Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 13 April 2020

Artikel "Bekerja di Rumah"


Artikel

BEKERJA DI RUMAH
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Satu bulan ini yang ramai dibicarakan baik dimedia sosial, media alektronik maupun media cetak adalah  covid 19. Tak hanya mereka yang memang ahli dibidangnya, orang awam pun sekarang lagi ramai membicarakan virus corona. Kadang satu pesan berantai di WA tak henti-hentinya membicarakan virus corona. Mereka yang memiliki jumlah group yang banyak tentu sering menerima pesan yang sebenarnya sudah pernah dibaca namun diulang dan diulang lagi dari kiriman group yang bebeda.  Yang dibicarakan hanya satu yaitu virus corona.
            Semenjak merebak di kota asalnya Wuhan di Tingkok, kini virus ini menyebar ke seluruh penjuru dunia. Beberapa negara bahkan sudah melockdown kota-kota yang sudah terjangkiti virus corona. Tak hanya lockdown kini muncul beberapa istilah yang kemudian menjadi terkenal. Muncul istilah sosial distancing, epidemi, pandemi. Kesemua istilah  itu masih terkait dengan covid 19.
            Begitu cepatnya virus ini menyebar keseluruh dunia beberapa negara di dunia mengambil beberapa langkah pencegahan. Salah satu diantaranya yang ikut merasakan mewabahnya covid 19 ini adalah dengan meliburkan anak-anak sekolah dan juga perkuliahan.
            Mulanya hanya anak sekolah dan mahasiswa yang diliburkan. Guru dan dosen masih harus tetap berangkat bekerja. Mulailah dunia maya ramai mengenai masih bekerjanya guru dan dosen. Disangkanya virus corona ini hanya rentan untuk anak sekolah dan mereka yang kuliah saja.  Meme yang berupa gambar ataupun yang berupa kalimat banyak ditujukan untuk guru dan dosen. Salah satu meme tentang guru yang harus berangkat kerja dibuat menjadi sebuah soal  HOTS. Soal HOTS itu bunyinya seperti ini: Semua orang dihimbau untuk berdiam diri di rumah. Tetapi guru harus tetap  ke sekolah. Dari pernyataan diatas dapat disimpulknan bahwa guru....
A.    Guru memiliki anti virus corona
B.     Virus tidak bisa menginveksi guru
C.     Guru tidak termasuk golongan orang
D.    Guru dapat mendidik virus corona
E.     Guru orangtua corona
Setelah ramai didunia maya dengan meme-meme tentang guru yang juga manusia biasa harus berangkat kerja rupanya membuat Mendikbud membuat surat edaran lagi. Kini tidak hanya siswa dan mahasiswa yang belajar di rumah namun gurunya juga bekerja di rumah. Guru harus membuat sistem pembelajaran dengan moda daring. Belajar jarak jauh dengan memanfaatkan teknologi dengan sistem belajar  online.
            Setelah guru-guru boleh bekerja di rumah kini malah pemerintah memutuskan tak hanya guru dan dosen tetapi semua aparatur sipil negara (ASN) dapat bekerja di rumah guna mengantisipasi dampak penyebaran virus corona. Para ASN ini akan bekerja jarak jauh selama dua pekan ke depan. Pelaksanaan tugas kedinasan di tempat tinggal sebagaimana dimaksud, dilakukan sampai dengan tanggal 31 Maret 2020 dan akan dievaluasi lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Hal itu disampaikan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo dalam konferensi pers, Senin (16/3/2020).
Work From Home (WFH) alias bekerja di rumah. Kesempatan yang jarang terjadi sebagai seorang guru bekerja di rumah.  Taat dan patuh untuk mengikuti instruksi pemerintah dengan melaksanakan kerja di rumah. Sebagai seorang guru penulis juga ikut mencoba memanfaatkan teknologi. Penulis kebetulan punya blog sendiri yang memungkinkan bagi siswa untuk mengaksesnya. Namun kini timbul pertanyaan apakah setiap anak memiliki HP android? Ternyata tidak semua anak memilikinya. Ditambah lagi yang punya HP android juga masih dipertanyakan apakah anak-anak ini memiliki kuota?
Bila di kota-kota besar sepertinya pertanyaan yang diajukan penulis bisa dijawab dengan cepat. Anak-anak kota yang kebanyakan kalangan milinial pasti memiliki HP android. Penulis yang kebetulan berdomisili di desa yang tidak semua  anak orangtuanya mampu membeli HP. Sistem belajar jarak jauh dengan menggunakan  internet juga mengalami kendala.
Sebagai seorang guru yang baik penulis pokoknya sudah mencoba membuat model pembelajaran jarak jauh. Silahkan anak-anak untuk membuka blog penulis. Nama blognya adalah Blog Guru Paedagogog asuhan Nurdin Kurniawan atau Mang Iwan. Tinggal buka geogle lalu ketik blog tersebut maka akan kuncul blog yang dimaksud. Sudah ada beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh sang anak selama masa pandemi covid 19. Masalah nanti apakah anak membuka atau tidak sebagai guru sudah berusaha memberikan yang terbaik buat anak didik.
Mereka anak-anak kota yang belajar jarak jauh setelah beberapa hari dicoba ternyata banyak masalah yang dihadapi. Kali ini rupanya Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) yang kebanjiran pertanyaan. Setidaknya ada 84 pertanyaan yang diajukan oleh orangtua anak didik yang berbeda. Mereka yang mengontek KPAI kebanyakan  ibu-ibu yang mengeluhkan banyaknya tugas yang dikerjakan anak selama covid 19. Si ibu yang akhirnya menjadi pusing dengan ikut mengerjakan tugas-tugas sang anak. Hal inilah yang lalu orangtua anak menelpon KPAI agar guru tidak memberikan tugas PR pada anak-anak selama pandemi covid 19 merebak.
Penulis bahkan menerima  WA dari salah seorang teman. #Kurikulum Kegembiraan. Murid-murid yang diliburkan sebaiknya tidak dibebani macam-macam pekerjaan rumah hanya sebagai kepantasan, sebagai ongkos tak enak hati. Tak setiap 5 abad sekali anak-anak ini mendapat libur semacam ini. Inipun bukan libur normal, tetapi hanya tinggal di rumah hasil ketegangan massal. Orangtua mereka juga tegang pada kedaan jangan ditambah  oleh kerepotan baru mengurus PR dan malah menambah  ketegangan.  Apa salahnya sama sekali membebaskan anak-anak ini dari kewajiban tak wajib itu.
Membebaskan anak-anak bermain selama 2 pekan tak akan  membuat mereka bodoh. Membebani mereka dengan gunungan PR tak akan membuat mereka jenius dadakan. Apa salahnya anak-anak itu  gembira, orangtuanya gembira agar tak menjadi tambah penat mental karena corona. Pendidikan mestinya juga peduli pada kurikulum kegembiraan. Guru-guru sebaiknya juga  dibebaskan dari beban agar mereka tak ganti membebani murid.  Biarkan 2 pekan ini menjadi pekan imunisasi kebatinan mereka. Pendidikan jangan kikir soal ini. Itulah WA yang penulis terima dari salah seorang teman di group.
Pro dan kontra akan selalu ada. Marilah kita isi waktu yang ada jangan sampai anak-anak ikut stress dengan banyaknya PR. Kasihan ibu-ibunya yang juga ikut stress gara-gara anaknya sibuk mengerjakan PR dalam jumlah yang banyak . Jadikan pandemi corona 19 ini sebagai bahan untuk introspeksi diri. Sudah saatnya anak-anak bisa menikmati waktu libur mereka dengan sesuatu yang menggembirakan. Kalau penulis nanti membuka blog dan ternyata anak didik tidak ada yang mengerjakan tugas artinya juga tidak apa-apa. Kasihan kalau anak dan orangtua ikut sibuk.  Jadikan merebaknya covid 19 sebagai sarana anak dan orangtua lebih banyak berkumpul. Setiap musibah pasti akan ada hikmah. Marilah kita tetap selalu waspada dan menjaga pola hidup sehat.

                                                                                               *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                    Domisili di Gebang



           


Tidak ada komentar:

Posting Komentar