Cerpen
MENANTI DUA MINGGU
Oleh : Nurdin Kurniawan
Masih
terselip embun pagi disaat jagat diramaikan oleh keberadaan covid-19. Sepanjang
jalan terlihat aktivitas buruh tani bawang yang mencabuti rumput asyik dengan
pekerjaannya. Masih terlihat mobil bak
terbuka yang menurunkan rombongan wanita yang akan menanam bawang merah.
Beberapa lagi bergerombol disalah satu jalan masuk ke areal persawahan sambil
menikmati nasi bungkus yag dibawa dari rumah. Tak terganggu dengan maraknya
pemberitaan tentang covid-19.
Pagi
itu tak terlihat rombongan anak-anak sekolah yang nangkring diatas atap mobil
angdes ataupun mobil elef. Merebaknya virus covid-19 membuat pelajar bahkan
mahasiswa diliburkan selama dua minggu. Kebijakan antisipatif terhadap makin
merebaknya covid-19. Kebijakan yang disambut gembira anak-anak sekolah. Dengan demikian
liburnya makin terasa panjang. Masih belum terasa benar libur semester kemarin
dan baru kali ini terasa dibalasnya.
Namun
anehnya guru-guru masih dibawajibkan berangkat ke sekolah. Selama anak-anak
belajar dirumah maka guru punya tugas tambahan. Model pembelajaran yang tadinya
tatap muka diganti dengan moda daring. Ramailah group WA ataupun media sosial
lainnya seperti facebook dan twitter yang berisi tugas-tugas sang guru yang
harus dikerjakan anak didik.
Anak-anaknya
libur masa sang guru masih juga harus berangkat ke sekolah. Disamping itu punya
tugas tambahan untuk membuat PR bagi anak-anak selama masa belajar di rumah.
Guru-guru yang tak familier dengan dunia IT gelisah harus bagaimana mensikapinya.
Tak mau pusing lalu pasrah dengan keadaan.
“Kalau
mau libu ya libur saja...”
“Jangan
ada tugas macam-macam”
“Lagipula
anak di kampung tidak semuanya memiliki HP android”
“Jagankan
HP android...”
“Gurunya
saja masih HP jadul!”
Beberapa guru yang ada di ruang guru
tertawa. Mereka sadar kalau selama ini masih menggunakan HP jadul. Daripada tak
punya sama sekali yang jadulpun tak apalah. Yang penting bisa sms-an dan bisa
nelpon.
Terasa
sepi hari kedua libur sekolah. Beberapa guru
hanya ngobrol ringan di ruang guru. Mereka masih membicarakan kebijakan
Mas Menteri yang masih belum meliburkan guru. Lalu ramailah dunia maya akan
kebijakan yang rupanya tidak berpihak pada guru. Jadilah media sosial menjadi
ajang yang sangat bagus untuk mengutarakan pendapat yang selama ini tak
teraspirasikan. Dibuat meme-meme yang membuat geli kalau dibaca. Ternyata guru
bersahabat dengan covid-19. Bahkan ada yang mengatakan kalau covid-19 adalah
anak guru sehingga tak perlu ditakuti. Bahkan covid-19 dijadikan soal yang
katanya soal HOTS.
Semua orang
dihimbau untuk berdiam diri di rumah. Tetapi guru harus tetap ke sekolah. Dari pernyataan diatas dapat
disimpulknan bahwa guru....
A.
Guru
memiliki anti virus corona
B.
Virus
tidak bisa menginveksi guru
C.
Guru
tidak termasuk golongan orang
D.
Guru
dapat mendidik virus corona
E.
Guru
orangtua corona
Itulah soal HOTS yag diperoleh dari WA
group. Mereka memang asyik dengan meme-meme yang dibuat. Kadang tertawa
mentertawakan profesi sendiri.
Meme-meme
tersebut rupanya sampai juga pada pengambil keputusan. Orang yang diatas sana
akhirnya sadar kalau guru juga manusia yang dengan mudah terpapar covid-19.
Lalu dibuatlah edaran agar sang guru juga bekerja di rumah saja. Alhamdulillah
...rupanya aspirasi Laskar Oemar Bakrie
didengar juga. Guru juga libur seperti murid yang sudah dahulu libur.
Tak
berapa lama kemudia Menteri Dalam Negeri membuat edaran pula yang isinya kalau
ASN selama pandemi covid-19 untuk bekerja di rumah. Lengkaplah sudah keputusan
yang membuat ASN yang didalamnya ada juga guru agar bekerja di rumah saja.
***
Pintu
gerbang sekolah terbuka namun sepi tak terlihat banyak orang. Hanya ada
beberapa orang yang sedang menyanyikan beberapa lagu karaoke. Hiburan yang
paling gampang ditemui daripada harus keluyuran yang membuat badan tak terasa
aman. Musik kemana suara entah kemana tapi yang jelas yang menyanyikan terlihat
enjoy saja. Tak peduli orang yang ada disampingnya mesem ataupun pura–pura
menghentakkan kaki mengikut irama. Dibuat enjoy saja selama covid-19 merebak.
Memasuki
minggu kedua libur suasana masih seperti biasa. Sepi tak membuat aktivitas lalu
terhenti. Ada saja yang bisa dilakukan selama masa menanti dua minggu. Menanti dua minggu sungguh terasa
menjemukan. Kini bahkan guru harus berurusan dengan Komisi Perlindungan Anak
Indonesia (KPAI) dan Komisi 9 DPR. Apa
lagi yang diperbuat guru sehingga guru bermasalah lagi dengan KPAI dan Komisi 9
DPR?
Rupanya....
tugas yang diberikan guru selama covid-19 merebak banyak membuat emak-emak tak
bisa tidur. Banyak membuat emak-emak kewalahan mengatasi anaknya yang minta
dibantu mengerjakan PR. Banyak anak yang dibuat sibuk pada saat seharusnya
mereka ikut juga libur.
KPAI
sedikitnya menerima 84 pengaduan yang berkenaan dengan tugas-tugas yang diberikan
guru. Tentu saja sebagai pihak yang mendapat banyak laporan membuat KPAI juga
kewalahan. Apalagi yang mengadukan adalah emak-emank yang kalau sekali ngomong
bisa lebih dari 600 kata keluar sekali ucap.
“Bayangkan
saja masa anak saya disuruh merangkum dari Bab 1 sampai Bab 4”
“Apa
tidak klenger!”
Ada juga ibu-ibu yang anaknya masih
sekolah di SD kelas bawah minta agar sekolah berangkat lagi. Melalui telpon
dikatakan selama liburan dirinya merasa repot harus mengerjakan PR anak yang
jumlahnya terbilang banyak.
“Bagaimana
saya mau masak...”
“Ini
nak saya minta dibantuin mengerjakan PR”
“Mana
PR-nya susah-susah lagi!”
“Kapansih
sekolah berangkat lagi?”
Ada lagi guru yang memberikan tugas
dengan cara anak disuruh mendownload dari internet. Anak-anak disuruh mencari
beberapa peristiwa perang Diponegoro, Perang Imaan Bonjong, Perang Aceh dan
Perang di Maluku melawan penjajah.
“Kami
anak desa...”
“Jauh
dari internet”
“Kalaupun
ada hanya ada di kota”
“Untuk
ke kota yang ada sinyal internet 6 Km jaraknya”
“Masa
anak kami harus ke kota disaat covid-19 ini”
“Tugasnya
ada-ada saja...”
Beberapa pengaduan yang masuk KPAI
inilah yang rupanya membuat Komisioner KPAI yang juga mantan guru Dra. Retno
Litsyarti, M.Pd. ikut berkomentar. Tugas yang diberikan guru sudah membuat anak
dan orangtua tidak nyaman. Guru harus menghentikan PR selama covid-19 merebak.
Beberapa
gubernur juga mengeluarkan himbauan agar guru tidak lagi memberikan PR selama
covid-19 merebak. Salah satunya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Pak
Ganjar tak setuju dengan PR-PR yang diberikan guru. Biarlah libur sekarang ini
dimanfaatkan anak untuk bersenang-senang. Anak silahkan mengerjakan apa yang
membuatnya merasakan senang dan enjoy selama berada di rumah.
Menanti
selama dua minggu ini banyak sekali cerita. Ada yang membuat guru senang dan
ada pula yang membuat guru seperti dikritik. Membicarakan guru memang tak akan
pernah habis. Profesi yang satu ini memang banyak sekali membuat profesi lain
kadang iri. Liburnya saja membuat masalah baru apalagi kalau tidak libur. Guru kok
dilawan! Namun demikian selama menanti dua minggu ini setidaknya bisa membuat
guru lebih banyak bersama keluarga.
Berharap
seluruh civitas akademika selama merebaknya covid-19 sehat selalu. Guru berserta
jajarannya bekerja di rumah saja. Jangan
ada tambahan lagi memberikan PR. KPAI dan Komisi 9 DPR RI melarang guru
memberikan PR selama covid-19 merebak. Biarkan anak menikmati liburan bersama
orang-orang tercinta tanpa harus dibuat pusing dengan PR lagi. Jaga kesehatan
dengan senantiasa berpola perilaku hidup sehat.
Cirebon, 22 Maret 2020