ARTIKEL
DESTINASI WISATA BUKIT AZIMUT
Oleh : Nurdin Kurniawan
Nama bukit Azimut yang terletak di
perbatasan antara Kabupaten Kuningan dengan Kabupaten Cirebon mungkin lebih
dikenal daripada nama Maneungteung. Padahal nama Manuengteung adalah nama yang
sesungguhnya. Dahulu ketika dibangun menara repeater
PT. Telkom yang berada dipuncak bukit perusahaan yang mengerjakannya adalah CV.
Azimut. Papan nama proyek ini dipasang didepan jalan yang menghubungkan
Kuningan-Cirebon. Orang sering membacanya sambil lewat. Dari sinilah lalu bukit
yang bersejarah itu banyak yang menyabutnya dengan nama Bukit Azimut.
Kembali nama Azimut menjadi banyak
pembicaraan ketika beberapa hari yang lalu rute Kuningan- Cirebon via Azimut
mengalami amblas. Amblasnya
jalan lintas Kabupaten Kuningan- Cirebon di Bukit Maneungteung atau biasa
disebut Azimut Kecamatan Waled, Kabupaten Cirebon diduga akibat terkikisnya
dasar tanggul jalan oleh arus Sungai Cisanggarung, yang mengalir di bawah
jalan tersebut. Alhasil kendaraan berat dan bus yang setiap hari melalui jalan tersebut harus
dialihkan ke rute lain yang jauh lebih aman.
Ruas jalan disekitar
Bukit Azimut merupakan ruas jalan provinsi. Kendaraan berat terutama dump truck hampir tiap hari melintasi
jalan ini. Sudah bisa dibayangkan jalan yang di sebelah kanan dan kirinya
diapit oleh sungai tersebut rawan akan kerusakan. Kini terbukti jalan tersebut
mengalami amblas. Rute yang terbilang padat dilalui oleh dump truck galian c bertonase berat seperti pasir, sirtu serta
bongkahan batu.
Azimut merupakan
bukit yang bersejarah karena semasa perjuangan fisik di era awal kemerdekaan ditempat
ini terjadi pertempuran antara pejuang Indonesia dengan tentara Belanda. Dari Bukit Azimut ini
tentara Belanda yang akan menuju Kuningan sering dihadang oleh para pejuang. Taktik
gerilya memang yang dilakukan para pejuang untuk melawan Belanda yang
persenjatannya lebih lengkap. Bukti sejarah yang masih dilihat adalah
ditemukannya beberapa bunker yang ada di bukit yang berada di sebelah timur yang
dipisahkan oleh Sungai Cisanggarung. Masih dipertanyakan apakah bunker ini dibangun oleh pejuang atau
oleh Belanda.
Selain itu Azimut juga merupakan pusat kebudayaan Cirebon masa lalau. Di Azimut
ditemukan beberapa artefak seperti benda-benda dari tembikar dan porselen pecahan
guci. Selain itu dtemukan juga beberapa fosil hewan laut seperti cangkang
mulosca. Bahkan ada yang meyakini didaerah ini diduga juga ada beberapa temuan yang
merupakan hasil peninggalan Kerajaan Purwasanggarung.
Bernilai
Historis
Banyak yang menyesalkan ketika mega
proyek pembangunan tol Kanci-Pejagan tahun 2009-2010 mengambil tanah urugannya
dari Bukit Azimut. Alhasil sisi bukit bagian selatan menjadi rusak parah.
Beberapa LSM dibawah komando LSM Petakala Grage melakukan demo meminta pihak-pihak
terkait untuk segera mengakhiri ekploitasi Azimut hanya untuk kepentingan
segelintir pengusaha semata. Setelah kerusakan makin dirasa dan mulai banyak
menimbulkan masalah amdal mulailah terbuka mata hati pemerintah untuk
menghentikan pengerukan tanah dari Azimut. Beberapa pihak yang terindikasi
merusak Azimut diharuskan untuk mereklamasi Azimut. Namun sayang reklamasi
tidak sebaik yang diharapkan. Sisi bukit bagian selatan Azimut tidak seindah dulu lagi.
Beberapa LSM yang akhirnya berinisiatif menanami kembali bukit yang sudah
rusak.
Bukit Azimut sangat cantik untuk
dijadikan daerah wisata, selain memang
bernilai sejarah saksi sejarah pejuang di era 1945 juga didalamnya banyak
ditemukan fosil-fosil hewan laut. Dari daerah ini bisa diketahui terbentuk beberapa ribuan tahun yang lalu
dahulunya merupakan laut. Fosil-fosil laut itulah yang membuktikan kalau Azimut
pernah menjadi lautan.
Namun sayang untuk menjadikan Azimut
menjadi daerah tujuan wisata belum maksimal. Masih terkendala investor yang mau
menamkan modalnya di Azimut. Sementara ini yang ada hanyalah pembiaran. Malah
kini terkesan Azimut sebagai daerah tempat mesumnya anak-anak muda.
Tangan-tangan jahil juga membuat penampilan Azimut makin tak karuan. Di atas
bukit dimana terdapat Patung Perjuangan Rakyat Maneungteung dicorat-coret. Beberapa
kali dicat ulang juga tetap saja tangan-tangan jahil masih saja suka
mengotorinya dengan tulisan-tulisan yang tidak bermakna.
Selain bernilai historis keberadaan
Azimut ada pula legenda yang selama ini diyakini berasal dari bukit Azimut.
Barangkali pembaca pernah mendengar legenda Sangkuriang? Nah… di Kuningan dan
Cirebon timur dimana terdapat Bukit Azimut terdapat pula legenda Sangkuriang.
Sebuah legenda rakyat yang hampir sama dengan legenda Sangkuriang yang ada di
tatar Pasundan tepatnya di Bandung. Sangkuriang versi Kuningan-Cirebon Timur ini
dengan latar belakang Bukit Azimut. Jalan ceritanya sama dengan yang di bandung
hanya saja tempat-tempatnya di Kuningan dan sekitar Cirebon Timur.
Sangkuriang membuat bendungan untuk
mengabulkan permintaan Dayang Sumbi dengan membendung Sungai Cisanggarung,
bendungannya sendiri adalah Bukit Azimut. Nama Sangkuriang versi Kuningan
sendiri sebenarnya sebutan dari Sang
Guriang yang berarti manusia setengah makhluk halus. Karena kebiasaan saja
dalam membacanya lalu berubah jadi Sangkuriang. Petilasan lain yang mendukung
kalau Sangkuriang berasal dari Kuningan adalah terdapatnya pasar siluman. Pasar ini konon berada di desa Cihurip, Kecamatan Ciawi Gebang. Pasar
tersebut merupakan tempat berkumpulnya para siluman yang dahulu membantu
Sangkuriang dalam mewujudkan keinginnya membuat danau untuk Dayang Sumbi yang
tak lain adalah ibu kandungnya. Tiap malam-malam tertentu di pasar ini terlihat
ramai sekali layaknya pasar di alam manusia dengan transaksi jual-beli.
Kiranya cukup bukti yang mendukung
kalau kawasan Bukit Azimut harus diselamatkan. Selain faktor sejarah juga
tempat ini mempunyai potensi wisata yang bagus untuk dikembangkan. Tidak
berlebihan bila melalui tulisan ini pemkab Cirebon bisa menata ulang agar
kawasan yang bersejarah dan memiliki nilai ekonomis ini untuk dikembangkan
menjadi kawasan wisata. Alangkah eloknya melihat kendaran yang lalu-lalang dari
atas Bukit Azimut. Disebelah kanan dan kirinya diapit oleh aliran sungai.
Semilir angin menambah betah untuk berlama-lama memandang semesta. Tinggal
bagaimana pemkab bisa menarik investor agar mau membenahi kawasan Bukit Azimut
ini dengan sebaik-baiknya.
*)
Praktisi Pendidikan
Domisili
di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar