TETAP DI RUMAH
Oleh : Nurdin Kurniawan
Mangan ora mangan tetap kumpul begitulah
orang Jawa dahulu punya prinsip. Tapi sekarang yang seperti itu sudah banyak
yang ditinggalkan. Justru karena ingin mangan
inilah orang harus berpencar. Mencari rejeki kemana saja asal seperti yang
diajarkan oleh agama yaitu asal halal.
Merebaknya
covid-19 setidaknya ada hikmahnya. Bagi keluarga Hasan bisa diartikan sebagai
anugerah. Anak-anaknya yang sedang kuliah di luar kota bisa kumpul. Suatu pemandangan yang
jarang terjadi melihat anak-anak kumpul, kalau tidak kerena yang namanya
covid-19.
Mengerjakan
perkerjaan rumah merupakan perkerjaan rutin yang setiap hari dilaksanakan.
Kalau hari-hari biasanya pagi seperti
sekarang ini sangatlah sibuk. Mengurus anak-anak yang akan ke sekolah.
Mempersiapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan di kantor. Pokoknya pagi terasa
sibuk sekali. Adanya covid-19 ketika anak-anak semuanya pada kumpul, ketika
pekerjaan di kantor bisa dikerjakan di rumah, sepertinya bisa sedikit santai.
Kalaulah
sehari dua hari bisa jadi terasa enak. Namun dengan libur yang begitu panjang
bagi anak-anak mulai terasa jenuh. Tadinya belajar di rumah hanya untuk dua
minggu. Setelah 2 minggu berlalu sudah rupanya covid-19 masih belum reda.
Pemerintah lalu menambah 2 minggu lagi. Perkembangan covid-19 yang masih belum
turun grafiknya malah korbannya semakin banyak membuat pemerintah akhirnya menambah
lagi kegiatan belajar mengajar jarak jauh. Semuanya dilakukan di rumah.
Pertengahan Maret, Bulan April sampai Mei anak-anak sekolah masih belajar di
rumah.
“Liburan
kok di rumah saja”
“Jalan-jalan
gitu kayak yang lain...”
Si bungsu mulai merengek ingin
jalan-jalan. Rupanya belajar di rumah terlalu kelamaan sehingga terasa jenuh.
“Percumah
jalan-jalan juga”
“Mall-mall buka hanya setengah hari”
“Lagipula
kalau ada anak usia sekolah di mall dirazia”
“Suruh
pulang”, sang ibu menengahi
Memang
anak-anak sekolah selama covid-19 merebak harus belajar di rumah atau stay at home. Tidak boleh ada kerumunan
yang bisa membuat covid-19 bisa
berkembang biak. Harus diputus mata rantainya agar covid-19 cepat selesai.
Rupanya hal inilah yang membuat covid-19 masih merajalela.
“Ikuti
saja himbauan pemerintah”
“Kita
harus jaga jarak, pola hidup sehat”
“Jangan
keluyuran disaat pandemi covid-19”
Rutinitas jadi dilakukan di rumah saja.
Anak-akan jaman now tidak dipusingkan
dengan covid-19 selama masih ada gadget. Kalau kuota habis barulah pusing anak-anak
jaman now.
Melihat
anak nomer dua yang sepertinya sulit untuk diatur. Ada atau tidak ada covid-19
sepertinya dirasakan sama. Justru libur seperti ini yang namanya main ke teman,
keluyuran di luar rumah adalah keseharian.
“Aa...”
“Kondisi
seperti ini kamu harus di rumah”
“Kamu
ini sepertinya sama saja antara ada wabah dengan tidak ada”
“Yang
lain pada nurut pada di rumah”
“Kamu
ini jalan-jalan setiap hari”
Si Aa yang bertubuh bongsor hanya
tersenyum. Seolah tak ada masalah dengan merebaknya covid-19 yang oleh beberapa
negara dikatagorikan sebagai virus yang sangat berbahaya.
“Habis
jenuh kalau di rumah saja”
“Enak
jalan-jalan...”
“Kan
sekalian berjemur!”
Ia memang ada anjuran untuk berjemur
agar tidak terhinggap virus covid-19, namun kalau sering main di luar sebagai
orangtua tentunya ada kekhawatiran.
Ibu
kota malah sudah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan
yang oleh sebagian orang sangat tepat dilakukan, namun untuk kalangan kecil yang
tidak punya penghasilan tetap kebijakan seperti ini dapat mematikan. Sebagai
orang yang jauh dari ibukota hanya bisa menyaksikan semoga kebijakan ini
efektif. Namun bagi mereka yang tidak punya penghasilan tetap setidaknya bisa
mentaati anjuran pemerintah. Kalau masalah ekonomi bisa pulih walau mesti lama,
tapi kalau sudah urusan nyawa siapa yang akan tahu?
Mulai
terasa yang namanya mini market kini tutup lebih awal. Pukul 19.00 sudah pada
tutup. Ada beberapa pedagang yang memang kalau jualan malam menjadikan situasi
seperti ini menjadi mencekam. Mau lama berjualan takut diakatakan membangkang
dengan aturan pemerintah. Belum waktunya tutup juga ikut-ikutan tutup. Masih banyak
yang belum terjual dagangannya namun dengan siatuasi yang seperti ini dianggap
wajar. Hampir semua tukang dagang yang jualannya malam hari ikut terdampak.
Salah
seorang tukang nasi goreng yang kalau hari normal bisa jualan sampai pukul
24.00 ini pukul 21.00 sudah harus menyelesaikan dagangannya walau belum semua
habis.
“Kalau
tidak ikut tutup tak enak dengan himbauan pemerintah”
“Yang
enting ada yang sudah terjual”
“Kalau
tidak habis tak masalah”
“Lain
kali nanti akan dikurangi jumlahnya”, ujar Masno tukang nasi goreng
Demikian pula dengan tukang gorengan yang
dipikul keliling. Kalau hari biasanya
dari sore sampai malam hari keliling kali ini sengaja pulang lebih awal. Pokoknya
jangan terlalu lama di jalan. Habis isya sudah pulang karena di jalan juga
sudah pada sepi.
Kalangan
abdi negara atau PNS masih untung bisa berkeja di rumah. Kalau tidak
penting-penting sekali bisa dikerjakan di rumah. Kalau ada perintah yang tak
bisa ditunda untuk berangkat ke kantor barulah berangkat. Bagi keluarga Harun
yang PNS guru kesempatan ini digunakan untuk berkumpul bersama keluarga.
Anak-anaknya yang kuliah di luar kota pada pulang, bisa bercengkrama dengan
seluruh anggota keluarga.
Ada
hikmahnya memang adanya covid-19 datang ke Indonesia. Walau sebagian orang
menyatakan sebagai musibah namun ada sisi lain yang tidak dibayangkan sebelumnya.
Bisa berkumpul semua anggota keluarga.
Selama
wabah ini bulum terputus mata rantainya atau setidaknya musibah ini cepat berlalu
sepertinya akan diperpanjang lagi masa belajar di rumah. Keluarga Harun yang
sepsang suami istri sebagai guru tentunya merasakan betapa jemunya berlama-lama
di rumah. Sebagai PNS bisa mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap berada di
rumah. Bekerja di rumah sebisa mungkin. Jaga jarak jangan sampai berdekatan,
jaga pola hidup sehat. Berharap agar covid-19 bisa berlalu.
Idul
Fitri sebentar lagi, berharap covid-19 segera berakhir. Ada waktu-waktu yang terbilang
sakral dengan datangnya idul fitri. Kalau masih ada covid-19 tentunya
kesakralan ini terasa hambar. Coba bayangkan sungkeman atau salaman bisa
hilang. Silaturahmi ditunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Sepertinya
kurang berkesan kalau Idul Fitri masih ada covid-19. Untuk itu marilah kita berdoa agar wabah
covid-19 bisa segera berakhir. Kita masuki bulan suci ramadhan bisa membawa
berkah. Kehidupan bisa kembali normal sebagaimana biasanya.
Ya
Allah sebagai warga negara kami masih bisa melaksanakan tugas di rumah. Ini
sesuai dengan anjuran pemerintah agar tetap berada di rumah. Ya Allah sebentar
lagi Bulan Suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan penuh ampunan. Kiranya covid-19 yang sedang mewabah ini segera
berakhir, hiasi Ramadhan dengan senyuman. Ya Allah sekiranya penduduk dunia ini
banyak dosa yang telah diperbuat adanya covid-19 bisa menyadarkan kita semua
akan kesalahan. Ya Allah jadikan musibah yang melanda ini sebagai suatu
pelajaran. Ya Allah permudahkan urusan
kami di dunia dan selamatkan kami di akhirat.
Cirebon, 11 April 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar