Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 13 April 2020

Cerpen "Tetap di Rumah"




TETAP DI RUMAH
Oleh : Nurdin Kurniawan


            Mangan ora mangan tetap kumpul begitulah orang Jawa dahulu punya prinsip. Tapi sekarang yang seperti itu sudah banyak yang ditinggalkan. Justru karena ingin mangan inilah orang harus berpencar. Mencari rejeki kemana saja asal seperti yang diajarkan oleh agama yaitu asal halal.
            Merebaknya covid-19 setidaknya ada hikmahnya. Bagi keluarga Hasan bisa diartikan sebagai anugerah. Anak-anaknya yang sedang kuliah di luar  kota bisa kumpul. Suatu pemandangan yang jarang terjadi melihat anak-anak kumpul, kalau tidak kerena yang namanya covid-19.
            Mengerjakan perkerjaan rumah merupakan perkerjaan rutin yang setiap hari dilaksanakan. Kalau hari-hari biasanya  pagi seperti sekarang ini sangatlah sibuk. Mengurus anak-anak yang akan ke sekolah. Mempersiapkan pekerjaan yang akan dilaksanakan di kantor. Pokoknya pagi terasa sibuk sekali. Adanya covid-19 ketika anak-anak semuanya pada kumpul, ketika pekerjaan di kantor bisa dikerjakan di rumah, sepertinya bisa sedikit santai.
            Kalaulah sehari dua hari bisa jadi terasa enak. Namun dengan libur yang begitu panjang bagi anak-anak mulai terasa jenuh. Tadinya belajar di rumah hanya untuk dua minggu. Setelah 2 minggu berlalu sudah rupanya covid-19 masih belum reda. Pemerintah lalu menambah 2 minggu lagi. Perkembangan covid-19 yang masih belum turun grafiknya malah korbannya semakin banyak membuat pemerintah akhirnya menambah lagi kegiatan belajar mengajar jarak jauh. Semuanya dilakukan di rumah. Pertengahan Maret, Bulan April sampai Mei anak-anak sekolah masih belajar di rumah.
            “Liburan kok di rumah saja”
            “Jalan-jalan gitu kayak yang lain...”
Si bungsu mulai merengek ingin jalan-jalan. Rupanya belajar di rumah terlalu kelamaan sehingga terasa jenuh.
            “Percumah jalan-jalan juga”
            “Mall-mall  buka hanya setengah hari”
            “Lagipula kalau ada anak usia sekolah di mall dirazia”
            “Suruh pulang”, sang ibu menengahi
            Memang anak-anak sekolah selama covid-19 merebak harus belajar di rumah atau stay at home. Tidak boleh ada kerumunan yang bisa membuat covid-19  bisa berkembang biak. Harus diputus mata rantainya agar covid-19 cepat selesai. Rupanya hal inilah yang membuat covid-19 masih merajalela.
            “Ikuti saja himbauan pemerintah”
            “Kita harus jaga jarak, pola hidup sehat”
            “Jangan keluyuran disaat pandemi covid-19”
Rutinitas jadi dilakukan di rumah saja. Anak-akan jaman now tidak dipusingkan dengan covid-19 selama masih ada gadget. Kalau kuota habis barulah pusing anak-anak jaman now.
           

            Melihat anak nomer dua yang sepertinya sulit untuk diatur. Ada atau tidak ada covid-19 sepertinya dirasakan sama. Justru libur seperti ini yang namanya main ke teman, keluyuran di luar rumah adalah keseharian.
            “Aa...”
            “Kondisi seperti ini kamu harus di rumah”
            “Kamu ini sepertinya sama saja antara ada wabah dengan tidak ada”
            “Yang lain pada nurut pada di rumah”          
            “Kamu ini jalan-jalan setiap hari”
Si Aa yang bertubuh bongsor hanya tersenyum. Seolah tak ada masalah dengan merebaknya covid-19 yang oleh beberapa negara dikatagorikan sebagai virus yang sangat berbahaya.
            “Habis jenuh kalau di rumah saja”
            “Enak jalan-jalan...”
            “Kan sekalian berjemur!”
Ia memang ada anjuran untuk berjemur agar tidak terhinggap virus covid-19, namun kalau sering main di luar sebagai orangtua tentunya ada kekhawatiran.
            Ibu kota malah sudah melakukan Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB). Kebijakan yang oleh sebagian orang sangat tepat dilakukan, namun untuk kalangan kecil yang tidak punya penghasilan tetap kebijakan seperti ini dapat mematikan. Sebagai orang yang jauh dari ibukota hanya bisa menyaksikan semoga kebijakan ini efektif. Namun bagi mereka yang tidak punya penghasilan tetap setidaknya bisa mentaati anjuran pemerintah. Kalau masalah ekonomi bisa pulih walau mesti lama, tapi kalau sudah urusan nyawa siapa yang akan tahu?
            Mulai terasa yang namanya mini market kini tutup lebih awal. Pukul 19.00 sudah pada tutup. Ada beberapa pedagang yang memang kalau jualan malam menjadikan situasi seperti ini menjadi mencekam. Mau lama berjualan takut diakatakan membangkang dengan aturan pemerintah. Belum waktunya tutup juga ikut-ikutan tutup. Masih banyak yang belum terjual dagangannya namun  dengan siatuasi yang seperti ini dianggap wajar. Hampir semua tukang dagang yang jualannya malam hari ikut terdampak.
            Salah seorang tukang nasi goreng yang kalau hari normal bisa jualan sampai pukul 24.00 ini pukul 21.00 sudah harus menyelesaikan dagangannya walau belum semua habis.
            “Kalau tidak ikut tutup tak enak dengan himbauan pemerintah”
            “Yang enting ada yang sudah terjual”
            “Kalau tidak habis tak masalah”
            “Lain kali nanti akan dikurangi jumlahnya”, ujar Masno  tukang nasi goreng
Demikian pula dengan tukang gorengan yang dipikul keliling. Kalau hari  biasanya dari sore sampai malam hari keliling kali ini sengaja pulang lebih awal. Pokoknya jangan terlalu lama di jalan. Habis isya sudah pulang karena di jalan juga sudah pada sepi.
            Kalangan abdi negara atau PNS masih untung bisa berkeja di rumah. Kalau tidak penting-penting sekali bisa dikerjakan di rumah. Kalau ada perintah yang tak bisa ditunda untuk berangkat ke kantor barulah berangkat. Bagi keluarga Harun yang PNS guru kesempatan ini digunakan untuk berkumpul bersama keluarga. Anak-anaknya yang kuliah di luar kota pada pulang, bisa bercengkrama dengan seluruh anggota keluarga.
            Ada hikmahnya memang adanya covid-19 datang ke Indonesia. Walau sebagian orang menyatakan sebagai musibah namun ada sisi lain yang tidak dibayangkan sebelumnya. Bisa berkumpul semua anggota keluarga.
            Selama wabah ini bulum terputus mata rantainya atau setidaknya musibah ini cepat berlalu sepertinya akan diperpanjang lagi masa belajar di rumah. Keluarga Harun yang sepsang suami istri sebagai guru tentunya merasakan betapa jemunya berlama-lama di rumah. Sebagai PNS bisa mematuhi anjuran pemerintah untuk tetap berada di rumah. Bekerja di rumah sebisa mungkin. Jaga jarak jangan sampai berdekatan, jaga pola hidup sehat. Berharap agar covid-19 bisa berlalu.
            Idul Fitri sebentar lagi, berharap covid-19 segera berakhir. Ada waktu-waktu yang terbilang sakral dengan datangnya idul fitri. Kalau masih ada covid-19 tentunya kesakralan ini terasa hambar. Coba bayangkan sungkeman atau salaman bisa hilang. Silaturahmi ditunda untuk waktu yang tidak bisa ditentukan. Sepertinya kurang berkesan kalau Idul Fitri masih ada covid-19.  Untuk itu marilah kita berdoa agar wabah covid-19 bisa segera berakhir. Kita masuki bulan suci ramadhan bisa membawa berkah. Kehidupan bisa kembali normal sebagaimana biasanya.
            Ya Allah sebagai warga negara kami masih bisa melaksanakan tugas di rumah. Ini sesuai dengan anjuran pemerintah agar tetap berada di rumah. Ya Allah sebentar lagi Bulan Suci Ramadhan, bulan yang penuh berkah dan penuh ampunan. Kiranya  covid-19 yang sedang mewabah ini segera berakhir, hiasi Ramadhan dengan senyuman. Ya Allah sekiranya penduduk dunia ini banyak dosa yang telah diperbuat adanya covid-19 bisa menyadarkan kita semua akan kesalahan. Ya Allah jadikan musibah yang melanda ini sebagai suatu pelajaran. Ya Allah  permudahkan urusan kami di dunia dan selamatkan kami di akhirat.

                                                                                                                   Cirebon, 11 April 2020  

Tidak ada komentar:

Posting Komentar