Cerpen
SUATU MASA
Oleh : Nurdin Kurniawan
Masih
terasa hembusan angin laut disiang yang panas. Masih terasa bau asap orang-orang
yang membakar sate berkenaan Idul Adha yang baru dikelar. Masih terdengar
kumandang takbir di hari tasrik usai
Idul Adha yang tinggal beberapa hari lagi. Semuanya mengingatkan pada suatu
perjuangan manusia dalam menghadapi waktu yang sudah ditentukan. Suatu masa yang
nanti juga akan datang. Silih berganti siang dan malam, silih berganti susah
dan senang, kadang ada diatas kadang ada dibawah. Semuanya akan terjadi dalam
suatu masa yang tentunya hanya Pemilik
bumi dan langit yang tahu.
Masih
terngiang apa yang dikatakan sang istri. Rasanya belum lama dibayarkan kini
harus diulangi lagi. Suatu masa dimana harus membayar ini dan itu. Suatu masa
yang harus dipenuhi untuk membayar Uang Kuliah Tunggal (UKT) sang anak yang
masih kuliah. Suatu masa pula yang terulang dimana harus segera ditutup uang
kontrakan rumah. Bila suatu masa penagihan datang secara bersamaan seperti ini jadinya.
Dasman
mengerutkan dahi beberapa kali. Harus mencari pinjaman dari mana lagi?
Rasa-rasanya semua pos sudah didatangi. Dari mulai saudara dekat sampai kerabat
jauh. Dari melihat daftar gaji sampai
sisa gaji lainnya barangkali saja masih ada
sisa yang bisa mencukupi. Seperti itulah daur kehidupan kalau sudah datang
suatu masa.
Kalau
nanti pas pinjam akan mendapat nasehat, kalau nanti pinjam orangnya tidak ada,
kalau...wah... banyak sekali kemungkinannya. Paling enak kalau sudah
mengugkapkannya lewat tulisan. Seperti inilah yang harus dihadapi. Harus mengadu
kemana lagi jika yang mendengarpun keluhannya hampir sama?
Ujian
manusia hidup memang banyak sekali ragamnya. Ada yang diuji dengan sakit, ada
yang diuji dengan gagal panen, ada yang diuji dengan anak dan istri. Kalau
direnungi lebih dalam yang diujikan Allah pada Dasman kali ini adalah masalah
keuangan. Hampir tiap hari ada saja yang harus ditutup dan semuanya itu
membutuhkan yang namanya duit untuk operasionalnya.
Biaya
pendidikan memang harus diutamakan. Barang siapa menyekolahkan sang anak
membutuhkan banyak dana percayalah Allah akan mempermudahkan rejekinya. Kalimat
inilah yang membuat Dasman berbesar hati. Rasa-rasanya Allah juga tak akan membiarkan
sang anak terkapar tak jelas kuliahnya. Pasti akan ada jalan.... hanya saja
jalan yang sedang ditunggu itu belum juga tampak jelas.
Menjemput
rejeki adalah dengan menebar sodakoh. Hal ini sudah lama sekali Dasman dengar.
Dasman sendiri yakin sekali dengan cara yang satu ini. Masalahnya sekarang ini
Dasman sendiri sedang membutuhkan banyak biaya. Ingin bersedekah layaknya
orang-orang, namun diri sendiri saja sedang kesulitan. Mungkin belum saja rejeki
itu datang berlebih sehingga bisa membagi juga dengan yang lain.
Hanya
sekedar merenung ditengah kepenatan hidup. Kiranya bisa ditemukan cara yang
bisa dengan segera mengatasi masalah yang satu. Pusing kalau sudah seperti ini
karena ada saja yang harus diselesaikan. Sementara hanya bisa melihat orang yang
lalu-lalang di depan rumah. Dengan berbagai keperluan mereka hilir mudik pasti
ada akan ada yang dituju. Dipikir secara mendalam kiranya siapa lagi yang akan
dituju?
Ngutang...sepintas
lalu bagi yang sudah terbiasa adalah hal yang wajar. Namun tak demikian dengan
orang yang takut akan akhirat. Sebab dengan adanya hutang itu pintu surga
tertutup. Lalu bagaimana agar pintu yang tertutup itu bisa terbuka kembali?
Tentunya hanya memurahan rejeki Allah saja yang bisa menanganinya.
Dasman sedang
berada didepan permasalahan yang cukup besar. Sedang mengharap pintu rejeki
segera terbuka. Sudah lama rasanya mengiba terus-terusan kiranya pintu rejeki
terbuka dengan lebar. Bila rejeki diartikan sebagai kesehatan, kenikmatan,
kebugaran memang itu tak dipungkiri bisa dirasakan. Namun kalau sudah yang menyangkut
masalah uang inilah yang terasa sulit sekali direalisasikan. Rasa-rasanya ingin
memiliki sejumlah rupiah saja sulitnya minta ampun. Segitu bekerja dengan
sungguh-sungguh. Bagaimana dengan yang hanya leha-leha mengharapkan suatu
karunia yang jatuh dari langit? Entahlah...yang jelas sekarang Dasman ingin
agar satu per satu permasalahan yang sedang datang ini bisa ditemukan solusi
mengatasinya.
Bila
sudah yang namanya mepet belum juga mendapatkan pintu rejeki dari Yang Maha
Kuasa tentunya harus dipaksakan untuk
bisa menahan rasa malu. Pinjam adalah sesuatu yang wajar namun ada kalanya pinjam juga belum tentu bisa
terkabulkan. Kalau bukan rejeki memang terasa susah. Berarti pinjam juga
artinya rejeki. Seperti itulah kira-kira yang harus diakui kalau ingin menutup
salah satu lubang yang menganga.
Ada
perasaan malu, berat hati, perasaan tak mampu membayar tepat waktu yang
terlintas dalalam pikiran Dasman. Haruskah melangkah kalau masih ada suatu
keraguan? Lalu akan sampai kapan ragu ini terus ditanam dalam dada. Harus ada
keberanian untuk melangkah, mudah-mudahan ada suatu jalan keluarnya kalau
diberanikan untuk terus melangkah.
Ada
satu nama yang harus dituju, mudah-mudahan bisa memberikan bantuan. Terus
terang ini juga jalan yang dibukakan Allah walau sebenarnya Dasman tak ingin mengulangi.
Masa pinjam miliknya Allah juga? Jeruk makan jeruk dong? Tak apalah namanya
juga orang sedang berusaha....walau terasa pahit untuk dikenang.
Mau
dirasionalkan juga susah. Dari milik Allah lalu dipinjam seorang hamba agar
keperluan hidupnya setidaknya bisa tercukupi. Kalau orang lain berlomba
menanamkan kebajikan dengan perbayak sedekah, ini justru kebalikannya. Ingin
bersedekah namun jalan rejekinya seret. Bagaimana bisa melakukan sedekah kalau
yang selama ini saja masih berharap bisa ditutup segala hutang yang menganga.Hanya
bisa berbicara dengan diri sendiri sementara mengungkapkan pada orang lain tak
berani. Dasman tahu sebab diluar sana ada yang jauh lebih terpuruk dari
dirinya. Maka dari itu kalau menggerutu hanya untuk diri sendiri saja bukan
untuk yang lain. Kalau nanti ada yang mengetahui dengan membaca tulisan seperti
ini mohon harap dimaklum. Seperti inilah yang namanya kehidupan hanya bisa
melihat diatasnya saja tanpa berani menyelem lebih jauh.
Bila
di Jawa ditemukan istilah sawang
pinyawang, artinya orang saling melihat yang enaknya saja sementara yang
tidak dilihat tak diberitakan. Ketika ada seseorang yang kelihatannnya enak
baik dalam segala hal dikiranya tak ada masalah yang lainnya. Kalau ditelaah
lebih jauh ternyata tak seperti itu. Bisa jadi yang oleh kita dianggap terlihat
enak tak seperti yang dibayangkan.
Dasman
masih berfikir untuk kelanjutannya. Sebagai manusia biasa Dasman yakin kalau yang
dialami hari ini hanya satu fase dalam kehidupan. Suatu masa yang harus ia
lalui. Belum ketahuan endingnya seperti apa. Tapi sebagai manusia biasa Dasman
hanya bisa berharap kiranya Yang Maha Kuasa memberikan kemudahan dalam
mengarungi bahtera kehidupan ini. Masalah di jalan ada riak dan gelombang semua
orang juga akan mengalaminya. Hanya Dasman berharap kiranya Yag Maha Kuasa
meringankan segala ujian yang harus Dasman hadapi.
Dibalik
kesulitan akan ditemui suatu fase kemudahan yang diberikan oleh Yang Maha Pencipta.
Ditunggu-tunggu kiranya waktu yang akan ditetapkan ini bisa secepatnya bisa
dinikmati.
Ya
Allah berikanlah kami kemudahan dalam menghadapi gelombang kehidupuan. Ya Allah selamatkan
kami di dunia dan di akhirat demikian Dasman berdoa dalam hati menutup
tulisannya.
Cirebon,
12 Agustus 2019
Tidak ada komentar:
Posting Komentar