Cerpen
M A W A R
Oleh : Nurdin Kurniawan
Mata masih
terasa sepat untuk terbuka lebar. Sesekali digosok-gosok agar rasa kantuk
hilang. Pagi ini Mawar harus berangkat sekolah. Memang enaknya tidur lagi tapi
harus bagaimana? Dua hari sebelumnya sudah tidak berangkat, masa kini harus
diulangi lagi. Dalam bulan puasa ini sudah beberapa kali Mawar tak masuk
sekolah. Minggu pertama awal puasa memang sekolah libur. Tapi begitu minggu
berikutnya masuk lagi seperti terasa berat. Maklumlah setiap malam Mawar ikut
pemuda disini untuk membangunkan warga
dengan ikut rombongan obrog-obrog.
Di Blok Wage nama Mawar sudah tidak
asing lagi. Hanya ada satu grup obrog-obrog
dalam setiap bloknya. Di Blok Wage inilah Mawar menjadi seorang biduan. Musik obrog-obrog yang didominasi dengan musik-musik
dangdut menjadi lebih hidup lagi dengan hadirnya seorang biduanita macam Mawar.
Sudah bisa dipastikan setiap malam Mawar selalu keluar rumah. Walau paginya
terasa sekali ngantuk bahkan ia suka meninggalkan puasa karena tak kuat menahan
lapar namun tugasnya membangunkan orang-orang untuk sahur adalah suatu hal yang kini mulai dianggap sebagai suatu
kewajiban.
Lingkungan memang sangat berpengaruh
besar dalam membentuk watak seseorang. Pergaulan malamnya dengan grup obrog-obrog membuat Mawar jauh dari pandangan
sebagai seorang wanita yang baru duduk di kelas 8 SMP. Kehidupan malam walau
hanya di obrog-obrog telah memperkenalkan
Mawar pada apa yang namanya rokok, minuman oplosan seperti ciu dan tuak bahkan
kini mulai merasakan apa yang disebutnya sebagai pil dekstron. Semua itu ia
peroleh dari pergaulan malam di obrog-obrog.
Kasmin tak begitu memperdulikan apa yang dilakukan anaknya di obrog-obrog yang ada dikampungnya.
Setahu Kasmin yang namanya obrog-obrog
adalah grup musik yang keliling kampung dan mempunyai tugas membangunkan orang-orang
yang akan melaksanakan sahur. Bukankah yang seperti ini sangat mulia! Aktivitas
yang dilakukan Mawar disetiap malamnya tak membuat Kasmin curiga sedikitpun.
Malah ia bangga dalam setiap harinya sang anak suka membawa uang.
“Lumayan Pak ini dari hasil iuran “
Kasmin lihat
memang jumlahnya tidak seberapa namun disaat dirinya tak punya pekerjaan tetap
seperti sekarang maka apa yang diberikan Mawar sudah merupakan sesuatu yang sangat
berharga.
“Kalau Mawar butuh sih jangan
diberikan ke Bapak lagi”
“Kumpulkan saja buat Wawar”
Mawar hanya
menggelengkan kepala. Ia tahu Bapaknya sedang membutuhkan uang yang cukup banyak
untuk keseharian. Apalagi di bulan Ramadhan ini yang namanya pengeluaran jauh
lebih besar dari bulan-bulan biasanya.
***
Ribuan cahaya indah dikegelapan
malam. Indah nian bintang yang Mawar pandang disetiap malamnya. Sengaja dilihat
lebih lama untuk menyaksikan betapa indahnya gugusan bintang-bintang yang
berjejer memenuhi jagad raya. Dari sekian banyaknya ada beberapa yang menjadi
perhatian Mawar . Memang ada beberapa bintang yang cahayanya jauh lebih terang
bila dibandingkan bintang-bintang yang lain.
Matanya diarahkan pada kaki langit.
Hitam kelam kaki langit yang berbatasan dengan perbatasan kampung yang
ditumbungi pohon-pohon besar. Pemandangan yang jauh kontras dengan yang barusan
ia lihat. Mawar menarik nafas dalam-dalam. Lumayan capai juga kaki ini melangkah.
Berapa blok saja ia lalui mengiringi obrog-obrog
yang keliling kampung .
“Sudah Jon sampai disini saja”
Joni tak
tega melihat Mawar berjalan sendirian
walau sudah dekat dengan pintu rumah orangtuanya.
“Kenapa tidak sekalian masuk saja?”
Mawar menggeleng-gelengkan
kepala. Ia tidak ingin merepotkan teman yang setiap malam mengantarkan
kemanapun ia pergi.
“Tidak usah!”
Pesona obrog-obrog hilang tanpa
kehadiran Mawar. Boleh dikata kini Mawar sudah menjadi primadona di obrog-obrog Blok Wage. Memang di obrog-obrog yang lain ada juga
biduanitanya namun mereka sudah berumahtangga bahkan ada yang sudah menyandang
status janda. Kalau di Blok Wage beda sekali sebab obrog-obrognya disisipi Mawar yang merupakan kembang kampung. Siapa
sih yang tak tertarik dengan pesona Mawar? Bahkan bila usai keliling kampung
banyak pemudanya yang rebutan walau
hanya sekedar mengantar Mawar pulang. Malam
kemarin yang mengantar Juned, malam tadi Joni , malam-malam sebelumnya
ada Bodong. Hampir tiap malamnya yang mengantar Mawar pulang selalu orang yang
berbeda-beda. Pemuda disinipun seperti sudah ada kesepakatan kalau yang
mengantar Mawar tidak boleh oleh orang yang sama. Jadilah Mawar makin menjadi
rebutan para pemuda disini.
Pergaulan Mawar menjadi tak karuan dengan
makin seringnya mengkonsumsi barang-barang yang tadinya hanya didengar bahkan
belum pernah tahu sama sekali seperti apa bentuknya. Kini yang namanya ciu yang
dioplos dengan minuman energi sudah merupakan keseharian Mawar.
“Minum dulu biar tidak masuk angin”
“Tidaklah… nantinya mabuk!”
“Tidak apa-apa kalau hanya sedikit
sih”
“Bahkan bisa menambah semangat”
Tak hanya sekali
bujukan-bujukan yang seperti itu akhirnya Mawar mencoba juga. Seringnya minuman
yang semacam ini ditawarkan akhirnya membuat Mawar kini sudah tak asing lagi.
Bantuan-bantuan yang ditawarkan
pemuda dilingkungan Mawar tinggal ternyata tidak datang begitu saja. Ada udang
dibalik batu. Ada suatu keinginan yang hendak disampaikan pada Mawar.
Setidaknya sebagai bunga desa Mawar memang mempunyai banyak pesona. Jadilah
kini Mawar incaran pemuda dilingkungan tempat tinggalnya.
Sebagai seorang yang mulai beranjak
dewasa banyak yang dipikirkan Mawar. Terlahir dari keluarga yang biasa-biasa
saja memang seperti ini. Banyak keinginan Mawar yang tidak bisa terpenuhi.
Setidaknya bagi usia macam dirinya sekarang ini yang namanya alat komunikasi
seperti HP sudah bukan barang yang aneh lagi. Mawar sampai sekarang belum
memiliki HP. Minta pada orangtua pernah diungkapkan namun nyatanya sampai sekaranag
belum bisa dibelikan. Terpikirkan oleh Mawar bagaimana mendapatkan barang yang
satu ini.
Pola-pola cewek matre mulai merayap pada diri Mawar. Pemuda yang dulu hanya sekedar
main atau mampir ke rumahnya kini dirayu
sedemikian rupa agar bisa memberikan rupiah pada dirinya. Mawar tahu
komsekwensi atas apa yang ia lakukan. Pasti yang namanya lelaki akan minta ini
dan itu. Mawar sudah banyak belajar dari teman-temannya yang lebih senior.
Bahkan dari sang teman inilah ada ide yang seperti itu.
“Jangan mau pacaran sama
pemuda-pemjuda yang tidak ada duitnya”
“Cari yang lebih mapan”
“Om-Om juga tak apalah yang penting
banyak duitnya!”
Hebatnya lagi
Mawar akhirnya masuk dalam linngkaran cewek-cewek yang Rosi kelola. Dalam
hitungan sekejap saja apa yang namanya HP sudah bisa terbeli. Dari sinilah
mulai Mawar mengenal yang namanya obat kontrasepsi. Siapa lagi yang
mengajarinya kalau bukan Rosi si makelar cinta.
***
Tak terpikirkan sedikitpun oleh Haji
Amin dan keluarganya bila sang anak akan berurusan dengan pihak kepolisian.
Anaknya dicokok polisi atas pengaduan seseorang. Anaknya yang bernama Junaedi
dicokok dari rumahnya dengan alasan perbuatan yang tidak menyenangkan. Haji
Amin tak bisa berbuat banyak setelah akhirnya
Junaedi digelandang ke kantor polisi.
“Kita bicarakan di kepolisian saja”
“Ada saksi dan pengaduan yang
ditujukan pada anak bapak ini”
Kejadian serupa dialami oleh
kekuarga Karim. Anaknya yang bernama Joni diambil pihak kepolisian dengan alasan
yang tak jauh berbeda. Joni dituduh telah melakukan pemerkosaan terhadap Mawar
di salah satu warung yang letaknya tak jauh dari stasiun.
Apa yang dilakukan kedua pemuda ini
tentu menuai pembelaan dari kedua belah pihak. Diakui oleh keduanya baik Juned maupun Joni memang minum-minum dengan Mawar. Namun kalau dituduhkan pada dirinya melakukan pemerkosaan
baik Juned maupun Joni membela.
“Apa yang saya lakukan suka sama
suka”
“Toh hanya ciuman saja!”
“Apanya yang diperkosa?”, ujar Juned
membela
Demian pula
dengan yang dilakukan Joni tak beda jauh. Joni berusaha membela dengan apa yang
dikalukan dengan Mawar. Konfirmasi tersebut sayang tidak dihadiri Mawar. Kalau
saja ada Mawar mungkin kasusnya akan beda. Namun apapun yang dilakukan Joni dan
Juned sudah masuk dalam ranah hukum. Orangtua Mawar mengadukan keduanya
sehinggga Joni dan Junaedi masuk sel polisi. Apalagi Mawar dalam hal ini masih
termasuk anak dibawah umur.
Koran-koran mewartakan hal yang
terjadi dengan Mawar. Ada yang percaya dengan apa yang diwartakan ada pula
masyarakat yang tahu keseharian Mawar malah mencibir berita yang seperti itu.
“Pemerkosaan?”
“Pemerkosaan dari mana?”
Berharap
mendapatkan simpati dari masyarakat malah yang diterima justru sebaliknya.
Keluarga Juanedi dan keluarga Joni yang mengerti akan masalah hukum juga lalu
menghubungi saudara-saudaranya akan kasus yang diterima anaknya ini. Kasus
Mawar yang sensasi ini mengundang banyak perhatian masyarakat.
Berita tentang Mawar akhirnya sampai juga ke sekolah dimana
Mawar menuntut ilmu. Hari Minggu kasus itu terjadi pada hari Seninnya Mawar
masuk sekolah seperti tak terjadi apa-apa. Tatapan dari teman-teman sekelasnya
tak diperhatikan. Bagi Mawar seperti tak terjadi apa-apa. Hal inilah yang membuat
opini di lingkungan sekolah juga berkembang.
“Kalau memang iya Mawar diperkosa
masa sih sekarang masuk sekolah!”
“Kalau orang diperkosa itu akan
stress”
“Ini sih seperti tidak terjadi
apa-apa”
Mawar hari ini
banyak menjadi pembicaraan teman-temannya. Ditambah kini koran yang mewartakan
ada juga dilingkungan sekolah. Jadilah topik yang dibicarakan anak dan guru tak
jauh dari apa yang dialami Mawar.
Akhirnya pihak sekolah memangggil
Mawar untuk dimintai keterangan berkenaan dengan permasalahan yang bekembang.
Itu dan ini dicatat Guru BP. Akhirnya apa yang berkembang mengenai Mawar mulai
menemukan titik terang. Beberapa teman Wawar yang juga ikut ketika kejadian itu
berlangsung dipanggil juga. Ternyata hari itu tidak hanya Mawar yanga ada di
lokasi kejadian namun ada beberapa teman Mawar yang masih satu sekolah.
Ada 4 orang yang dimintai keterangan
oleh Guru BP. Keempat orang itu ada dilokasi kejadian disaat Mawar dikerjai
oleh kedua pemuda tadi.
“Ini surat panggilan orangtua kalian”
“Besok harus ada di sekolah”
Anak-anak itu
akhirnya membubarkan diri setelah surat paggilan orangtua diberikan.
Keesokan harinya hanya ada 3
orangtua yang hadir. Satu orangtua tidak hadir dengan alasan yang kurang bisa dipahami.
Dari ketiga orangtua inilah kasus yang menimpa Mawar dibahas. Rumit juga
mengikuti perjalanan sidang dari apa yang terjadi. Setiap pembicaraan selalu
saja ada sela dari pihak orangtua. Seperti ikut membela apa yang terjadi dengan
anak-anaknya. Kalau sudah seperti ini memang orangtua membela mati-matian.
“Karena kasus ini sudah masuk
pelanggaran tatatertib sekolah “
“Maka dengan sangat menyesal kami
memberikan sanksi”
Mulailah ramai
lagi pihak orangtua murid. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Orangtua
Mawar yang tadinya berharap akan mendapat pembelaan namun diforum seperti ini
tidak bisa berbuat banyak. Guru BP lebih jeli dengan permasalahan yang dihadapi
Mawar. Pemerkosaan seperti yang dilaporkan pihak orangtua Mawar pada polisi
disini justru tidak terbukti. Apa yang diadukan Mawar pada orangtuanya lebih
karena si Joni dan si Juned tidak memberikan ‘apa-apa’. Inilah yang kemudian
diadukan dengan alasan melakukan tindakan asusila.
Sidang yang cukup memanas akhirnya
melahirkan beberapa keputusan. Dengan sangat menyesal Mawar akhirnya
dikembalikan lagi pada orangtuanya untuk dididik di rumah. Pihak sekolah sudah tidak
sanggup lagi memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada Mawar. Demikian pula
dengan teman-teman Mawar yang pada saat kejadian ada dilokasi yang sama.
Merekja juga menerima sanksi hanya saja
tidak seberat Mawar.
Apa yang diberlakukan di sekolah beda
dengan apa yang terjadi di kepolisian. Tak banyak yang tahu mengenai kasus
selanjutnya. Pihak sekolah juga tak mau ambil pusing dengan kejadian yang
menghebohkan ini. Biarlah kasus ini berjalan tanpa harus diintervensi pihak-pihak
lain. Biarlah kebenaran itu akhirnya yang akan menang. Biarlah petualangan
Mawar sampai disini saja jangan sampai mengambil korban yang lainnya.
Pergaulan memang susah dilepaskan
dari kehidupan anak muda. Tanpa bergaul jelas bukan merupakan sosuli. Dengan
pergaulan banyak manfaat yang bisa diperoleh, tapi kalau salah langkah
pergaulan juga bisa membahayakan pihak-pihak lain. Apa yang terjadi dengan
Mawar semoga bisa diambil manfaatnya. Jagalah anak-anak kita agar tidak
terjebak dalam pergaulan bebas.
Cirebon, 18 November 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar