Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 01 Juli 2019

N A T A L I A (Cerpen)


Cerpen
N A T A L I A
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Sebagai anak sulung tentu punya tanggungjawab lebih bila dibading dengan anak kedua atau ketiga. Sebagai anak pertama Lina demikian nama akrab dari Natalina mempunyai  tangggungjawab yang ekstra terhadap adik-adiknya. Apalagi sekarang Ibu sedang berada  di luar negeri. Ibu sudah hampir 2 bulan berada di Singapura sebagai TKW. Sebelumnya Ibu pernah bekerja di Arab Saudi  selama 2 tahun.
            Tugas-tugas di rumah Lina yang mengerjakannya mulai dari  mencuci baju, ngepel, mencuci piring.  Pekerjaan yang lainnya Bapak yang menangangi. Pekerjaan Bapak sebagai buruh bangunan. Kadang kalau ada pekerjaan Bapak ikut di proyek-proyek. Tapi kalau tidak ada maka Bapak ada di rumah saja. Kadang kami suka kasihan melihat Bapak. Walaupun laki-laki Bapak sudah terbiasa menangani  pekerjaan sehari-hari di rumah.
            Hasil kerja Ibu sewaktu di Arab memang terlihat sekali. Ibu mengirim apa yang didapat dari hasil kerjanya di luar negeri. Ketika Ibu kerja di Arab hasilnya diantaranya untuk membeli motor, biaya sekolah , khitanan adik. Sekarang ini Ibu berangkat lagi karena masih banyak yang ingin dilengkapi oleh Ibu di rumah. Terpaksa Ibu harus mencari kerja di negera tetangga hanya untuk menutupi kebutuhan sehari-hari.
            Hadiah dari Ibu yang sampai sekarang masih terawat baik adalah HP Nokia E.6 yang diberikan ibu langsung dari Arab. HP inilah yang sekarang sering digunakan Lina untuk menghubungi teman-teman, sms-an.
            Bila rindu pada Ibu maka Lina tak segan-segan menghubungi Ibu. Kadang Ibu yang mendahului sms-an menggunakan HP temannya Ibu di Singapura. Sekarang yang namanya HP begitu dirasakan pentingnya. Kalau mau menghubungi Ibu tingggal bel saja atau kirim lewat sms.
            Hanya Bapak yang Lina lihat sekarang ini suka melamun. Kalau Bapak lagi melamun maka Lina dekati.
            “Bapak kok diam saja?”
            “Ada yang dipikirkan ya Pak?”
Bapak kaget ketika Lina menyapa demikian. Bapak langsung mengalihkan perhatian seolah-olah tidak terjadi apa-apa. Lina sedih bila melihat Bapak melamun.
            “Kenapa Bapak melamun?”
Bapak menatap Lina, ada sesuatu yang ingin Bapak sampaikan. Ternyata setelah ngobrol Bapak kangen sama Ibu yang sedang berada di luar negeri.
            “Bapak kangen sama Ibumu”
Kalau Bapak teringat sama Ibu adalah hal yang wajar. Bapak sering ditingggal Ibu kerja di luar negeri. Mudah-mudahan Singapura adalah negara terakhir dimana Ibu harus bekerja. Biarlah kerja di Indonesia saja agar jangan jauh-jauh. Lina merasakan sekali betapa rindunya pada Ibu jika malam-malam ada yang ingin ditanyakan tentang suatu pelajaran. Setidaknya kalau ada Ibu tentu Lina bisa menanyakannya langsung.
                                                                        ***
            Memasuki usia anak kelas 9 SMP tentu banyak sekai perubahan fisik yang dirasakan Lina. Lina kini sudah mulai mengenal yang namanya cinta. Mau dibilang cinta monyet, cinta garila sekalipun tak apalah. Mulai bisa menaksir-naksir kalau si A ganteng, kalau si B tampan, kalau si C gagah. Pokoknya dunia anak laki-laki mulai Lina telusuri.
            Akhir-akhir ini Lina senang akan seorang lelaki yang cukup membuat hati dan jantung Lina berdebar. Mulanya Lina kenal  dia sejak kelas 7 waktu itu masih sekelas . Kini di kelas 9 kelasnya dicampur-campur lagi. Lina kebetulan bersatu lagi dengan cowok yang susah Lina lupakan wajahnya ini. Dia tampan, kulitnya putih, anaknya tinggi besar. Pokoknya Lina senang banget sama cowok yang satu ini. Namun sayang anaknya tidak bisa bercanda. Suatu saat Lina sms, eh… jawaban balasannya hanya pendek.
            Masih penasaran dengan jawaban yang dia berikan esoknya Lina sms lagi. Jawaban yang dia berikan sama seperti yang pernah Lina tanyakan. Lina jadi bĂȘte dengan jawaban-jawaban pendek seperti itu. Penasaran juga akhirnya Lina bel saja langsung. Ditungggu lama sekali namun belum juga nyambung  padahal Lina yakin telponnya sudah terhubung. Kok lama sekali tidak diangkat-angkat. Lina tutup lagi saja habis kesal menunggunya.
            Suatu saat Lina bel lagi. Lina ingin sekali ngobrol lama-lama dengan Andri. Begitu telpon langsung terhubung  amat senang sekali yang Lina rasakan.
            “Hai…apa khabar?”
            “Baik”
Pet… setelah itu telpon ditutup Andri. Aduh alangkah sedihnya hanya sedikit sekali jawaban yang Lina terima. Baru tau ada cowok yang seperti ini. Disangkanya mau ngobrol lama. Eh hanya menjawab baik lalu HP ditutup lagi. Bagaimna tidak gusar dengan jawaban yang seperti itu! Ah, dasar Andri cowok lugu! Diajak ngobrol sama cewek eh memutuskan telpon cepat-cepat. Sepertinya tipe cowok grogian.
            Kalau di kelas Lina suka mencuri-curi pandangan sekedar ingin melihat wajah Andri. Diakui memang Andri ini beda dengan cowok-cowok yang ada di kelas 9 B. Lina juga suka bertanya–tanya  ke teman-teman apakah Andri ini sudah punya pacar atau belum. Dari beberapa teman yang ditanyakan memang diketahui kalau Andri menyukai seseorang. Masih katanya pula cewek yang ditaksir Andri  sudah punya pacar. Kalau saja itu aku tentu aku sangat senang ujar Lina dalam hati. Dasar cintaku masih bertepuk sebelah tangan.
                                                                        ***
            Di sekolah Lina termasuk anak yang aktif. Bendahara kelas ia pegang. Suka memperlihatkan kemampuannya dihadapan anak-anak. Kalau disuruh maju maka tak segan-segan untuk maju ke depan. Kalau ditanya cita-cita Lina dengan sungguh-sungguh akan menjawab menjadi  dokter.   Walau bendahara di kelas namun Lina tidak ikut nabung di sekolah. Uang yang Bapak berikan Rp. 5.000 semuanya habis di pakai jajan. Ingin sih menabung untuk membantu meringankan Ibu yang masih di Singapura, namun kebiasaan jajan Lina susah sekali dihilangkan. Kalau dibilang Lina boros memang Lina akui itu.
            Di rumah Bapak juga memberikan uang lagi hanya untuk jajan sejumlah Rp. 5.000 diusai sekolah. Kadang uang yang ini habis Lina gunakan untuk membeli pulsa. Main FB dan sms-an tak bisa Lina hilangkan. Kalau sudah memegang HP yang pernah Ibu belikan buat Lina rasa-rasanya susah sekali diletakkan. Inginnya terus main HP selagi pulsanya masih ada sih. Jangan heran bila dalan sehari pulsa yang baru diisi ikut habis.
            Sebagai anak paling tua memang diakui Lina sendiri harus bisa memberikan contoh yang baik terhadap adik-adik Lina. Setidaknya Lina harus sukses dan memberikan contoh pada mereka. Lina ingin memberikan kedua adik Lina contoh yang benar-benar bisa ditiru. Kasihan mereka ini masih kelas 4 SD dan satunya masih kelas 1 SD untuk si bungsu.
            Perjalanan masih sangat panjang ujar Lina anak kelahiran Cirebon, 21 Desember 1997. Masih banyak tantangan dan rintangan yang siap menghadang di depan. Sekolah saja yang benar agar bisa membahagiakan Ibu dan Bapak. Kalau melihat perjuangan Ibu di luar negeri tentu  membuat Lina harus  sadar dan  berbesar hati. Setidaknya sebagai anak tertua harus membuat Ibu bisa bangga akan kemampuan Lina. Ingin agar Ibu bisa tenang disaat hari tuanya. Ingin agar Lina sajalah yang kelak membiayai segala sesuatunya. Tentunya kalau Lina berhasil. Makanya Lina berharap akan ada kemajuan dalam diri Lina. Lina bisa belajar dengan sungguh-sungguh untuk meraih masa depan.
            Kalau sudah berfikir tentang Ibu makin rindu saja Lina akan Ibu. Lina hanya bisa berdoa agar Ibu bekerja dengan baik di Singapura. Agar Ibu bisa secepatnya menyelesaikan kontraknya disana. Setidaknya kalau sudah habis kontraknya Lina dan adik-adik serta Bapak bisa bersatu lagi.
            Lina suka cemburu dengan anak-anak tetangga yang Ibunya ada di rumah. Mereka tampak senang sekali bergurau sama Ibu mereka. Kalau melihat hal seperti itu Lina rindu sekali sama Ibu. Ya…mudah-mudahan Ibu cepat kembali dan bisa berkumpul bersama-sama lagi seperti yang dulu. Walaupun terasa lama  namun akan Lina tunggu. Kehadiran Ibu di rumah ini sungguh amat dinanti-nantikan.

                                                                                                         Cirebon, 30 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar