Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 27 Agustus 2019

ANDRI HERMAWAN (Cerpen)


Cerpen
ANDRI HERMAWAN
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Postur tubuhnya tinggi, besar dan berkulit kuning. Anaknya tidak banyak tingkah dan cenderung pendiam. Namanya Andri Hermawan kini duduk di kelas 9.B. Tak menyangka penampilannya  yang seperti itu yang membuat lawan jenisnya tertarik pada Andri. Namun sayang yang bersangkutan tidak menyadari akan ketampanan dan kemampuan yang dimiliki. Beberapa anak wanita yang memperhatikan Andri tidak mendapatkan tanggapan sebagaimana biasanya.
            “Belum punya pacar Pak”
            “Nanti saja kalau sudah SMA”
Seperti itulah jawaban yang dikeluarkan anak ini bila ada yang menanyakan apakah sudah punya pacar atau belum. Sepertinya adalah pengakuan yang sangat jujur dari Andri.
            Suatu hari ada seorang teman sekelasnya yang jatuh cinta pada Andri. Andri tidak menaruh rasa apapun karena memang ia tidak pernah ia dengarkan langsung dari yang bersangkutan. Orangnya saja yang ingin dekat dengan Andri namun Andri sendiri tidak tahu kalau dia senang akan dirinya. Sebut saja orang yang menyengangi Andri ini  namanya Natalia. Natalia mencoba menghubungi Andri dengan sms-sms. Ditunggu beberapa kali sms hanya jawaban pendek yang diterima Natalia. Karena jawaban yang diberikan sangat singkat akhirnya bĂȘte juga menghadapi orang semacam Andri. Dingin!
            Pengakuan Andri sendiri kenapa dirinya tidak pernah membalas lagi sms yang masuk alasannya karena HP yang dimilikinya rusak. Waktu itu adiknya meminjam HP sang kakak. Tapi entah kenapa ketika HP diminta lagi si adik malah menangis. HP sang kakak akhirnya dibanting si adik. Maklumlah anak kecil yang tidak tahu apa-apa. Sampai kini HP Andri belum juga diperbaiki. Kalau ada yang ngebel tentu tak akan tersambung karena memang HP-nya rusak.
            Sebenarnya ingin membeli HP yang baru lagi namun apa daya Bapak belum bisa membelikan yang baru. Andri sendiri tak berani meminta terus-terusan. Kalau Bapak  sudah bicara belum ada uang maka Andri tak mau mendesaknya.
            “Kasihan Bapak…”
Demikian ungkapan yang keluar dari mulut Andri.
            Bila bicara soal pacar nanti juga akan ada dengan sendirinya. Untuk orang macam Andri memang tidak akan aneh. Anak perempun sepintas lalu saja akan senang melihatnya. Orangnya memang berkulit kuning,  bersih, badannya tingggi. Dengan postur yang seperti itu wanita siapa sih yang tidak tertarik pada Andri? Beruntunglah  orang yang setampan Andri. Wajar jikalau ada wanita yang menginginkan Andri menjadi pacarnya namun oleh Andri dianggap bertepuk sebelah tangan. Habis baru keinginan sepihak yang belum tentu Andrinya senang. Wajar jikalau Andri tidak tahu kalau ada wanita yang senang pada dirinya.
            Kalau boleh memilih kriteria tentang wanita tentu Andri juga punya kriteria sendiri. Sambil membayangkan ke atas , anak ini memikirkan kira-kira seperti apa cewek yang menurutnya pantas untuk mendampingi dirinya.
            “Yang jelas orangnya baik”
            “Tidak matre”
            “Penuh perhatian”
            “Penuh pengertian”
            “Tentu cantik dong!”
Itulah yang menjadi kriteria dari Andri tentang ceweknya yang akan datang. Walau kini belum memulai untuk mencari namun setidaknya sudah ada rambu-rambu yang harus dilewati.    
            Andri Hermawan adalah anak pasangan dari Bapak Sujono dan Ibu Resih. Anak pertama  dari 2 saudara ini masih belajar di SMPN 2 Pabedilan. Bicara warna kulitnya yang kuning ini tak lain ada kaitannya dengan warka kulit sang Bapak. Bapaknya ternyata memang ada keturunan Tionghoa. Bapaknya yang bekerja sehari-harinya sebagai dialer motor ini  menikahi gadis dari desa. Itulah yang kemudian menjadi Ibu Andri.
 Hobinya akan sepak bola membuat anak ini bercita-cita ingin jadi pemain sepak bola profesional. Andri ingin bisa masuk Timnas Indonesia.
            Ada satu cerita tentang sepak bola yang tidak pernah dilupakan Andri. Ketika dulu duduk di Sekolah Dasar (SD) ada perlombaan sepakbola antar SD. Kebetulan sekali sekolahnya ikut dalam turnamen itu. Andri kebetulan masuk dalam salah satu tim yang memperkuat sekolahnya. Perlombaan demi perlombaan diikuti sampai akhirnya masuklah pada babak final. SD yang dihadapinya sebagai lawan di final adalah SDN 2 Pasuruan. Sungguh pertandingan yang sangat menegangkan. Operan-operannya demikian cepat. Pertandingan yang banyak menguras tenaga. Perjuangan Andri dan teman-temannya tak sia-sia. Gol satu-satunya akhirnya tercipta. 1-0 untuk SDN 3 Bablos. Sorak-sorai dan tepukan keluar dari para pendukung SDN 3 Bablos.
            Walau sepatu dapat pinjam namun senang akhirnya bisa mengalahkan tim lawan di final. Sebagai kenang-kenangan atas prestasi ini kami mendapatkan hadiah dari hasil kejuaran tersebut berupa kaos. Sampai sekarang kaos itu masih tersimpan dengan baik. Kaos yang tak pernah dilupakan karena mengingatkan akan kejuaraan  sepak bola yang sungguh sangat membanggakan.
                                                                        ***
            Prestasi di sekolah memang lumayan juga. Andri menduduki ranking 8. Setidaknya ingin ditingkatkan agar bisa masuk sekolah negeri lagi. Ada keinginan nanti kalau lulus dari SMP akan melanjutkan sekolah ke SMA I Pabedilan.
            Untuk membahagiakan ortu tentunya Andri harus menjadi anak yang pintar, menjadi anak yang sholeh. Setidaknya jangan sampai membuat orangtua dibuat susah oleh tingkahlaku yang kita buat. Makanya kesempatan yang ada ini dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya  Andri untuk belajar.
            Ada satu pelajaran yang cukup sulit juga ditangkap Andri. Ya… apa lagi kalau bukan  matematika.
            “Habis gurunya memihak anak-anak perempuan terus”
            “Jarang menerangkan!”
            “Sampai sekarang malah belum pernah ulangan”
Pernah karena bĂȘte Andri lalu ikut-ikutan bolos pada pelajaran Pak Boleng. Hanya ikut-ikutan  nongkrong di warung saja tidak kemana-amana.  Teman-teman lainnya yang ikut pelajaran Pak Boleng sibuk terus menulis. Ya, Pak Boleng jarang menerangkan pelajaran matematika, pelajaran yang ia ajarkan pada anak didiknya. Namanya juga anak-anak , terkadang mereka ungkapkan apa yang selama ini menjadi kendala dalam menerima pelajaran. Kalau sudah seperti itu maka susah juga jadinya.
            Kemarin waktu ada pecan kreativitas Andri ikut di tim futsal, namun sayang harus kalah oleh kelas lain. Tak apa kalah juga yang penting sudah bisa memperkuat tim dalam sebuah turnamen.
            Kini yang perlu diperhitungkan adalah bagaimana menghadapi Ujian Nasional (UN) yang tinggal sebentar lagi. Tidak mudah memang dalam menghadapinya. Butuh waktu dan tenaga. Tapi kalau dihadapi dengan ulet maka apapun yang terjadi jangan ragu-ragu untuk dihadapi. Kalau harus belajar dengan sungguh-sungguh maka Andri juga akan menghadapinya dengan sungguh-sungguh pula. Sebagai pelajar tentu harus banyak belajar demi masa depan.
            Disudahi dulu ya ceritanya! Habis kalau ngomong terus akan terlalu banyak kalimat yang harus disusun. Dengan sedikit seperti ini saja masih ada orang yang akan banyak bertanya. Tapi mudah-mudahan bisa memberikan sedikit pengertian. Setidaknya seperti inilah cerita dari orang yang bernama Andri Hermawan.

                                                                                                                Cirebon, 22 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar