Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 02 Juli 2019

DESTINASI WISATA BUKIT AZIMUT (Artikel)


ARTIKEL

DESTINASI WISATA BUKIT AZIMUT
Oleh : Nurdin Kurniawan


            Nama bukit Azimut yang terletak di perbatasan antara Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Cirebon mungkin lebih dikenal daripada nama Maneungteung. Padahal nama Manuengteung adalah nama yang sesungguhnya. Dahulu ketika dibangun menara repeater PT. Telkom yang berada dipuncak bukit perusahaan yang mengerjakannya adalah CV. Azimut. Papan nama proyek ini dipasang didepan jalan yang menghubungkan Kuningan-Cirebon. Orang sering membacanya sambil lewat. Dari sinilah lalu bukit yang bersejarah itu banyak yang menyabutnya dengan nama Bukit Azimut.
            Kembali nama Azimut menjadi banyak pembicaraan ketika beberapa hari yang lalu rute Kuningan- Cirebon via Azimut mengalami amblas.  Amblasnya jalan lintas Kabupaten Kuningan- Cirebon di Bukit Maneungteung atau biasa disebut Azimut Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon diduga akibat terkikisnya dasar ‎tanggul jalan oleh arus Sungai Cisanggarung, yang mengalir di bawah jalan tersebut. Alhasil kendaraan berat dan bus  yang setiap hari melalui jalan tersebut harus dialihkan ke rute lain yang jauh lebih aman.
            Ruas jalan disekitar Bukit Azimut merupakan ruas jalan provinsi. Kendaraan berat terutama dump truck hampir tiap hari melintasi jalan ini. Sudah bisa dibayangkan jalan yang di sebelah kanan dan kirinya diapit oleh sungai tersebut rawan akan kerusakan. Kini terbukti jalan tersebut mengalami amblas. Rute yang terbilang padat dilalui oleh dump truck galian c bertonase berat seperti pasir, sirtu serta bongkahan batu.
            Azimut merupakan bukit yang bersejarah karena semasa perjuangan fisik di era awal kemerdekaan ditempat ini terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia  dengan tentara Belanda. Dari Bukit Azimut ini tentara Belanda yang akan menuju Kuningan sering dihadang oleh para pejuang. Taktik gerilya memang yang dilakukan para pejuang untuk melawan Belanda yang persenjatannya lebih lengkap. Bukti sejarah yang masih dilihat adalah ditemukannya beberapa bunker yang ada di bukit yang berada di sebelah timur yang dipisahkan oleh Sungai Cisanggarung. Masih dipertanyakan apakah bunker ini dibangun oleh pejuang atau oleh Belanda.
Selain itu Azimut juga merupakan  pusat kebudayaan Cirebon masa lalau. Di Azimut ditemukan beberapa artefak seperti benda-benda dari tembikar dan porselen pecahan guci. Selain itu dtemukan juga beberapa fosil hewan laut seperti cangkang mulosca. Bahkan ada yang meyakini didaerah ini diduga juga ada beberapa temuan yang merupakan hasil peninggalan Kerajaan Purwasanggarung.
Bernilai Historis
Banyak yang menyesalkan ketika mega proyek pembangunan tol Kanci-Pejagan tahun 2009-2010 mengambil tanah urugannya dari Bukit Azimut. Alhasil sisi bukit bagian selatan menjadi rusak parah. Beberapa LSM dibawah komando LSM Petakala Grage melakukan demo meminta pihak-pihak terkait untuk segera mengakhiri ekploitasi Azimut hanya untuk kepentingan segelintir pengusaha semata. Setelah kerusakan makin dirasa dan mulai banyak menimbulkan masalah amdal mulailah terbuka mata hati pemerintah untuk menghentikan pengerukan tanah dari Azimut. Beberapa pihak yang terindikasi merusak Azimut diharuskan untuk mereklamasi Azimut. Namun sayang reklamasi tidak sebaik yang diharapkan. Sisi bukit bagian  selatan Azimut tidak seindah dulu lagi. Beberapa LSM yang akhirnya berinisiatif menanami kembali bukit yang sudah rusak.
Bukit Azimut sangat cantik untuk dijadikan daerah wisata, selain  memang bernilai sejarah saksi sejarah pejuang di era 1945 juga didalamnya banyak ditemukan fosil-fosil hewan laut. Dari daerah ini bisa diketahui  terbentuk beberapa ribuan tahun yang lalu dahulunya merupakan laut. Fosil-fosil laut itulah yang membuktikan kalau Azimut pernah menjadi lautan.
Namun sayang untuk menjadikan Azimut menjadi daerah tujuan wisata belum maksimal. Masih terkendala investor yang mau menamkan modalnya di Azimut. Sementara ini yang ada hanyalah pembiaran. Malah kini terkesan Azimut sebagai daerah tempat mesumnya anak-anak muda. Tangan-tangan jahil juga membuat penampilan Azimut makin tak karuan. Di atas bukit dimana terdapat Patung Perjuangan Rakyat Maneungteung dicorat-coret. Beberapa kali dicat ulang juga tetap saja tangan-tangan jahil masih saja suka mengotorinya dengan tulisan-tulisan yang tidak bermakna.
Selain bernilai historis keberadaan Azimut ada pula legenda yang selama ini diyakini berasal dari bukit Azimut. Barangkali pembaca pernah mendengar legenda Sangkuriang? Nah… di Kuningan dan Cirebon timur dimana terdapat Bukit Azimut terdapat pula legenda Sangkuriang. Sebuah legenda rakyat yang hampir sama dengan legenda Sangkuriang yang ada di tatar Pasundan tepatnya di Bandung. Sangkuriang versi Kuningan-Cirebon Timur ini dengan latar belakang Bukit Azimut. Jalan ceritanya sama dengan yang di bandung hanya saja tempat-tempatnya di Kuningan dan sekitar Cirebon Timur.
Sangkuriang membuat bendungan untuk mengabulkan permintaan Dayang Sumbi dengan membendung Sungai Cisanggarung, bendungannya sendiri adalah Bukit Azimut. Nama Sangkuriang versi Kuningan sendiri sebenarnya sebutan dari Sang Guriang yang berarti manusia setengah makhluk halus. Karena kebiasaan saja dalam membacanya lalu berubah jadi Sangkuriang. Petilasan lain yang mendukung kalau Sangkuriang berasal dari Kuningan adalah terdapatnya pasar siluman.  Pasar ini konon berada di desa  Cihurip, Kecamatan Ciawi Gebang. Pasar tersebut merupakan tempat berkumpulnya para siluman yang dahulu membantu Sangkuriang dalam mewujudkan keinginnya membuat danau untuk Dayang Sumbi yang tak lain adalah ibu kandungnya. Tiap malam-malam tertentu di pasar ini terlihat ramai sekali layaknya pasar di alam manusia dengan transaksi jual-beli.
Kiranya cukup bukti yang mendukung kalau kawasan Bukit Azimut harus diselamatkan. Selain faktor sejarah juga tempat ini mempunyai potensi wisata yang bagus untuk dikembangkan. Tidak berlebihan bila melalui tulisan ini pemkab Cirebon bisa menata ulang agar kawasan yang bersejarah dan memiliki nilai ekonomis ini untuk dikembangkan menjadi kawasan wisata. Alangkah eloknya melihat kendaran yang lalu-lalang dari atas Bukit Azimut. Disebelah kanan dan kirinya diapit oleh aliran sungai. Semilir angin menambah betah untuk berlama-lama memandang semesta. Tinggal bagaimana pemkab bisa menarik investor agar mau membenahi kawasan Bukit Azimut ini dengan sebaik-baiknya.


                                                                                                 *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                     Domisili di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar