Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 01 Juli 2019

M A W A R (Cerpen)


Cerpen
M   A   W   A   R
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Mata masih terasa sepat untuk terbuka lebar. Sesekali digosok-gosok agar rasa kantuk hilang. Pagi ini Mawar harus berangkat sekolah. Memang enaknya tidur lagi tapi harus bagaimana? Dua hari sebelumnya sudah tidak berangkat, masa kini harus diulangi lagi. Dalam bulan puasa ini sudah beberapa kali Mawar tak masuk sekolah. Minggu pertama awal puasa memang sekolah libur. Tapi begitu minggu berikutnya masuk lagi seperti terasa berat. Maklumlah setiap malam Mawar ikut pemuda disini untuk membangunkan  warga dengan ikut rombongan obrog-obrog.
            Di Blok Wage nama Mawar sudah tidak asing lagi. Hanya ada satu grup obrog-obrog dalam setiap bloknya. Di Blok Wage inilah Mawar menjadi seorang biduan. Musik obrog-obrog yang didominasi dengan musik-musik dangdut menjadi lebih hidup lagi dengan hadirnya seorang biduanita macam Mawar. Sudah bisa dipastikan setiap malam Mawar selalu keluar rumah. Walau paginya terasa sekali ngantuk bahkan ia suka meninggalkan puasa karena tak kuat menahan lapar namun tugasnya membangunkan orang-orang untuk sahur adalah suatu  hal yang kini mulai dianggap sebagai suatu kewajiban.
            Lingkungan memang sangat berpengaruh besar dalam membentuk watak seseorang. Pergaulan malamnya dengan grup obrog-obrog membuat Mawar jauh dari pandangan sebagai seorang wanita yang baru duduk di kelas 8 SMP. Kehidupan malam walau hanya di obrog-obrog telah memperkenalkan Mawar pada apa yang namanya rokok, minuman oplosan seperti ciu dan tuak bahkan kini mulai merasakan apa yang disebutnya sebagai pil dekstron. Semua itu ia peroleh dari pergaulan malam di obrog-obrog.
            Kasmin tak begitu  memperdulikan apa yang dilakukan anaknya di obrog-obrog yang ada dikampungnya. Setahu Kasmin yang namanya obrog-obrog adalah grup musik yang keliling kampung  dan mempunyai tugas membangunkan orang-orang yang akan melaksanakan sahur. Bukankah yang seperti ini sangat mulia! Aktivitas yang dilakukan Mawar disetiap malamnya tak membuat Kasmin curiga sedikitpun. Malah ia bangga dalam setiap harinya sang anak suka membawa uang.
            “Lumayan Pak ini dari hasil iuran “
Kasmin lihat memang jumlahnya tidak seberapa namun disaat dirinya tak punya pekerjaan tetap seperti sekarang maka apa yang diberikan Mawar sudah merupakan sesuatu yang sangat berharga.
            “Kalau Mawar butuh sih jangan diberikan ke Bapak lagi”
            “Kumpulkan saja buat Wawar”
Mawar hanya menggelengkan kepala. Ia tahu Bapaknya sedang membutuhkan uang yang cukup banyak untuk keseharian. Apalagi di bulan Ramadhan ini yang namanya pengeluaran jauh lebih besar dari bulan-bulan biasanya.
                                                                        ***
            Ribuan cahaya indah dikegelapan malam. Indah nian bintang yang Mawar pandang disetiap malamnya. Sengaja dilihat lebih lama untuk menyaksikan betapa indahnya gugusan bintang-bintang yang berjejer memenuhi jagad raya. Dari sekian banyaknya ada beberapa yang menjadi perhatian Mawar . Memang ada beberapa bintang yang cahayanya jauh lebih terang bila dibandingkan bintang-bintang yang lain.
            Matanya diarahkan pada kaki langit. Hitam kelam kaki langit yang berbatasan dengan perbatasan kampung yang ditumbungi pohon-pohon besar. Pemandangan yang jauh kontras dengan yang barusan ia lihat. Mawar menarik nafas dalam-dalam. Lumayan capai juga kaki ini melangkah. Berapa blok saja ia lalui mengiringi obrog-obrog yang keliling kampung .
            “Sudah Jon sampai disini saja”
Joni tak tega  melihat Mawar berjalan sendirian walau sudah dekat dengan pintu rumah orangtuanya.
            “Kenapa tidak sekalian masuk saja?”
Mawar menggeleng-gelengkan kepala. Ia tidak ingin merepotkan teman yang setiap malam mengantarkan kemanapun ia pergi.
            “Tidak usah!”
            Pesona obrog-obrog  hilang tanpa kehadiran Mawar. Boleh dikata kini Mawar sudah menjadi primadona di obrog-obrog Blok Wage. Memang di obrog-obrog yang lain ada juga biduanitanya namun mereka sudah berumahtangga bahkan ada yang sudah menyandang status janda. Kalau di Blok Wage beda sekali sebab obrog-obrognya disisipi Mawar yang merupakan kembang kampung. Siapa sih yang tak tertarik dengan pesona Mawar? Bahkan bila usai keliling kampung banyak pemudanya yang rebutan  walau hanya sekedar mengantar Mawar pulang. Malam  kemarin yang mengantar Juned, malam tadi Joni , malam-malam sebelumnya ada Bodong. Hampir tiap malamnya yang mengantar Mawar pulang selalu orang yang berbeda-beda. Pemuda disinipun seperti sudah ada kesepakatan kalau yang mengantar Mawar tidak boleh oleh orang yang sama. Jadilah Mawar makin menjadi rebutan para pemuda disini.
            Pergaulan Mawar menjadi tak karuan dengan makin seringnya mengkonsumsi barang-barang yang tadinya hanya didengar bahkan belum pernah tahu sama sekali seperti apa bentuknya. Kini yang namanya ciu yang dioplos dengan minuman energi sudah merupakan keseharian Mawar.
            “Minum dulu biar tidak masuk angin”
            “Tidaklah… nantinya mabuk!”
            “Tidak apa-apa kalau hanya sedikit sih”
            “Bahkan bisa menambah semangat”
Tak hanya sekali bujukan-bujukan yang seperti itu akhirnya Mawar mencoba juga. Seringnya minuman yang semacam ini ditawarkan akhirnya membuat Mawar kini sudah tak asing lagi.
            Bantuan-bantuan yang ditawarkan pemuda dilingkungan Mawar tinggal ternyata tidak datang begitu saja. Ada udang dibalik batu. Ada suatu keinginan yang hendak disampaikan pada Mawar. Setidaknya sebagai bunga desa Mawar memang mempunyai banyak pesona. Jadilah kini Mawar incaran pemuda dilingkungan tempat tinggalnya.
            Sebagai seorang yang mulai beranjak dewasa banyak yang dipikirkan Mawar. Terlahir dari keluarga yang biasa-biasa saja memang seperti ini. Banyak keinginan Mawar yang tidak bisa terpenuhi. Setidaknya bagi usia macam dirinya sekarang ini yang namanya alat komunikasi seperti HP sudah bukan barang yang aneh lagi. Mawar sampai sekarang belum memiliki HP. Minta pada orangtua pernah diungkapkan namun nyatanya sampai sekaranag belum bisa dibelikan. Terpikirkan oleh Mawar bagaimana mendapatkan barang yang satu ini.
            Pola-pola cewek matre mulai merayap pada diri Mawar. Pemuda yang dulu hanya sekedar main atau mampir ke rumahnya kini  dirayu sedemikian rupa agar bisa memberikan rupiah pada dirinya. Mawar tahu komsekwensi atas apa yang ia lakukan. Pasti yang namanya lelaki akan minta ini dan itu. Mawar sudah banyak belajar dari teman-temannya yang lebih senior. Bahkan dari sang teman inilah ada ide yang seperti itu.
            “Jangan mau pacaran sama pemuda-pemjuda yang tidak ada duitnya”
            “Cari yang lebih mapan”
            “Om-Om juga tak apalah yang penting banyak duitnya!”
Hebatnya lagi Mawar akhirnya masuk dalam linngkaran cewek-cewek yang Rosi kelola. Dalam hitungan sekejap saja apa yang namanya HP sudah bisa terbeli. Dari sinilah mulai Mawar mengenal yang namanya obat kontrasepsi. Siapa lagi yang mengajarinya kalau bukan Rosi si makelar cinta.
                                                                        ***
            Tak terpikirkan sedikitpun oleh Haji Amin dan keluarganya bila sang anak akan berurusan dengan pihak kepolisian. Anaknya dicokok polisi atas pengaduan seseorang. Anaknya yang bernama Junaedi dicokok dari rumahnya dengan alasan perbuatan yang tidak menyenangkan. Haji Amin tak bisa berbuat banyak setelah akhirnya  Junaedi digelandang ke kantor polisi.
            “Kita bicarakan di kepolisian saja”
            “Ada saksi dan pengaduan yang ditujukan pada anak bapak ini”
            Kejadian serupa dialami oleh kekuarga Karim. Anaknya yang bernama Joni diambil pihak kepolisian dengan alasan yang tak jauh berbeda. Joni dituduh telah melakukan pemerkosaan terhadap Mawar di salah satu warung yang letaknya tak jauh dari stasiun.
            Apa yang dilakukan kedua pemuda ini tentu menuai pembelaan dari kedua belah pihak. Diakui oleh keduanya baik  Juned maupun  Joni  memang minum-minum dengan Mawar. Namun  kalau dituduhkan pada dirinya melakukan pemerkosaan baik Juned maupun Joni membela.
            “Apa yang saya lakukan suka sama suka”
            “Toh hanya ciuman saja!”
            “Apanya yang diperkosa?”, ujar Juned membela
Demian pula dengan yang dilakukan Joni tak beda jauh. Joni berusaha membela dengan apa yang dikalukan dengan Mawar. Konfirmasi tersebut sayang tidak dihadiri Mawar. Kalau saja ada Mawar mungkin kasusnya akan beda. Namun apapun yang dilakukan Joni dan Juned sudah masuk dalam ranah hukum. Orangtua Mawar mengadukan keduanya sehinggga Joni dan Junaedi masuk sel polisi. Apalagi Mawar dalam hal ini masih termasuk anak dibawah umur.
            Koran-koran mewartakan hal yang terjadi dengan Mawar. Ada yang percaya dengan apa yang diwartakan ada pula masyarakat yang tahu keseharian Mawar malah mencibir berita yang seperti itu.
            “Pemerkosaan?”
            “Pemerkosaan dari mana?”
Berharap mendapatkan simpati dari masyarakat malah yang diterima justru sebaliknya. Keluarga Juanedi dan keluarga Joni yang mengerti akan masalah hukum juga lalu menghubungi saudara-saudaranya akan kasus yang diterima anaknya ini. Kasus Mawar yang sensasi ini mengundang banyak perhatian masyarakat.
            Berita tentang  Mawar akhirnya sampai juga ke sekolah dimana Mawar menuntut ilmu. Hari Minggu kasus itu terjadi pada hari Seninnya Mawar masuk sekolah seperti tak terjadi apa-apa. Tatapan dari teman-teman sekelasnya tak diperhatikan. Bagi Mawar seperti tak terjadi apa-apa. Hal inilah yang membuat opini di lingkungan sekolah juga berkembang.
            “Kalau memang iya Mawar diperkosa masa sih sekarang masuk sekolah!”
            “Kalau orang diperkosa itu akan stress”
            “Ini sih seperti tidak terjadi apa-apa”
Mawar hari ini banyak menjadi pembicaraan teman-temannya. Ditambah kini koran yang mewartakan ada juga dilingkungan sekolah. Jadilah topik yang dibicarakan anak dan guru tak jauh dari apa yang dialami Mawar.
            Akhirnya pihak sekolah memangggil Mawar untuk dimintai keterangan berkenaan dengan permasalahan yang bekembang. Itu dan ini dicatat Guru BP. Akhirnya apa yang berkembang mengenai Mawar mulai menemukan titik terang. Beberapa teman Wawar yang juga ikut ketika kejadian itu berlangsung dipanggil juga. Ternyata hari itu tidak hanya Mawar yanga ada di lokasi kejadian namun ada beberapa teman Mawar yang masih satu sekolah.
            Ada 4 orang yang dimintai keterangan oleh Guru BP. Keempat orang itu ada dilokasi kejadian disaat Mawar dikerjai oleh kedua pemuda tadi.
            “Ini surat panggilan orangtua kalian”
            “Besok harus ada di sekolah”
Anak-anak itu akhirnya membubarkan diri setelah surat paggilan orangtua diberikan.
            Keesokan harinya hanya ada 3 orangtua yang hadir. Satu orangtua tidak hadir dengan alasan yang kurang bisa dipahami. Dari ketiga orangtua inilah kasus yang menimpa Mawar dibahas. Rumit juga mengikuti perjalanan sidang dari apa yang terjadi. Setiap pembicaraan selalu saja ada sela dari pihak orangtua. Seperti ikut membela apa yang terjadi dengan anak-anaknya. Kalau sudah seperti ini memang orangtua membela mati-matian.
            “Karena kasus ini sudah masuk pelanggaran tatatertib sekolah “
            “Maka dengan sangat menyesal kami memberikan sanksi”
Mulailah ramai lagi pihak orangtua murid. Seperti sudah jatuh tertimpa tangga pula. Orangtua Mawar yang tadinya berharap akan mendapat pembelaan namun diforum seperti ini tidak bisa berbuat banyak. Guru BP lebih jeli dengan permasalahan yang dihadapi Mawar. Pemerkosaan seperti yang dilaporkan pihak orangtua Mawar pada polisi disini justru tidak terbukti. Apa yang diadukan Mawar pada orangtuanya lebih karena si Joni dan si Juned tidak memberikan ‘apa-apa’. Inilah yang kemudian diadukan dengan alasan melakukan tindakan asusila.
            Sidang yang cukup memanas akhirnya melahirkan beberapa keputusan. Dengan sangat menyesal Mawar akhirnya dikembalikan lagi pada orangtuanya untuk dididik di rumah. Pihak sekolah sudah tidak sanggup lagi memberikan pelayanan yang sebaik-baiknya pada Mawar. Demikian pula dengan teman-teman Mawar yang pada saat kejadian ada dilokasi yang sama. Merekja juga  menerima sanksi hanya saja tidak seberat Mawar.
            Apa yang diberlakukan di sekolah beda dengan apa yang terjadi di kepolisian. Tak banyak yang tahu mengenai kasus selanjutnya. Pihak sekolah juga tak mau ambil pusing dengan kejadian yang menghebohkan ini. Biarlah kasus ini berjalan tanpa harus diintervensi pihak-pihak lain. Biarlah kebenaran itu akhirnya yang akan menang. Biarlah petualangan Mawar sampai disini saja jangan sampai mengambil korban yang lainnya.
            Pergaulan memang susah dilepaskan dari kehidupan anak muda. Tanpa bergaul jelas bukan merupakan sosuli. Dengan pergaulan banyak manfaat yang bisa diperoleh, tapi kalau salah langkah pergaulan juga bisa membahayakan pihak-pihak lain. Apa yang terjadi dengan Mawar semoga bisa diambil manfaatnya. Jagalah anak-anak kita agar tidak terjebak dalam  pergaulan bebas.

                                                                                                       Cirebon, 18 November 2012
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar