Artikel
BEKERJA DI RUMAH
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Satu
bulan ini yang ramai dibicarakan baik dimedia sosial, media alektronik maupun
media cetak adalah covid 19. Tak hanya
mereka yang memang ahli dibidangnya, orang awam pun sekarang lagi ramai
membicarakan virus corona. Kadang satu pesan berantai di WA tak henti-hentinya membicarakan
virus corona. Mereka yang memiliki jumlah group yang banyak tentu sering
menerima pesan yang sebenarnya sudah pernah dibaca namun diulang dan diulang
lagi dari kiriman group yang bebeda.
Yang dibicarakan hanya satu yaitu virus corona.
Semenjak
merebak di kota asalnya Wuhan di Tingkok, kini virus ini menyebar ke seluruh penjuru
dunia. Beberapa negara bahkan sudah melockdown
kota-kota yang sudah terjangkiti virus corona. Tak hanya lockdown kini muncul beberapa istilah yang kemudian menjadi
terkenal. Muncul istilah sosial
distancing, epidemi, pandemi. Kesemua istilah itu masih terkait dengan covid 19.
Begitu
cepatnya virus ini menyebar keseluruh dunia beberapa negara di dunia mengambil
beberapa langkah pencegahan. Salah satu diantaranya yang ikut merasakan
mewabahnya covid 19 ini adalah dengan meliburkan anak-anak sekolah dan juga
perkuliahan.
Mulanya
hanya anak sekolah dan mahasiswa yang diliburkan. Guru dan dosen masih harus
tetap berangkat bekerja. Mulailah dunia maya ramai mengenai masih bekerjanya
guru dan dosen. Disangkanya virus corona ini hanya rentan untuk anak sekolah
dan mereka yang kuliah saja. Meme yang
berupa gambar ataupun yang berupa kalimat banyak ditujukan untuk guru dan
dosen. Salah satu meme tentang guru yang harus berangkat kerja dibuat menjadi
sebuah soal HOTS. Soal HOTS itu bunyinya
seperti ini: Semua orang dihimbau untuk berdiam diri di rumah. Tetapi guru
harus tetap ke sekolah. Dari pernyataan
diatas dapat disimpulknan bahwa guru....
A.
Guru
memiliki anti virus corona
B.
Virus
tidak bisa menginveksi guru
C.
Guru
tidak termasuk golongan orang
D.
Guru
dapat mendidik virus corona
E.
Guru
orangtua corona
Setelah ramai
didunia maya dengan meme-meme tentang guru yang juga manusia biasa harus
berangkat kerja rupanya membuat Mendikbud membuat surat edaran lagi. Kini tidak
hanya siswa dan mahasiswa yang belajar di rumah namun gurunya juga bekerja di
rumah. Guru harus membuat sistem pembelajaran dengan moda daring. Belajar jarak
jauh dengan memanfaatkan teknologi dengan sistem belajar online.
Setelah
guru-guru boleh bekerja di rumah kini malah pemerintah memutuskan tak hanya guru dan dosen tetapi
semua aparatur sipil negara (ASN) dapat bekerja di rumah guna mengantisipasi
dampak penyebaran virus corona. Para ASN ini akan bekerja jarak jauh selama dua
pekan ke depan. Pelaksanaan tugas kedinasan di tempat tinggal sebagaimana
dimaksud, dilakukan sampai dengan tanggal 31 Maret 2020 dan akan dievaluasi
lebih lanjut sesuai dengan kebutuhan. Hal itu disampaikan Menteri Pendayagunaan
Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Tjahjo Kumolo dalam konferensi pers,
Senin (16/3/2020).
Work From Home
(WFH) alias bekerja di rumah. Kesempatan yang jarang terjadi sebagai seorang
guru bekerja di rumah. Taat dan patuh
untuk mengikuti instruksi pemerintah dengan melaksanakan kerja di rumah. Sebagai
seorang guru penulis juga ikut mencoba memanfaatkan teknologi. Penulis kebetulan
punya blog sendiri yang memungkinkan bagi siswa untuk mengaksesnya. Namun kini
timbul pertanyaan apakah setiap anak memiliki HP android? Ternyata tidak semua
anak memilikinya. Ditambah lagi yang punya HP android juga masih dipertanyakan
apakah anak-anak ini memiliki kuota?
Bila di kota-kota
besar sepertinya pertanyaan yang diajukan penulis bisa dijawab dengan cepat.
Anak-anak kota yang kebanyakan kalangan milinial pasti memiliki HP android.
Penulis yang kebetulan berdomisili di desa yang tidak semua anak orangtuanya mampu membeli HP. Sistem
belajar jarak jauh dengan menggunakan internet
juga mengalami kendala.
Sebagai seorang
guru yang baik penulis pokoknya sudah mencoba membuat model pembelajaran jarak
jauh. Silahkan anak-anak untuk membuka blog penulis. Nama blognya adalah Blog
Guru Paedagogog asuhan Nurdin Kurniawan atau Mang Iwan. Tinggal buka geogle
lalu ketik blog tersebut maka akan kuncul blog yang dimaksud. Sudah ada
beberapa pertanyaan yang harus dijawab oleh sang anak selama masa pandemi covid
19. Masalah nanti apakah anak membuka atau tidak sebagai guru sudah berusaha memberikan
yang terbaik buat anak didik.
Mereka anak-anak
kota yang belajar jarak jauh setelah beberapa hari dicoba ternyata banyak
masalah yang dihadapi. Kali ini rupanya Komisi Perlindungan Anak Indonesia
(KPAI) yang kebanjiran pertanyaan. Setidaknya ada 84 pertanyaan yang diajukan
oleh orangtua anak didik yang berbeda. Mereka yang mengontek KPAI kebanyakan ibu-ibu yang mengeluhkan banyaknya tugas yang
dikerjakan anak selama covid 19. Si ibu yang akhirnya menjadi pusing dengan
ikut mengerjakan tugas-tugas sang anak. Hal inilah yang lalu orangtua anak menelpon
KPAI agar guru tidak memberikan tugas PR pada anak-anak selama pandemi covid 19
merebak.
Penulis bahkan
menerima WA dari salah seorang teman.
#Kurikulum Kegembiraan. Murid-murid yang diliburkan sebaiknya tidak dibebani
macam-macam pekerjaan rumah hanya sebagai kepantasan, sebagai ongkos tak enak
hati. Tak setiap 5 abad sekali anak-anak ini mendapat libur semacam ini. Inipun
bukan libur normal, tetapi hanya tinggal di rumah hasil ketegangan massal.
Orangtua mereka juga tegang pada kedaan jangan ditambah oleh kerepotan baru mengurus PR dan malah
menambah ketegangan. Apa salahnya sama sekali membebaskan
anak-anak ini dari kewajiban tak wajib itu.
Membebaskan
anak-anak bermain selama 2 pekan tak akan
membuat mereka bodoh. Membebani mereka dengan gunungan PR tak akan
membuat mereka jenius dadakan. Apa salahnya anak-anak itu gembira, orangtuanya gembira agar tak menjadi
tambah penat mental karena corona. Pendidikan mestinya juga peduli pada
kurikulum kegembiraan. Guru-guru sebaiknya juga
dibebaskan dari beban agar mereka tak ganti membebani murid. Biarkan 2 pekan ini menjadi pekan imunisasi
kebatinan mereka. Pendidikan jangan kikir soal ini. Itulah WA yang penulis
terima dari salah seorang teman di group.
Pro dan kontra
akan selalu ada. Marilah kita isi waktu yang ada jangan sampai anak-anak ikut
stress dengan banyaknya PR. Kasihan ibu-ibunya yang juga ikut stress gara-gara anaknya
sibuk mengerjakan PR dalam jumlah yang banyak . Jadikan pandemi corona 19 ini
sebagai bahan untuk introspeksi diri. Sudah saatnya anak-anak bisa menikmati
waktu libur mereka dengan sesuatu yang menggembirakan. Kalau penulis nanti membuka
blog dan ternyata anak didik tidak ada yang mengerjakan tugas artinya juga
tidak apa-apa. Kasihan kalau anak dan orangtua ikut sibuk. Jadikan merebaknya covid 19 sebagai sarana
anak dan orangtua lebih banyak berkumpul. Setiap musibah pasti akan ada hikmah.
Marilah kita tetap selalu waspada dan menjaga pola hidup sehat.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar