Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Jumat, 05 Juli 2019

TITIRAH DI SANG CIPTA RASA (Cerpen)


Cerpen

TITIRAH  DI  SANG CIPTA RASA
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Rutinitas kehidupan yang kadang suka menjemukan. Sejak kokok ayam pertanda dimulainya geliat kehidupan sampai kini mau terlelap lagi seperti memasuki rutinitas yang sangat menjemukan. Belum lagi geliat kehidupan dengan segudang persoalan dunia yang tak kunjung selesai. Penat, gerah, kadang pusing harus apa lagi yang akan diperbuat. Rutinitas hidup yang begitu-begitu saja terasa sekali menjemukan.
            Kuarahkan motor ini terus ke barat. Kadang suka mencari acara dadakan harus apa hari ini? Biarlah terus kearah barat nanti juga suka berhenti dengan sendirinya kalau memang aku harus berhenti. Barulah aku sadar kalau hari ini adalah hari Jum’at. Pas sekali kalau Jum’atan kali ini harus berada di Masjid Sang Cipta Rasa. Kini terasa tegar perjalanan ini harus ke mana? Ya… harus menentukan tujuan yang pasti. Kegalauan harus diserahkan segala sesuatunya pada Yang Kuasa. Dari sanalah persolan datang dan harus dikembalikan kesana pula.
            Tadi sempat berhenti dulu di tukang es kelapa muda. Tadi sebelum menemukan tujuan yang pasti. Sambil mensruput es kelapa muda belum juga menemukan ke mana perjalanan ini akan dituju. Ketika mulai ada ketegasan maka dipastikan saja kalau memang kalau hati sedang galau enaknya ke masjid. Di masjidlah segala persoalan yang datang akan diutarakan pada Yang Maha Kuasa.
            Masih belum banyak jamaah yang datang. Sudah 2 Jum’at aku mencari-cari guru spiritualku yang konon juga sholat di masjid  yang sama. Selama 2 Jum’at itu aku belum menemuinya karena memang belum ketemu. Dicari-cari bahkan sampai aku bel temannku ternyata mereka juga tidak tahu Pak Haji berada di mana. Masih belum banyak jamah membuat aku jadi lebih  leluasa. Mutar-muter akhirnya ketemu juga dengan KHIS. Alhamdulillah pertemuan yang mengharukan karena sudah cukup lama aku tidak bertemu dengan beliau.
            Dari gurat matanya yang terlihat letih aku dapat mengetahui kalau beliau  selama di Sang Cipta Rasa  banyak meleknya. Banyak persolan hidup yang harus dijalani. Kalau aku merasakan betapa susahnya di bidang ekonomi maka KHIS ini sudah jauh sekali pemikirannya. Sudah umat yang ia pikirkan. Jadi kalau baru sebatas masalah ekonomi saja sudah seperti ini makanya janganlah terlalu banyak berkeluhkesah.
            Betapa senangnya bertemu dengan orang yang banyak ilmunya. Sekilan lama tak berjumpa, tiba-tiba berjumpa di suatu masjid yang amat sangat bersejarah. Alhamdulillah pertemuan yang cukup mengharukan. Dari jauh sudah terlihat senyuman yang ditujukan padaku.
            Assalamualaikum Pak Haji”
            Waalaikum salam Wr.Wb”
Tampak pula selain Pak Haji ada sang istri beliau yang senantiasa mendampingi. Ada pula 3 keponakan Pak Haji yang ikut bermalam di Sang Cipta Rasa. Beliau rupanya berangkat  ashar kemarin menginap di Masjid Sang Cipta Rasa.
            Ngobrol kesana kemari yang tentu hanya ilmu yang ia bicarakan. Suluknya kali ini insya Allah akan ia lakukan selama 40 Jum’at. Baru 9 Jum’at yang ia lakukan. Semenjak ada surat larangan untuk menyelenggarakan Jum’atan sendiri di Masjid Nurul Iman maka KHIS melakukan suluk. Larangan yang sepihak ini memang menjadi banyak pertanyaan buat jamaah. Namun KHIS tak mau berpolemik terlalu banyak. Biarlah ia yang mengalah untuk melakukan perjalanan lagi. Suluk inilah yang ia lakukan.
            “Banyak pelajaran yang bisa diperoleh selama berada di Sang Cipra Rasa”
            “Seperti mengikuti kuliah lagi”
            “Banyak pelajaran yang tidak dijumpai di bangku kuliah tapi didapatkan disini”
Aku yang tak awas mata tentu tak bisa menyaksikan apa yang diperoleh KHIS selama malam-malam berada di Sang Cipta Rasa. Namun demikian aku yakin apa yang ia dapat dikeheningan malam itu semua adalah ilmu.
            Kulihat ada juga beberapa murid KHIS yang dari Gunung Jati. Rupanya keberadaan KHIS di Sang Cipta Rasa juga telah banyak diketahui oleh murid-muridnya. Malah kebetulan kalau KHIS ada di masjid Sang Cipta Rasa. Bisa lebih dekat bersilaturahmi.
            Ingin rasanya berlama-lama ngobol dnegan KHIS namun sayang lantunan ayat-ayat Al Qur’an sudah mulai terdengar. Sayapun akhirnya mengambil air wudhu. Pembicaraan yang belum selesai ini sementara ditutup dulu. Semua meluruskan barisan dan merapatkan shaf.
                                                                        ***
            Gema adzan pitu itulah yang membedakan sholat Jum’atan di Sang Cipta Rasa. Kumandang adzan yang lain dari yang lain. Hanya satu-satunya masjid di Indonesia yang mengumandangkan adzan pitu. Peninggalan wali yang sarat dengan sejarah.
            Duduk tepekur mendengarkan khotib yang sedang memberikan wasiat. Tradisi yang cukup lama dipertahankan. Semuanya menggunakan bahasa Arab. Nuansa ghaib yang memang terasa kalau kita sudah berada di dalam masjid yang satu ini.  Subhanallah! Aura yang sungguh beda dirasakan.
            Kalau saja dekat mungkin akan selalu diusahakan untuk bisa sholat di tempat yang satu ini. Kadang jarak terlalu jauh sehingga aku hanya bisa menyempatkan pada waktu-waktu tertentu saja. Kalau sudah penat dengan segala urusan dunia, kalau sudah suntuk dengan segala permasalahan dunia, maka Masjid Sang Cipta Rasa inikah pilihanku.
            Plong! Begitulah yang aku rasakan bisa sudah beberapa rokaat aku lakukan. Plong bisa sudah beberapa kali balik dzikir mengangungkan asma Allah. Segala persoalan diserahkan pada Yang Maha Kuasa. Kiranya apa yang aku hadapi di dunia ini kembali pada-Nya.
            Satu per satu Jama’ah pada pulang. Ada suatu kerinduan untuk melanjutkan diskusi dengan KHIS. Aku ke belakang mencari-cari beliau. Rupanya yang bersangkutan sudah pulang. Ya… bisa dimengerti, banyak persolaan yang harus diselesaikan juga. Selamat jalan Pak Kyai  lanjutkan perjuangan!
            Perjalanan yang cukup menyenangkan pada akhirnya yang aku rasakan. Tadi ketika akan berangkat sempat penuh dengan kegundahan. Beruntung bisa bertemu dengan teman-teman lama, beruntung bisa bertemu dengan guruku, pokoknya bisa bertenu dengan orang-orang yang dicintai. Inilah hikmah melakukan suatu perjalanan atau suluk, ada saja yang bisa kita temui.
            Maha Suci Allah yang telah mengatur semua ini dengan sempurna, Maha Suci Allah yang dengan kuasanya bisa mempertemukan dengan orang-orang yang dicintai. Semoga apa yang aku lakukan pada hari ini memberikan manfaat bagi semuanya. Hari yang sangat menyenangkan sehingga aku goreskan dalam beberapa kalimat yang sekiranya bisa mengingatkan diriku akan makna dari suatu perjalanan.
            Ya Allah tuntunlah hambamu yang lemah ini. Ya Allah hanya kepada-Mu aku serahkan segala persoalan hidup ini, amien.

                                                                                                                   Cirebon, 21 Mei 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar