Cerpen
N A T A L I A
Oleh : Nurdin Kurniawan
Sebagai anak sulung tentu punya
tanggungjawab lebih bila dibading dengan anak kedua atau ketiga. Sebagai anak
pertama Lina demikian nama akrab dari Natalina mempunyai tangggungjawab yang ekstra terhadap
adik-adiknya. Apalagi sekarang Ibu sedang berada di luar negeri. Ibu sudah hampir 2 bulan
berada di Singapura sebagai TKW. Sebelumnya Ibu pernah bekerja di Arab
Saudi selama 2 tahun.
Tugas-tugas di rumah Lina yang mengerjakannya
mulai dari mencuci baju, ngepel, mencuci
piring. Pekerjaan yang lainnya Bapak
yang menangangi. Pekerjaan Bapak sebagai buruh bangunan. Kadang kalau ada
pekerjaan Bapak ikut di proyek-proyek. Tapi kalau tidak ada maka Bapak ada di
rumah saja. Kadang kami suka kasihan melihat Bapak. Walaupun laki-laki Bapak
sudah terbiasa menangani pekerjaan
sehari-hari di rumah.
Hasil kerja Ibu sewaktu di Arab memang
terlihat sekali. Ibu mengirim apa yang didapat dari hasil kerjanya di luar
negeri. Ketika Ibu kerja di Arab hasilnya diantaranya untuk membeli motor,
biaya sekolah , khitanan adik. Sekarang ini Ibu berangkat lagi karena masih
banyak yang ingin dilengkapi oleh Ibu di rumah. Terpaksa Ibu harus mencari
kerja di negera tetangga hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
Hadiah dari Ibu yang sampai sekarang
masih terawat baik adalah HP Nokia E.6 yang diberikan ibu langsung dari Arab.
HP inilah yang sekarang sering digunakan Lina untuk menghubungi teman-teman, sms-an.
Bila rindu pada Ibu maka Lina tak
segan-segan menghubungi Ibu. Kadang Ibu yang mendahului sms-an menggunakan HP temannya Ibu di Singapura. Sekarang yang
namanya HP begitu dirasakan pentingnya. Kalau mau menghubungi Ibu tingggal bel
saja atau kirim lewat sms.
Hanya Bapak yang Lina lihat sekarang
ini suka melamun. Kalau Bapak lagi melamun maka Lina dekati.
“Bapak kok diam saja?”
“Ada yang dipikirkan ya Pak?”
Bapak kaget
ketika Lina menyapa demikian. Bapak langsung mengalihkan perhatian seolah-olah
tidak terjadi apa-apa. Lina sedih bila melihat Bapak melamun.
“Kenapa Bapak melamun?”
Bapak menatap
Lina, ada sesuatu yang ingin Bapak sampaikan. Ternyata setelah ngobrol Bapak
kangen sama Ibu yang sedang berada di luar negeri.
“Bapak kangen sama Ibumu”
Kalau Bapak teringat
sama Ibu adalah hal yang wajar. Bapak sering ditingggal Ibu kerja di luar
negeri. Mudah-mudahan Singapura adalah negara terakhir dimana Ibu harus
bekerja. Biarlah kerja di Indonesia saja agar jangan jauh-jauh. Lina merasakan
sekali betapa rindunya pada Ibu jika malam-malam ada yang ingin ditanyakan
tentang suatu pelajaran. Setidaknya kalau ada Ibu tentu Lina bisa menanyakannya
langsung.
***
Memasuki usia anak kelas 9 SMP tentu
banyak sekai perubahan fisik yang dirasakan Lina. Lina kini sudah mulai mengenal
yang namanya cinta. Mau dibilang cinta monyet, cinta garila sekalipun tak
apalah. Mulai bisa menaksir-naksir kalau si A ganteng, kalau si B tampan, kalau
si C gagah. Pokoknya dunia anak laki-laki mulai Lina telusuri.
Akhir-akhir ini Lina senang akan
seorang lelaki yang cukup membuat hati dan jantung Lina berdebar. Mulanya Lina
kenal dia sejak kelas 7 waktu itu masih
sekelas . Kini di kelas 9 kelasnya dicampur-campur lagi. Lina kebetulan bersatu
lagi dengan cowok yang susah Lina lupakan wajahnya ini. Dia tampan, kulitnya
putih, anaknya tinggi besar. Pokoknya Lina senang banget sama cowok yang satu
ini. Namun sayang anaknya tidak bisa bercanda. Suatu saat Lina sms, eh… jawaban balasannya hanya
pendek.
Masih penasaran dengan jawaban yang
dia berikan esoknya Lina sms lagi.
Jawaban yang dia berikan sama seperti yang pernah Lina tanyakan. Lina jadi bĂȘte
dengan jawaban-jawaban pendek seperti itu. Penasaran juga akhirnya Lina bel
saja langsung. Ditungggu lama sekali namun belum juga nyambung padahal Lina yakin telponnya sudah terhubung.
Kok lama sekali tidak diangkat-angkat. Lina tutup lagi saja habis kesal
menunggunya.
Suatu saat Lina bel lagi. Lina ingin
sekali ngobrol lama-lama dengan Andri. Begitu telpon langsung terhubung amat senang sekali yang Lina rasakan.
“Hai…apa khabar?”
“Baik”
Pet… setelah itu
telpon ditutup Andri. Aduh alangkah sedihnya hanya sedikit sekali jawaban yang
Lina terima. Baru tau ada cowok yang seperti ini. Disangkanya mau ngobrol lama.
Eh hanya menjawab baik lalu HP ditutup lagi. Bagaimna tidak gusar dengan
jawaban yang seperti itu! Ah, dasar Andri cowok lugu! Diajak ngobrol sama cewek
eh memutuskan telpon cepat-cepat. Sepertinya tipe cowok grogian.
Kalau di kelas Lina suka
mencuri-curi pandangan sekedar ingin melihat wajah Andri. Diakui memang Andri
ini beda dengan cowok-cowok yang ada di kelas 9 B. Lina juga suka
bertanya–tanya ke teman-teman apakah
Andri ini sudah punya pacar atau belum. Dari beberapa teman yang ditanyakan memang
diketahui kalau Andri menyukai seseorang. Masih katanya pula cewek yang
ditaksir Andri sudah punya pacar. Kalau
saja itu aku tentu aku sangat senang ujar Lina dalam hati. Dasar cintaku masih
bertepuk sebelah tangan.
***
Di sekolah Lina termasuk anak yang
aktif. Bendahara kelas ia pegang. Suka memperlihatkan kemampuannya dihadapan
anak-anak. Kalau disuruh maju maka tak segan-segan untuk maju ke depan. Kalau
ditanya cita-cita Lina dengan sungguh-sungguh akan menjawab menjadi dokter. Walau
bendahara di kelas namun Lina tidak ikut nabung di sekolah. Uang yang Bapak
berikan Rp. 5.000 semuanya habis di pakai jajan. Ingin sih menabung untuk
membantu meringankan Ibu yang masih di Singapura, namun kebiasaan jajan Lina
susah sekali dihilangkan. Kalau dibilang Lina boros memang Lina akui itu.
Di rumah Bapak juga memberikan uang
lagi hanya untuk jajan sejumlah Rp. 5.000 diusai sekolah. Kadang uang yang ini
habis Lina gunakan untuk membeli pulsa. Main FB dan sms-an tak bisa Lina hilangkan. Kalau sudah memegang HP yang pernah
Ibu belikan buat Lina rasa-rasanya susah sekali diletakkan. Inginnya terus main
HP selagi pulsanya masih ada sih. Jangan heran bila dalan sehari pulsa yang
baru diisi ikut habis.
Sebagai anak paling tua memang
diakui Lina sendiri harus bisa memberikan contoh yang baik terhadap adik-adik
Lina. Setidaknya Lina harus sukses dan memberikan contoh pada mereka. Lina
ingin memberikan kedua adik Lina contoh yang benar-benar bisa ditiru. Kasihan
mereka ini masih kelas 4 SD dan satunya masih kelas 1 SD untuk si bungsu.
Perjalanan masih sangat panjang ujar
Lina anak kelahiran Cirebon, 21 Desember 1997. Masih banyak tantangan dan
rintangan yang siap menghadang di depan. Sekolah saja yang benar agar bisa
membahagiakan Ibu dan Bapak. Kalau melihat perjuangan Ibu di luar negeri
tentu membuat Lina harus sadar dan berbesar hati. Setidaknya sebagai anak tertua harus
membuat Ibu bisa bangga akan kemampuan Lina. Ingin agar Ibu bisa tenang disaat
hari tuanya. Ingin agar Lina sajalah yang kelak membiayai segala sesuatunya.
Tentunya kalau Lina berhasil. Makanya Lina berharap akan ada kemajuan dalam
diri Lina. Lina bisa belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih masa depan.
Kalau sudah berfikir tentang Ibu
makin rindu saja Lina akan Ibu. Lina hanya bisa berdoa agar Ibu bekerja dengan
baik di Singapura. Agar Ibu bisa secepatnya menyelesaikan kontraknya disana.
Setidaknya kalau sudah habis kontraknya Lina dan adik-adik serta Bapak bisa
bersatu lagi.
Lina suka cemburu dengan anak-anak
tetangga yang Ibunya ada di rumah. Mereka tampak senang sekali bergurau sama
Ibu mereka. Kalau melihat hal seperti itu Lina rindu sekali sama Ibu.
Ya…mudah-mudahan Ibu cepat kembali dan bisa berkumpul bersama-sama lagi seperti
yang dulu. Walaupun terasa lama namun
akan Lina tunggu. Kehadiran Ibu di rumah ini sungguh amat dinanti-nantikan.
Cirebon, 30 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar