ARTIKEL
ANGKATAN 2020
Angkatan Tanpa UN, Tanpa Photo Bersama & Tanpa
Salaman
Mereka
yang kini duduk sebagai kelas 6 Sekolah Dasar, kelas 9 Sekolah Menegah Pertama atau
MTs dan kelas 12 SMA atau SMK memiliki pengalaman istimewa yang tidak dialami
oleh kakak-kakak kelas sebelumnya. Apakah
itu? Kini kita memahami bahwa angkatan 2020 merupakan angkatan pertama yang
tidak mengalami yang namanya Ujian Nasional. Ujian yang selama ini masih
dianggap momok oleh sebagian siswa yang akan melaksanakannya.
Siswa
kelas 6, kelas 9 dan kelas 12 jauh-jauh hari sudah mempersiapkan menghadapi UN.
Bahkan ada sekolah yang sudah mengagendakan dalam program sekolahnya dengan mengadakan
pengayaan. Seusai jam belajar atau sebelum jam ke-0 siswa mengikuti pengayaan. Ini
semua dilakukan agar UN bisa dihadapi dengan baik. Jauh lebih penting anak-anak
dapat melewatinya tentu dengan harapan nilainya juga bagus dan tidak
mengecewakan semua pihak.
Walau
kini yang namanya UN tidak menjadi syarat sebuah kelulusan namun tetap saja
untuk menghadapinya butuh persiapan. Siswa digembleng dengan berbagai persiapan
agar UN setidaknya bisa dikerjakan dengan baik. Try out, latihan membahas
sosal-soal sampai simulasi UN. Persiapan yang sudah begitu matang hilang
gara-gara sebuah wabah yang melanda dunia. Adanya covid-19 menjadikan agenda
yang sudah tersusun rapih batal demi keselamatan siswa.
Kebijakan peniadaan UN perlu diikuti
oleh partisipasi aktif warga dalam penerapan perilaku social distancing, yaitu
kerja dari rumah, belajar dari rumah dan ibadah di rumah.
UN hilang lalu apa gantinya? Opsi berikutnya ketika UN hilang adalah dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). USBN juga bisa dilaksanakan dengan catatan harus daring atau online, karena pada prinsipnya tidak boleh ada pengumpulan siswa selama di sekolah. Hal ini tentu saja sangat membahayakan bagi siswa itu sendiri. Bagaimana bila opsi yang satu ini juga tidak jadi dilaksanakan? Muncul opsi yang terakhir yaitu metode kelulusan akan ditentukan dengan menimbang nilai komulatif siswa selama belajar di sekolah.
UN hilang lalu apa gantinya? Opsi berikutnya ketika UN hilang adalah dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). USBN juga bisa dilaksanakan dengan catatan harus daring atau online, karena pada prinsipnya tidak boleh ada pengumpulan siswa selama di sekolah. Hal ini tentu saja sangat membahayakan bagi siswa itu sendiri. Bagaimana bila opsi yang satu ini juga tidak jadi dilaksanakan? Muncul opsi yang terakhir yaitu metode kelulusan akan ditentukan dengan menimbang nilai komulatif siswa selama belajar di sekolah.
Untuk tingkat SMA dan SMP maka
kelulusan siswa akan ditentukan melalui nilai komulatif mereka selama tiga
tahun belajar. Pun juga untuk siswa SD, kelulusan akan ditentukan dari nilai komulatif
selama enam tahun mereka belajar.
Angkatan Istimewa
Tahun 2020 akan
tercatat dalam benak anak-anak yang kini duduk di kelas 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA
atau yang sederajat. Mereka akan lulus
dengan otomatis kalau catatan di sekolahnya tidak ada masalah seperti tentang
kehadiran dan perilaku selama menjadi siswa. Selama itu baik maka akan dinyatakan
lulus.
Ditengah
mewabahnya virus corona kegiatan yang
sudah diagendakan hilang seperti acara perpisahan yang biasa rutin digelar.
Sudah UN hilang , tak ada acara perpisahan, tak ada acara salam-salaman sebagai
kegiatan terakhir dengan guru di sekolah. Tak ada pula acara photo-photo secara
massal.
Pengumuman
kelulusan juga supaya tidak mengumpulkan orang dalam jumlah banyak dalam satu
tempat dimungkinkan akan menggunakan surat. Dikirim via pos sesuai dengan alamat masing-masing.
Berkembangnya media sosial bisa jadi pengumuman lewat group yang ada di whatsapp.
Bagaimana saja acaranya agar anak-anak tidak berkumpul yang dikhawatirkan akan
mudah tertular covid-19.
Bila tahun
sebelumnya ada kegiatan photo-photo per kelas. Ada pula wali kelasnya yang
berada di tengah-tengah dikelilingi anak didiknya. Sungguh indah perpisahan
tahun sebelumnya. Karena ada pula
panggung hiburan. Disitu diumumkan juga siswa berprestasi dari 1 sampai 3 atau
sampai 10 besar. Terasa bahagia mereka yang dipanggil untuk naik ke atas
pangung bila menjadi siswa berprestasi. Pulangnya
walau sudah dilarang dengan tegas agar tidak melakukan aksi corat-coret tetap
saja mereka mencuri-curi waktu sehingga aksi corat-coret tetap ada tanpa sepengetahuan
guru tentunya.
Itulah gambaran
setahun yang lalu sebelum ada covid-19. Bagaimana dengan sekarang? Rasanya belum
bisa diprediksi akan seperti apa. Belajar juga masih tetap belajar di rumah.
Belajar di rumah yang tadinya hanya untuk 2 minggu bertambah lagi 2 minggu
selama Bulan Maret. Setelah dievalusia sepertinya covid-19 masih belum reda
maka pemerintah menambah waktu lagi untuk tetap belajar di rumah. Dari Bulan
Maret, Bulan April dan Bulan Mei kegiatan anak-anak tetap dilakukan di rumah.
Ini sesuai dengan anjuran presiden untuk melakukan aktivitas di rumah. Bahkan
taggar # diumahsaja menjadi sesuatu yang sangat familier ditelinga kita saat
ini.
Angkatan 2020
akan teringat sampai kapanpun oleh alumninya dengan kejadiaan yang terjadi saat
ini. Sebuah angkatan yang dengan penuh kesederhanaan dalam menghadapi ujian dan
cobaan. Suatu angkatan yang dinyatakan secara otomatis semua siswanya
dinyatakan lulus. Sebuah angkatan yang dinyatakan istimewa karena tidak
mengalami yang namanya Ujian Nasional. Sebuah angkatan yang diakhir masa
studinya tidak ada photo bersama, sebuah angkatan yang tidak diakhiri
perpisahan dengan guru dan teman seangkatan dengan salam-salaman.
Supaya
memudahkan mengingat angkatan 2020 maka akan lebih mudah bila disebut Angkatan
Corona. Sebuah angkatan yang terlahir dari wabah yang mendunia dari kemunculan virus
yang bernama covid-19. Selamat
melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk Angkatan Corona.
Sukses selalu.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar