Cerpen
ASEP
DUHANA
Bagian Pertama
Oleh : Nurdin Kurniawan
Timbul pergolakan jiwa yang tak bisa
dipungkiri kalau aku harus membela salah satu diantaranya. Sebenarnya tak ingin
yang seperti ini terjadi, namun sudah seperti ini jadi harus bagimana lagi? Asep
memegang kening kepalanya. Pusing! Dua sahabatnya kini bertengkar. Bisa-bisanya
hal seperti ini terjadi. Disaat dirinya menjadi Ketua OSIS. Kalau memihak sama
Samsul lalu bagaimana dengan Yahya, begitu pula sebaliknya.
Tak bisa menyelesaikan masalah dengan
baik akhirnya masalah ini dilaporkan pada Pembina OSIS.
“Sudah bagus!”
“Jangan bertindak sendiri”
“Serahkan saja sama Bapak”
Pak Kasmali yang
bertindak sebagai Pembina OSIS yang akhirnya
menyelesaikan masalah ini.
“Kalau Asep yang menangani bisa
bahaya”
“Asep bisa terbawa-bawa”
Benar juga setelah
dipikir-pikir keduanya sahabat baik, keduanya sekolah di sekolah yang sama.
Bisa-bisanya bertengkar sampai gulat segala. Asep geleng-geleng kepala dengan
ulah kedua temannya ini yang gulat menjurus
pada hal-hal yang barbau sara. Untung Pak Guru segera menengahi sehingga masalah
Samsul dengan Yahya ini tidak berkepanjangan.
Jadi Ketua OSIS sungguh berat
tantangannya. Belum lama berselang masalah Samsul dan Yahyan, kini Asep
dihadapkan pada perpecahan di tubuh OSIS itu sendiri. Orang-orang yang berada
diluar kepengurusan sudah berburuk sangka terlebih dahulu.
“Anak-anak OSIS itu kerjanya hanya
pacaran”
“Kesana-kemari berpasang-pasangan”
“Kegiatan OSIS hanyalah alasan”
Tak enak juga
mendengarkan apa yang diungkapkan teman-teman. Karena Asep tak melakukan
seperti apa yang dituduhkan teman-temannya maka hal itu tidak ditangggapi. Asep
menyadari memang ada pengurus OSIS yang berpacaran , namun dirinya tidak melakukan.
Lalu untuk apa dirinya dipusingkan oleh
hal yang seperti itu! Biarlah angin berlalu toh ia tak melakukan apa yang
dituduhkan anak-anak yang bukan pengurus OSIS.
Jadi pengurus OSIS apalagi macam
dirinya yang jadi ketua tentu banyak dilihat orang. Banyak diperhatikan Guru. Sekecil
apapun masalah yang menimpa diri Asep tentu akan dilihat oleh orang banyak.
Ketua juga harus memberikan contoh pada anak buahnya. Hal inilah yang kadang
tidak disadari. Sebagai manusia biasa Asep juga kadang melakukan kesalahan.
Suatu hari Aep diajak beberapa orang
teman untuk bolos. Timbul pergolakan batin yang cukup besar. Antara mengikuti
apa yang diajak sang teman dan penolakan karena dirinya harus memberikan contoh
pada siswa yang lainnya. Entah karena sudah sering tergoda dan tak mengikuti
godaan lalu kali ini tak kuat menahan godaan. Asep jadi ikut-ikutan bolos.
Fatal akibatnya! Asep dilaporkan pada walikelas.
Bukan main gerangnya walikelas
mengetahui Asep yang jadi Ketua OSIS ikut-ikutan bolos. Suatu hari dipanggillah
Asep menghadap Pak Syaeful sang walikelas.
“Dari mana kamu hari Rabu kemarin?”
Merasa ada yang
salah maka Asep berusaha untuk jujur walau terasa pahit bila mengatakan yang
sebenarnya. Mau berbohong juga akan ketahuan sebab ada temannya yang sudah
dipangggil Pak Syaeful lebih dahulu. Sepertinya ini berkaitan dengan apa yang dilakukan Asep kemarin. Asep
menundukkan mata tak berani menatap wajah Pak Syaeful.
“Ketua OSIS malah tidak memberikan
contoh yang baik”
“Sudah kamu kalau susah diatur sih!”
Tangan Pak
Syaeful menunjuk ke luar seperti mengusir dirinya. Asep keluar ruangan tak
ingin diomeli lama-lama oleh Pak Syaeful. Ada perasaan menyesal yang sangat
dalam. Ini kok bisa terjadi pada dirinya. Tak mengerti entah kenapa hari itu
ajakan sang teman ia ikuti. Biasanya kalau ada yang mengajak seperti itu
dirinya tahan terhadap godaan. Geleng-geleng kepala tak mengerti dengan apa
yang baru terjadi. Menatap langit-langit lama sekali sampai terpikirkan apa
yang tadi dialami.
Di rumah jadi terpikirkan lagi apa
yang tadi terjadi di sekolah. Bisa-bisanya dirinya ikut dengan anak-anak nakal
yang mengajak bolos. Tak biasanya ajakan itu ia turuti. Garuk-garuk kepala tak
gatal. Aku sangat menyesal dengan kejadian itu. Besok aku akan meminta maaf
pada Pak Syaeful. Aku menyesal, aku tak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
Esoknya langsung menemui Pak Syaeful
di ruang guru.
“Pak saya minta maaf dengan kejadian
kemarin”
“Saya mengaku bersalah”
Mata Pak Syaeful
menatap wajah Asep. Pak Syaeful sepertinya meminta keseriusan Asep jangan sampai
apa yang hari ini diucapkan lalu dilanggarnya sendiri. Setelah yakin kalau Asep
tak main-main dengan apa yang diucapkannya pandangan Pak Syaeful mulai melunak
.
“Ya Bapak maafkan”
“Jangan diulangi lagi ya!”
Asep lalu mencium
tangan gurunya ini lalu meninggalkan ruang Guru.
***
Kalau lihat sinetron di tv-tv
ataupun bila melihat infotaiment para artis mengenal istilah yang namanya cinta
lokasi. Asep yang sering berkumpul dengan anak-anak OSIS mengenal pula yang
namanya cinta lokasi. Walaupun hanya sebatas
pertemanan biasa namun lama-lama ada juga cemburu bila melihat teman yang
sering kita ajak ngobrol lalu ngobrol dengan lelaki lain berlama-lama.
Diperhatikan Asep sendiri memang
anak buahnya rata-rata punya pasangan masing-masing. Si A seringnya dengan si B
terus. Si C dengan si D terus. Dalam satu kepengurusan OSIS ada juga pasanganya.
Sementara dirinya bertanya-tanya dengan siapa? Inilah yang menjadi perhatian
Asep dalam beberapa mingggu ini. Sepertinya kalau aku juga punya pasangan akan
enak! Pikirannya melayang-layang ikut membayangkan. Ah… bagaimana kalau aku
juga pacaran?
Bagaimana kalau dengan si X? Wah…
sepertinya kurang cocok. Dengan si Y? Sepertinya dia juga sudah punya pacar.
Jangan sampai mendekati orang yang sudah punya pacar. Bisa bahaya jadinya.
Rasa-rasanya kalau dengan Wiwin cocok juga deh! Orangnya cantik, sepertinya
tidak banyak tingkah. Mulailah Asep melakukan pendekatan dengan Wiwin. Eh, ternyata
berhasil juga. Wiwin termasuk orang yang mudah diajak bicara. Ternyata senang
terhadap seseorang membuat hidup makin bergairah. Hidup makin terasa senang
saja. Anak-anak mau mengatakan pengurus OSIS sekarang pacaran melulu biarkan
saja. Seusia diriku memang yang namanya pacaran tak bisa dipisahkan. Ini bagian
dari yang namanya pengalaman hidup.
Kenapa informasi ini datangnya
terlambat! Asep geleng-geleng kepala tak mengerti. Wiwin ternyata sudah punya
pacar. Kalau Wiwin suka ngobrol dengan Asep semata-mata karena Wiwin juga tak
ingin bila ketua OSIS-nya diam diri saja. Asep memejamkan mata berusaha untuk
bisa mengerti. Rupanya ini yang disebut bertepuk sebelah tangan. Tak enak kalau dicuekin sesama pegurus OSIS.
Menjalin komunikasi dengan sesama pengurus adalah hal yang harus dilakukan.
Kalau ternyata asyik ngobrol berlama-lama ini bukan berarti namanya cinta. Baru
tahu aku ini! Wah…payah! Jomblo lagi deh!
***
Memasuki bulan September namun belum
ada Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) juga. Itu artinya masih jauh untuk
sertijab. Asep menyadari kalau kelas 9 sudah harus dibebaskan dari berbagai kegiatan
OSIS dan ekstrakurikuler. Banyak kenangan menjadi Ketua OSIS. Namun berdasarkan
aturan itu tadi maka dirinya harus segera lengser. Serahkan pada adik kelas
yang waktunya masih banyak. Biarlah kelas 9 konsentrasi pada pelajaran menghadapi
Ujian Nasional.
Selama menjadi Ketua OSIS memang
masih ada perasaan kurang puas. Kurang puasnya karena belum bisa memberikan yang terbaik. Belum bisa
memberikan contoh yang baik. Mudah-mudahan kepengurusan yang akan datang jauh
lebih baik lagi.
Asep berharap anak-anak OSIS yang
akan datang lebih kreatif lagi. Anak-anak akan lebih termotivasi lagi kalau
gurunya juga punya motivasi untuk maju. Pengalaman yang kurang baik biarlah
dikubur dalam-dalam. Ingin agar OSIS
SMPN 2 Pabedilan jauh lebih baik dalam segala hal.
Matanya menatap masa depan. Masih
jauh perjalanan yang harus Asep lalui. Gantungkan cita-citamu setinggi langit
demikian sang proklamator pernah mengungkapkan. Asep juga tak ingin ketinggalan,
ingin cita-citanya terwujud. Ingin bisa
menulis, ingin jadi jurnalis handal sehingga karyanya bisa dibaca orang dan tentunya berguna.
Cirebon, 5 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar