Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 13 April 2020

Cerpen "Menanti Dua Minggu"


Cerpen

MENANTI DUA MINGGU
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Masih terselip embun pagi disaat jagat diramaikan oleh keberadaan covid-19. Sepanjang jalan terlihat aktivitas buruh tani bawang yang mencabuti rumput asyik dengan pekerjaannya. Masih terlihat  mobil bak terbuka yang menurunkan rombongan wanita yang akan menanam bawang merah. Beberapa lagi bergerombol disalah satu jalan masuk ke areal persawahan sambil menikmati nasi bungkus yag dibawa dari rumah. Tak terganggu dengan maraknya pemberitaan tentang covid-19.
            Pagi itu tak terlihat rombongan anak-anak sekolah yang nangkring diatas atap mobil angdes ataupun mobil elef. Merebaknya virus covid-19 membuat pelajar bahkan mahasiswa diliburkan selama dua minggu. Kebijakan antisipatif terhadap makin merebaknya covid-19. Kebijakan yang disambut gembira anak-anak sekolah. Dengan demikian liburnya makin terasa panjang. Masih belum terasa benar libur semester kemarin dan baru kali ini terasa dibalasnya.
            Namun anehnya guru-guru masih dibawajibkan berangkat ke sekolah. Selama anak-anak belajar dirumah maka guru punya tugas tambahan. Model pembelajaran yang tadinya tatap muka diganti dengan moda daring. Ramailah group WA ataupun media sosial lainnya seperti facebook dan twitter yang berisi tugas-tugas sang guru yang harus dikerjakan anak didik.
            Anak-anaknya libur masa sang guru masih juga harus berangkat ke sekolah. Disamping itu punya tugas tambahan untuk membuat PR bagi anak-anak selama masa belajar di rumah. Guru-guru yang tak familier dengan dunia IT gelisah harus bagaimana mensikapinya. Tak mau pusing lalu pasrah dengan keadaan.
            “Kalau mau libu ya libur saja...”
            “Jangan ada tugas macam-macam”
            “Lagipula anak di kampung tidak semuanya memiliki HP android”
            “Jagankan HP android...”
            “Gurunya saja masih HP jadul!”
Beberapa guru yang ada di ruang guru tertawa. Mereka sadar kalau selama ini masih menggunakan HP jadul. Daripada tak punya sama sekali yang jadulpun tak apalah. Yang penting bisa sms-an dan bisa nelpon.
            Terasa sepi hari kedua libur sekolah. Beberapa guru  hanya ngobrol ringan di ruang guru. Mereka masih membicarakan kebijakan Mas Menteri yang masih belum meliburkan guru. Lalu ramailah dunia maya akan kebijakan yang rupanya tidak berpihak pada guru. Jadilah media sosial menjadi ajang yang sangat bagus untuk mengutarakan pendapat yang selama ini tak teraspirasikan. Dibuat meme-meme yang membuat geli kalau dibaca. Ternyata guru bersahabat dengan covid-19. Bahkan ada yang mengatakan kalau covid-19 adalah anak guru sehingga tak perlu ditakuti. Bahkan covid-19 dijadikan soal yang katanya soal HOTS.
Semua orang dihimbau untuk berdiam diri di rumah. Tetapi guru harus tetap  ke sekolah. Dari pernyataan diatas dapat disimpulknan bahwa guru....
A.    Guru memiliki anti virus corona
B.     Virus tidak bisa menginveksi guru
C.     Guru tidak termasuk golongan orang
D.    Guru dapat mendidik virus corona
E.     Guru orangtua corona
Itulah soal HOTS yag diperoleh dari WA group. Mereka memang asyik dengan meme-meme yang dibuat. Kadang tertawa mentertawakan profesi sendiri.
            Meme-meme tersebut rupanya sampai juga pada pengambil keputusan. Orang yang diatas sana akhirnya sadar kalau guru juga manusia yang dengan mudah terpapar covid-19. Lalu dibuatlah edaran agar sang guru juga bekerja di rumah saja. Alhamdulillah ...rupanya aspirasi Laskar Oemar Bakrie didengar juga. Guru juga libur seperti murid yang sudah dahulu libur.
            Tak berapa lama kemudia Menteri Dalam Negeri membuat edaran pula yang isinya kalau ASN selama pandemi covid-19 untuk bekerja di rumah. Lengkaplah sudah keputusan yang membuat ASN yang didalamnya ada juga guru agar bekerja di rumah saja.
                                                                        ***

            Pintu gerbang sekolah terbuka namun sepi tak terlihat banyak orang. Hanya ada beberapa orang yang sedang menyanyikan beberapa lagu karaoke. Hiburan yang paling gampang ditemui daripada harus keluyuran yang membuat badan tak terasa aman. Musik kemana suara entah kemana tapi yang jelas yang menyanyikan terlihat enjoy saja. Tak peduli orang yang ada disampingnya mesem ataupun pura–pura menghentakkan kaki mengikut irama. Dibuat enjoy saja selama covid-19 merebak.
            Memasuki minggu kedua libur suasana masih seperti biasa. Sepi tak membuat aktivitas lalu terhenti. Ada saja yang bisa dilakukan selama masa menanti dua  minggu. Menanti dua minggu sungguh terasa menjemukan. Kini bahkan guru harus berurusan dengan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI)  dan Komisi 9 DPR. Apa lagi yang diperbuat guru sehingga guru bermasalah lagi dengan KPAI dan Komisi 9 DPR?
            Rupanya.... tugas yang diberikan guru selama covid-19 merebak banyak membuat emak-emak tak bisa tidur. Banyak membuat emak-emak kewalahan mengatasi anaknya yang minta dibantu mengerjakan PR. Banyak anak yang dibuat sibuk pada saat seharusnya mereka ikut juga libur.
            KPAI sedikitnya menerima 84 pengaduan yang berkenaan dengan tugas-tugas yang diberikan guru. Tentu saja sebagai pihak yang mendapat banyak laporan membuat KPAI juga kewalahan. Apalagi yang mengadukan adalah emak-emank yang kalau sekali ngomong bisa lebih dari 600 kata keluar sekali ucap.
            “Bayangkan saja masa anak saya disuruh merangkum dari Bab 1 sampai Bab 4”
            “Apa tidak klenger!”
Ada juga ibu-ibu yang anaknya masih sekolah di SD kelas bawah minta agar sekolah berangkat lagi. Melalui telpon dikatakan selama liburan dirinya merasa repot harus mengerjakan PR anak yang jumlahnya terbilang banyak.
            “Bagaimana saya mau masak...”
            “Ini nak saya minta dibantuin mengerjakan PR”
            “Mana PR-nya susah-susah lagi!”
            “Kapansih sekolah berangkat lagi?”
Ada lagi guru yang memberikan tugas dengan cara anak disuruh mendownload dari internet. Anak-anak disuruh mencari beberapa peristiwa perang Diponegoro, Perang Imaan Bonjong, Perang Aceh dan Perang di Maluku melawan penjajah.
            “Kami anak desa...”
            “Jauh dari internet”
            “Kalaupun ada hanya ada di kota”
            “Untuk ke kota yang ada sinyal internet 6 Km jaraknya”
            “Masa anak kami harus ke kota disaat covid-19 ini”
            “Tugasnya ada-ada saja...”
Beberapa pengaduan yang masuk KPAI inilah yang rupanya membuat Komisioner KPAI yang juga mantan guru Dra. Retno Litsyarti, M.Pd. ikut berkomentar. Tugas yang diberikan guru sudah membuat anak dan orangtua tidak nyaman. Guru harus menghentikan PR selama covid-19 merebak.
            Beberapa gubernur juga mengeluarkan himbauan agar guru tidak lagi memberikan PR selama covid-19 merebak. Salah satunya adalah Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo. Pak Ganjar tak setuju dengan PR-PR yang diberikan guru. Biarlah libur sekarang ini dimanfaatkan anak untuk bersenang-senang. Anak silahkan mengerjakan apa yang membuatnya merasakan senang dan enjoy selama berada di rumah.
            Menanti selama dua minggu ini banyak sekali cerita. Ada yang membuat guru senang dan ada pula yang membuat guru seperti dikritik. Membicarakan guru memang tak akan pernah habis. Profesi yang satu ini memang banyak sekali membuat profesi lain kadang iri. Liburnya saja membuat masalah baru apalagi kalau tidak libur. Guru kok dilawan! Namun demikian selama menanti dua minggu ini setidaknya bisa membuat guru lebih banyak bersama keluarga.
            Berharap seluruh civitas akademika selama merebaknya covid-19 sehat selalu. Guru berserta jajarannya  bekerja di rumah saja. Jangan ada tambahan lagi memberikan PR. KPAI dan Komisi 9 DPR RI melarang guru memberikan PR selama covid-19 merebak. Biarkan anak menikmati liburan bersama orang-orang tercinta tanpa harus dibuat pusing dengan PR lagi. Jaga kesehatan dengan senantiasa berpola perilaku hidup sehat.

                                                                                                                  Cirebon, 22 Maret 2020

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar