Cerpen
LIBUR
COVID-19
Oleh : Nurdin Kurniawan
Social distancing demikian orang-orang
sering mengatakannya. Selama wabah covid-19 merebak orang harus jaga jarak satu
sama lain. Bahkan kerumunan dengan melibatkan banyak orang dilarang. Ini
semata-mata untuk memutus mata rantai penyebaran covid-19. Anak-anak sekolah
saja sampai diliburkan jangan sampai covid-19 menyebar dikalangan pelajar.
Warno
gerah melihat anak-anak seusia SMP yang seharusnya belajar di rumah malah
keluyuran. Satu dua yang datang ke rumah si Amin tetangganya masih mengenakan
seragam sekolah. Orang kampung juga sudah pada tahu kalau anak-anak sekolah
sedang diliburkan. Ini si Amin membawa temannya yang masih mengenakan seragam.
Makin siang anak-anak itu jumlahnya makin banyak.
Bila
diperhatikan dari seragam anak-anak yang kumpul di rumah si Amin seragamnya
dari beberapa sekolah. Ini bisa dilihat dari atribut sekolah mereka yang datang berbeda-beda. Benar saja,
rupanya si Amin ini termasuk orang yang disegani oleh anak-anak yang kumpul
tadi. Dari beberapa sekolah bisa kumpul entah apa yang sedang dibicarakan.
Cekakak-cekikik
yang terdengar dari omongan anak-anak. Kadang bahasa yang digunakan tidak
karuan. Maklumlah dari berbagia latar belakang sekolah yang berbeda. Ada yang
datang dari Brebes, ada yang dari Kota Cirebon, dari Majalengka. Tak hanya dari
beberapa sekolah yang berbeda namun juga dari wilayah yang cukup jauh. Lalu apa
masksud dan tujuannya anak-anak dari sekolah yang berbeda ini kumpul?
Warno
gerah juga setelah mendengar dari obrolan anak-anak sekolah ini. Rupanya mereka
kumpul sedang merencanakan sesuatu. Warno yang peduli dengan keamanan di
perumahan penduduk merasa ini adalah bagian dari tugasnya. Perkataan anak-anak
ini ia dengar dengan hati-hati. Begitu
terkejut setelah mendengar dari obrolan anak-anak ini akan menyerang sekolah
lain.
Orang
lain pada di rumah menjauhkan diri dari kerumunan ini malah kumpul-kumpul.
Merasa akan menimbulkan keonaran lalu Warno mengontek salah seorang polisi
kenalannya.
“Ini
pa babhin...”
“Di
perumahan saya ada sekolompok anak dari berbagai daerah”
“Mereka
kumpul-kumpul akan merencanakan sesuatu...”
“Dari
yang saya dengar sih katanya akan menyerang sekolah”
“Entah
sekolah mana”
“Ok!
“Siap kami meluncur”,
jawab suara diseberang sana
Mobil
ranger polisi sengaja tak berhenti dekat kumpulan anak-anak yang sedang asyik
ngobrol. Berhenti beberapa blok agar anak-anak tidak curiga kedatangan
polisi. Setelah diamati kumpulan
anak-anak ini mencurigakan . Beberapa anggota polisi yang datang langsung
melakukan penyergapan. Kedatangan posisi yang tiba-tiba membuat kumpulan anak
anak ini kaget. Ada yang lari, ada yang sembunyi, ada pula yang diam ditempat kaku sambil melihat beberapa
rekannya yang pada lari.
“Jangan
bergerak!”
“Tetap
disitu...”
“Jangan
ada yang lari!”
Rumah orangtua si Amin sudah dikepung
oleh beberepa anggota polsek. Beberapa
anak dimintai keterangan untuk apa disaat sekolah libur seperti ini mereka
malah kumpul-kumpul.
“Kamu
inikan sedang libur covid-19”
“Kenapa
ada disini?”
Salah seorang yang diajak bicara polisi
menyebutkan alasan mereka kumpul-kumpul.
“Hanya
main pak”
“Kami
kengen ingin kumpul-kumpul”
“Sudah
...”
“Kamu
semua ikut ke polsek”
Polisi yang ada mengamankan tas sekolah
dan sepeda motor. Anak-anak ini lalu diangkut menggunakan mobil ranger ke
markas polsek.
Didata
setu per satu asal dan dari mana sekolahnya. Benar saja anak-anak ini merupakan
kumpulan dari beberapa sekolah. Mereka terhubung karena suatu ikatan geng. Dari
pertemanan melalui medsos ini terkumpullan beberapa geng dari beberapa sekolah.
Mereka sering mengadakan kumpul-kumplul kalau sedang bosan di sekolah. Walau
ada anggotanya yang berada di luar kabupaten atau kota namun pertemuan ini
sepertinya rutin dilakukan. “Maksudnya
apa kamu kumpul-kumpul?”
“Hanya
kangen pak...”
“Ah...tidak
mungkin”
“Dengan
jumlah yang banyak seperti ini tidak mungkin kalau hanya kengen-kengenan”
“Lagipula
dari beberapa sekolah kok bisa kumpul!”
Setelah diselidiki dengan seksama
barulah ketahuan mereka ini setelah kumpul-kumpul , lalu konvoi menggunakan
motor menuju sekolah yang menjadi target kerusuhan. Hanya mempilok papan nama
sekolah yang dianggap musuh. Melakukan aksi corat-coret di papan nama sekolah. Kalau
sudah mekakukan itul lalu meninggalkan sekolah yang bersangkutan. Dari situlah
sudah terasa puas bisa mengalahkan sekolah yang dianggap menjadi musuhnya.
Polisi
geleng-geleng kepala dengan pengakuan salah seorang dedengkot geng. Bisanya
anak-anak seusia anak SMP sudah ada dalam benaknya merusak sekolah lain. Mereka
ini gabungan dari beberapa sekolah. Otak kriminal yang sudah tertanam sejak
anak masih sekolah.
Anak-anak
ini garang kalau sudah naik motor. Namun di kantor polisi hanya mengenakan
celana sementara bajunya dilepas membuat anak-anak ini menangis.
“Selama
orangtua kamu belum menjemput maka kamu akan berada di sel”
“Hanya
orangtuanya yang mengambil maka silahkan pulang”
“Lagipula
orang macam kamu ini harusnya berada di sel”
“Yang
lain belajar di rumah kamu malah keluyuran!”
“Apa
kamu tidak takut tertular penyakit corona?”
Anak-anak yang tadi menangis pada diam.
Satu per satu anak-anak ini didata. Pihak sekolah juga dihubungi kalau ada
beberapa anaknya yang terlibat akan melakukan pengrusakan. Dari polsek
selanjutnya anak-anak ini dibawa ke polres karena kasusnya sudah antar kota.
`***
Juned
yang baru pulang dari Jakarta merasakan suatu ketenangan. Di Jakarta tempatnya
berjualan keliling kue putu sudah pada sepi. Merebaknya covid-19 membuat
jalanan di Jakarta terasa sepi. Apalagi bagi Juned yang menjajakan kue putu di
sore sampai malam hari. Adanya pembatasan berada di keramaian membuat jualan
yang ia jajakan keliling menjadi sepi. Beberapa rekannya sesama penjual kue
putu akhirnya sepakat untuk sementara merebaknya wabah covid-19 melanda maka jualannnya istirahat dulu. Pulang kampung
menjadi pilihan yang paling aman.
Baru
juga duduk di kursi malas ada tamu yang datang. Teryata Pak Lugu Sarta yang langsung
mengajak salaman.
“Langsung
saja...”
“Ini
ada laporan dari Polres Brebes”
“Anak
bapak ditangkap disana”
“Orangtuanya
disuruh kesana untuk dimintai keterangan”
“Salah
apa anak saya sehingga ditangkap pak?”
“Oh...kalau
itu saya tidak tahu”
“Silahkan
saja datang langsung ke polres”
Juned langsung memberitahu istri kalau
si Putra berada di Polres Brebes.
“Sudah
pak itu saja laporannya”
“Saya
ke Balaidesa lagi”, ujar Lugu Sarta yang akan kembali bertugas
Sepanjang
perjalanan Juned memikirkan anaknya yang satu ini. Belum lama sang istri dipanggil
pihak sekolah karena si anak absensinya terlalu banyak. Sepengetahuan orangtua
anaknya ini selalu berangkat ke sekolah. Tapi entah kenapa di hitungan guru anak ini sering tidak masuk
kelas. Entah apa yang dilakukan anak sehingga absensinya banyak sekali.
Di
Polres langsung menghubungi petugas jaga. Ditunjukkan kemana harus menghadap
selanjutnya. Sangat sedih begitu melihat sang anak yang meringkuk berada
didalam sel. Ada beberapa anak lainnnya yang juga mengalami nasib yang sama.
Kalau orangtuanya datang lalu disuruh menandatangani perjanjian tak akan
mengulangi lagi perbuatan setelah itu boleh pulang.
Betapa
malunya punya anak yang membuat nama orangtua tercoreng. Juned hanya
mendengarkan apa yang dikatakan polisi. Kalau anaknya ini sedang merencanakan
menyerang sekolah lain. Bagaimana ini? Disaat sekolah diliburkan karena
covid-19 anak ini main sampai jauh sekali. Oalah...nak-nak! Apa tidak ada pekerjaan
lain yang membuat kamu betah dirumah? Juned
hanya geleng-geleng kepala dengan kelakukan sang anak. Mudah-mudahan hal
ini menjadi pelajaran bagi sang anak. Kalau sudah di sel ternyata bisa nangis
juga. Kalau di rumah dinasehati sulitnya bukan main. Selalu saja menjawab kalau
dinasehati. Semoga sadar anakku. Sedang banyak wabah begini kamu masih bisa
main jauh. Sadar nak sadar kamu menjadi andalan bapak kelak ujar Juned dalam
hati.
Cirebon, 26 Maret 2020
Tidak ada komentar:
Posting Komentar