Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 13 April 2020

Artikel "Angkatan 2020"


ARTIKEL

ANGKATAN 2020
Angkatan Tanpa UN, Tanpa Photo Bersama & Tanpa Salaman


            Mereka yang kini duduk sebagai kelas 6 Sekolah Dasar, kelas 9 Sekolah Menegah Pertama atau MTs dan kelas 12 SMA atau SMK memiliki pengalaman istimewa yang tidak dialami oleh  kakak-kakak kelas sebelumnya. Apakah itu? Kini kita memahami bahwa angkatan 2020 merupakan angkatan pertama yang tidak mengalami yang namanya Ujian Nasional. Ujian yang selama ini masih dianggap momok oleh sebagian siswa yang akan melaksanakannya.
            Siswa kelas 6, kelas 9 dan kelas 12 jauh-jauh hari sudah mempersiapkan menghadapi UN. Bahkan ada sekolah yang sudah mengagendakan dalam program sekolahnya dengan mengadakan pengayaan. Seusai jam belajar atau sebelum jam ke-0 siswa mengikuti pengayaan. Ini semua dilakukan agar UN bisa dihadapi dengan baik. Jauh lebih penting anak-anak dapat melewatinya tentu dengan harapan nilainya juga bagus dan tidak mengecewakan semua pihak.
            Walau kini yang namanya UN tidak menjadi syarat sebuah kelulusan namun tetap saja untuk menghadapinya butuh persiapan. Siswa digembleng dengan berbagai persiapan agar UN setidaknya bisa dikerjakan dengan baik. Try out, latihan membahas sosal-soal sampai simulasi UN. Persiapan yang sudah begitu matang hilang gara-gara sebuah wabah yang melanda dunia. Adanya covid-19 menjadikan agenda yang sudah tersusun rapih batal demi keselamatan siswa.
            Kebijakan peniadaan UN perlu diikuti oleh partisipasi aktif warga dalam penerapan perilaku social distancing, yaitu kerja dari rumah, belajar dari rumah dan ibadah di rumah.
            UN hilang lalu apa gantinya? Opsi berikutnya ketika UN hilang adalah dengan Ujian Sekolah Berstandar Nasional (USBN). USBN juga bisa dilaksanakan dengan catatan harus daring atau online, karena pada prinsipnya tidak boleh ada pengumpulan siswa selama di sekolah. Hal ini tentu saja sangat membahayakan bagi siswa itu sendiri. Bagaimana bila opsi yang satu ini juga tidak jadi dilaksanakan?  Muncul opsi yang terakhir yaitu metode kelulusan akan ditentukan  dengan menimbang nilai komulatif siswa selama belajar di sekolah.
Untuk tingkat SMA dan SMP maka kelulusan siswa akan ditentukan melalui nilai komulatif mereka selama tiga tahun belajar. Pun juga untuk siswa SD, kelulusan akan ditentukan dari nilai komulatif selama enam tahun mereka belajar.
Angkatan Istimewa
Tahun 2020 akan tercatat dalam benak anak-anak yang kini duduk di kelas 6 SD, 9 SMP dan 12 SMA atau yang sederajat.  Mereka akan lulus dengan otomatis kalau catatan di sekolahnya tidak ada masalah seperti tentang kehadiran dan perilaku selama menjadi siswa. Selama itu baik maka akan dinyatakan lulus.
Ditengah mewabahnya virus corona  kegiatan yang sudah diagendakan hilang seperti acara perpisahan yang biasa rutin digelar. Sudah UN hilang , tak ada acara perpisahan, tak ada acara salam-salaman sebagai kegiatan terakhir dengan guru di sekolah. Tak ada pula acara photo-photo secara massal.
Pengumuman kelulusan juga supaya tidak mengumpulkan orang dalam jumlah banyak dalam satu tempat dimungkinkan akan menggunakan surat. Dikirim  via pos sesuai dengan alamat masing-masing. Berkembangnya media sosial bisa jadi pengumuman lewat group yang ada di whatsapp. Bagaimana saja acaranya agar anak-anak tidak berkumpul yang dikhawatirkan akan mudah tertular covid-19.
Bila tahun sebelumnya ada kegiatan photo-photo per kelas. Ada pula wali kelasnya yang berada di tengah-tengah dikelilingi anak didiknya. Sungguh indah perpisahan tahun sebelumnya.  Karena ada pula panggung hiburan. Disitu diumumkan juga siswa berprestasi dari 1 sampai 3 atau sampai 10 besar. Terasa bahagia mereka yang dipanggil untuk naik ke atas pangung  bila menjadi siswa berprestasi. Pulangnya walau sudah dilarang dengan tegas agar tidak melakukan aksi corat-coret tetap saja mereka mencuri-curi waktu sehingga aksi corat-coret tetap ada tanpa sepengetahuan guru tentunya.
Itulah gambaran setahun yang lalu sebelum ada covid-19. Bagaimana dengan sekarang? Rasanya belum bisa diprediksi akan seperti apa. Belajar juga masih tetap belajar di rumah. Belajar di rumah yang tadinya hanya untuk 2 minggu bertambah lagi 2 minggu selama Bulan Maret. Setelah dievalusia sepertinya covid-19 masih belum reda maka pemerintah menambah waktu lagi untuk tetap belajar di rumah. Dari Bulan Maret, Bulan April dan Bulan Mei kegiatan anak-anak tetap dilakukan di rumah. Ini sesuai dengan anjuran presiden untuk melakukan aktivitas di rumah. Bahkan taggar # diumahsaja menjadi sesuatu yang sangat familier ditelinga kita saat ini.
Angkatan 2020 akan teringat sampai kapanpun oleh alumninya dengan kejadiaan yang terjadi saat ini. Sebuah angkatan yang dengan penuh kesederhanaan dalam menghadapi ujian dan cobaan. Suatu angkatan yang dinyatakan secara otomatis semua siswanya dinyatakan lulus. Sebuah angkatan yang dinyatakan istimewa karena tidak mengalami yang namanya Ujian Nasional. Sebuah angkatan yang diakhir masa studinya tidak ada photo bersama, sebuah angkatan yang tidak diakhiri perpisahan dengan guru dan teman seangkatan dengan salam-salaman.
Supaya memudahkan mengingat angkatan 2020 maka akan lebih mudah bila disebut Angkatan Corona. Sebuah angkatan yang terlahir dari wabah yang mendunia dari kemunculan virus yang bernama covid-19.  Selamat melanjutkan pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi untuk Angkatan Corona. Sukses selalu.

                                                                                                      *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                          Domisili di Gebang



Tidak ada komentar:

Posting Komentar