergantian tahun. Terompet yang dibeli di dekat lampu merah juga tak
tahu kini keberada dimana, yang penting sekeluarga selamat. Jamhuri masih belum
mengecek keberadaan kendaraan roda empat satu-satunya yang ia miliki. Dilihat
kedua keponakannya ikut merasakan sedih. Boro-boro ingat mobil yang penting
kini sekeluarga masih dalam lindungan Allah Taala.
Setelah
air surut barulah Jamhuri mencoba mencari mobil avanza birunya. Dilihat setiap
onggokan mobil yang bertumpangtindih dengan mobil-mobil yang lain. Setelah
dicari ternyata mobil yang kemarin memjemput kedua keponakannya bergerak 150 meter dari tempatnya berada. Dekat dengan
pertigaan beradu bertumpukan dengan mobil yang lain dalam posisi terbalik.
Terompet
duka di awal tahun baru. Kesedihan yang mendalam tak bisa membawa jalan-jalam
keponakan yang dari awalnya ingin menyaksikan pesta kembang api di langit
Bekasi. Awal tahun yang membuat seisi rumah harus banyak-banyak membaca
istigfar. Mungkinkah ini amarah alam yang sudah kesal dengan ulah manusia yang
sesuka hati berbuat semaunya. Jagan pula bertanya pada rumput yang bergoyang
karena hanya akan menambah banyak PR yang belum dikerjakan.
Cirebon, 3 Januari 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar