Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 13 April 2020

Cerpen "Libur Covid-19"


Cerpen

LIBUR  COVID-19
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Social distancing demikian orang-orang sering mengatakannya. Selama wabah covid-19 merebak orang harus jaga jarak satu sama lain. Bahkan kerumunan dengan melibatkan banyak orang dilarang. Ini semata-mata untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Anak-anak sekolah saja sampai diliburkan jangan sampai covid-19 menyebar dikalangan pelajar.
            Warno gerah melihat anak-anak seusia SMP yang seharusnya belajar di rumah malah keluyuran. Satu dua yang datang ke rumah si Amin tetangganya masih mengenakan seragam sekolah. Orang kampung juga sudah pada tahu kalau anak-anak sekolah sedang diliburkan. Ini si Amin membawa temannya yang masih mengenakan seragam. Makin siang anak-anak itu jumlahnya makin banyak.
            Bila diperhatikan dari seragam anak-anak yang kumpul di rumah si Amin seragamnya dari beberapa sekolah. Ini bisa dilihat dari atribut sekolah  mereka yang datang berbeda-beda. Benar saja, rupanya si Amin ini termasuk orang yang disegani oleh anak-anak yang kumpul tadi. Dari beberapa sekolah bisa kumpul entah apa yang sedang dibicarakan.
            Cekakak-cekikik yang terdengar dari omongan anak-anak. Kadang bahasa yang digunakan tidak karuan. Maklumlah dari berbagia latar belakang sekolah yang berbeda. Ada yang datang dari Brebes, ada yang dari Kota Cirebon, dari Majalengka. Tak hanya dari beberapa sekolah yang berbeda namun juga dari wilayah yang cukup jauh. Lalu apa masksud dan tujuannya anak-anak dari sekolah yang berbeda ini kumpul?
            Warno gerah juga setelah mendengar dari obrolan anak-anak sekolah ini. Rupanya mereka kumpul sedang merencanakan sesuatu. Warno yang peduli dengan keamanan di perumahan penduduk merasa ini adalah bagian dari tugasnya. Perkataan anak-anak ini ia dengar dengan hati-hati.  Begitu terkejut setelah mendengar dari obrolan anak-anak ini akan menyerang sekolah lain.
            Orang lain pada di rumah menjauhkan diri dari kerumunan ini malah kumpul-kumpul. Merasa akan menimbulkan keonaran lalu Warno mengontek salah seorang polisi kenalannya.
            “Ini pa babhin...”
            “Di perumahan saya ada sekolompok anak dari berbagai daerah”
            “Mereka kumpul-kumpul akan merencanakan sesuatu...”
            “Dari yang saya dengar sih katanya akan menyerang sekolah”
            “Entah sekolah mana”
            “Ok!
“Siap kami meluncur”, jawab suara diseberang sana
            Mobil ranger polisi sengaja tak berhenti dekat kumpulan anak-anak yang sedang asyik ngobrol. Berhenti beberapa blok agar anak-anak tidak curiga kedatangan polisi.  Setelah diamati kumpulan anak-anak ini mencurigakan . Beberapa anggota polisi yang datang langsung melakukan penyergapan. Kedatangan posisi yang tiba-tiba membuat kumpulan anak anak ini kaget. Ada yang lari, ada yang sembunyi, ada pula yang  diam ditempat kaku sambil melihat beberapa rekannya yang pada lari.
            “Jangan bergerak!”
            “Tetap disitu...”
            “Jangan ada yang lari!”
Rumah orangtua si Amin sudah dikepung oleh  beberepa anggota polsek. Beberapa anak dimintai keterangan untuk apa disaat sekolah libur seperti ini mereka malah kumpul-kumpul.
            “Kamu inikan sedang libur covid-19”
            “Kenapa ada disini?”
Salah seorang yang diajak bicara polisi menyebutkan alasan mereka kumpul-kumpul.
            “Hanya main pak”
            “Kami kengen ingin kumpul-kumpul”
            “Sudah ...”
            “Kamu semua ikut ke polsek”
Polisi yang ada mengamankan tas sekolah dan sepeda motor. Anak-anak ini lalu diangkut menggunakan mobil ranger ke markas polsek.
            Didata setu per satu asal dan dari mana sekolahnya. Benar saja anak-anak ini merupakan kumpulan dari beberapa sekolah. Mereka terhubung karena suatu ikatan geng. Dari pertemanan melalui medsos ini terkumpullan beberapa geng dari beberapa sekolah. Mereka sering mengadakan kumpul-kumplul kalau sedang bosan di sekolah. Walau ada anggotanya yang berada di luar kabupaten atau kota namun pertemuan ini sepertinya rutin dilakukan.            “Maksudnya apa kamu kumpul-kumpul?”
            “Hanya kangen pak...”
            “Ah...tidak mungkin”
            “Dengan jumlah yang banyak seperti ini tidak mungkin kalau hanya kengen-kengenan”
            “Lagipula dari beberapa sekolah kok bisa kumpul!”
Setelah diselidiki dengan seksama barulah ketahuan mereka ini setelah kumpul-kumpul , lalu konvoi menggunakan motor menuju sekolah yang menjadi target kerusuhan. Hanya mempilok papan nama sekolah yang dianggap musuh. Melakukan aksi corat-coret di papan nama sekolah. Kalau sudah mekakukan itul lalu meninggalkan sekolah yang bersangkutan. Dari situlah sudah terasa puas bisa mengalahkan sekolah yang dianggap menjadi musuhnya.
            Polisi geleng-geleng kepala dengan pengakuan salah seorang dedengkot geng. Bisanya anak-anak seusia anak SMP sudah ada dalam benaknya merusak sekolah lain. Mereka ini gabungan dari beberapa sekolah. Otak kriminal yang sudah tertanam sejak anak masih sekolah.
            Anak-anak ini garang kalau sudah naik motor. Namun di kantor polisi hanya mengenakan celana sementara bajunya dilepas membuat anak-anak ini menangis.  
            “Selama orangtua kamu belum menjemput maka kamu akan berada di sel”
            “Hanya orangtuanya yang mengambil maka silahkan pulang”
            “Lagipula orang macam kamu ini harusnya berada di sel”
            “Yang lain belajar di rumah kamu malah keluyuran!”
            “Apa kamu tidak takut tertular penyakit corona?”
Anak-anak yang tadi menangis pada diam. Satu per satu anak-anak ini didata. Pihak sekolah juga dihubungi kalau ada beberapa anaknya yang terlibat akan melakukan pengrusakan. Dari polsek selanjutnya anak-anak ini dibawa ke polres karena kasusnya sudah antar kota.
                                                                        `***
            Juned yang baru pulang dari Jakarta merasakan suatu ketenangan. Di Jakarta tempatnya berjualan keliling kue putu sudah pada sepi. Merebaknya covid-19 membuat jalanan di Jakarta terasa sepi. Apalagi bagi Juned yang menjajakan kue putu di sore sampai malam hari. Adanya pembatasan berada di keramaian membuat jualan yang ia jajakan keliling menjadi sepi. Beberapa rekannya sesama penjual kue putu akhirnya sepakat untuk sementara merebaknya wabah covid-19 melanda maka  jualannnya istirahat dulu. Pulang kampung menjadi pilihan yang paling aman.
            Baru juga duduk di kursi malas ada tamu yang datang. Teryata Pak Lugu Sarta yang langsung mengajak salaman.
            “Langsung saja...”
            “Ini ada laporan dari Polres Brebes”
            “Anak bapak ditangkap disana”
            “Orangtuanya disuruh kesana untuk dimintai keterangan”
            “Salah apa anak saya sehingga ditangkap pak?”
            “Oh...kalau itu saya tidak tahu”
            “Silahkan saja datang langsung ke polres”
Juned langsung memberitahu istri kalau si Putra berada di Polres Brebes.
            “Sudah pak itu saja laporannya”
            “Saya ke Balaidesa lagi”, ujar Lugu Sarta yang akan kembali bertugas
            Sepanjang perjalanan Juned memikirkan anaknya yang satu ini. Belum lama sang istri dipanggil pihak sekolah karena si anak absensinya terlalu banyak. Sepengetahuan orangtua anaknya ini selalu berangkat ke sekolah. Tapi entah kenapa  di hitungan guru anak ini sering tidak masuk kelas. Entah apa yang dilakukan anak sehingga absensinya banyak sekali.
            Di Polres langsung menghubungi petugas jaga. Ditunjukkan kemana harus menghadap selanjutnya. Sangat sedih begitu melihat sang anak yang meringkuk berada didalam sel. Ada beberapa anak lainnnya yang juga mengalami nasib yang sama. Kalau orangtuanya datang lalu disuruh menandatangani perjanjian tak akan mengulangi lagi perbuatan setelah itu boleh pulang.
            Betapa malunya punya anak yang membuat nama orangtua tercoreng. Juned hanya mendengarkan apa yang dikatakan polisi. Kalau anaknya ini sedang merencanakan menyerang sekolah lain. Bagaimana ini? Disaat sekolah diliburkan karena covid-19 anak ini main sampai jauh sekali. Oalah...nak-nak! Apa tidak ada pekerjaan lain yang membuat kamu betah dirumah? Juned  hanya geleng-geleng kepala dengan kelakukan sang anak. Mudah-mudahan hal ini menjadi pelajaran bagi sang anak. Kalau sudah di sel ternyata bisa nangis juga. Kalau di rumah dinasehati sulitnya bukan main. Selalu saja menjawab kalau dinasehati. Semoga sadar anakku. Sedang banyak wabah begini kamu masih bisa main jauh. Sadar nak sadar kamu menjadi andalan bapak kelak ujar Juned dalam hati.


                                                                                                                  Cirebon, 26 Maret 2020

Tidak ada komentar:

Posting Komentar