Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 27 Agustus 2019

ASEP DUHANA 1 (Cerpen)


Cerpen
ASEP  DUHANA
Bagian Pertama
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Timbul pergolakan jiwa yang tak bisa dipungkiri kalau aku harus membela salah satu diantaranya. Sebenarnya tak ingin yang seperti ini terjadi, namun sudah seperti ini jadi harus bagimana lagi? Asep memegang kening kepalanya. Pusing! Dua sahabatnya kini bertengkar. Bisa-bisanya hal seperti ini terjadi. Disaat dirinya menjadi Ketua OSIS. Kalau memihak sama Samsul lalu bagaimana dengan Yahya, begitu pula sebaliknya.
            Tak bisa menyelesaikan masalah dengan baik akhirnya masalah ini dilaporkan pada Pembina OSIS.
            “Sudah bagus!”
            “Jangan bertindak sendiri”
            “Serahkan saja sama Bapak”
Pak Kasmali yang bertindak sebagai Pembina OSIS yang akhirnya  menyelesaikan masalah ini.
            “Kalau Asep yang menangani bisa bahaya”
            “Asep bisa terbawa-bawa”
Benar juga setelah dipikir-pikir keduanya sahabat baik, keduanya sekolah di sekolah yang sama. Bisa-bisanya bertengkar sampai gulat segala. Asep geleng-geleng kepala dengan ulah kedua temannya ini yang  gulat menjurus pada hal-hal yang barbau sara. Untung Pak Guru segera menengahi sehingga masalah Samsul dengan Yahya ini tidak berkepanjangan.
            Jadi Ketua OSIS sungguh berat tantangannya. Belum lama berselang masalah Samsul dan Yahyan, kini Asep dihadapkan pada perpecahan di tubuh OSIS itu sendiri. Orang-orang yang berada diluar kepengurusan sudah berburuk sangka terlebih dahulu.
            “Anak-anak OSIS itu kerjanya hanya pacaran”
            “Kesana-kemari berpasang-pasangan”
            “Kegiatan OSIS hanyalah alasan”
Tak enak juga mendengarkan apa yang diungkapkan teman-teman. Karena Asep tak melakukan seperti apa yang dituduhkan teman-temannya maka hal itu tidak ditangggapi. Asep menyadari memang ada pengurus OSIS yang berpacaran , namun dirinya tidak melakukan. Lalu untuk apa dirinya dipusingkan  oleh hal yang seperti itu! Biarlah angin berlalu toh ia tak melakukan apa yang dituduhkan anak-anak yang bukan pengurus OSIS.
            Jadi pengurus OSIS apalagi macam dirinya yang jadi ketua tentu banyak dilihat orang. Banyak diperhatikan Guru. Sekecil apapun masalah yang menimpa diri Asep tentu akan dilihat oleh orang banyak. Ketua juga harus memberikan contoh pada anak buahnya. Hal inilah yang kadang tidak disadari. Sebagai manusia biasa Asep juga kadang melakukan kesalahan.
            Suatu hari Aep diajak beberapa orang teman untuk bolos. Timbul pergolakan batin yang cukup besar. Antara mengikuti apa yang diajak sang teman dan penolakan karena dirinya harus memberikan contoh pada siswa yang lainnya. Entah karena sudah sering tergoda dan tak mengikuti godaan lalu kali ini tak kuat menahan godaan. Asep jadi ikut-ikutan bolos. Fatal akibatnya! Asep dilaporkan pada walikelas.
            Bukan main gerangnya walikelas mengetahui Asep yang jadi Ketua OSIS ikut-ikutan bolos. Suatu hari dipanggillah Asep menghadap Pak Syaeful sang walikelas.
            “Dari mana kamu hari Rabu kemarin?”
Merasa ada yang salah maka Asep berusaha untuk jujur walau terasa pahit bila mengatakan yang sebenarnya. Mau berbohong juga akan ketahuan sebab ada temannya yang sudah dipangggil Pak Syaeful lebih dahulu. Sepertinya ini berkaitan dengan  apa yang dilakukan Asep kemarin. Asep menundukkan mata tak berani menatap wajah Pak Syaeful.
            “Ketua OSIS malah tidak memberikan contoh yang baik”
            “Sudah kamu kalau susah diatur sih!”
Tangan Pak Syaeful menunjuk ke luar seperti mengusir dirinya. Asep keluar ruangan tak ingin diomeli lama-lama oleh Pak Syaeful. Ada perasaan menyesal yang sangat dalam. Ini kok bisa terjadi pada dirinya. Tak mengerti entah kenapa hari itu ajakan sang teman ia ikuti. Biasanya kalau ada yang mengajak seperti itu dirinya tahan terhadap godaan. Geleng-geleng kepala tak mengerti dengan apa yang baru terjadi. Menatap langit-langit lama sekali sampai terpikirkan apa yang tadi dialami.
            Di rumah jadi terpikirkan lagi apa yang tadi terjadi di sekolah. Bisa-bisanya dirinya ikut dengan anak-anak nakal yang mengajak bolos. Tak biasanya ajakan itu ia turuti. Garuk-garuk kepala tak gatal. Aku sangat menyesal dengan kejadian itu. Besok aku akan meminta maaf pada Pak Syaeful. Aku menyesal, aku tak akan mengulangi perbuatan itu lagi.
            Esoknya langsung menemui Pak Syaeful di ruang guru.
            “Pak saya minta maaf dengan kejadian kemarin”
            “Saya mengaku bersalah”
Mata Pak Syaeful menatap wajah Asep. Pak Syaeful sepertinya meminta keseriusan Asep jangan sampai apa yang hari ini diucapkan lalu dilanggarnya sendiri. Setelah yakin kalau Asep tak main-main dengan apa yang diucapkannya pandangan Pak Syaeful mulai melunak .
            “Ya Bapak maafkan”
            “Jangan diulangi lagi ya!”
Asep lalu mencium tangan gurunya ini lalu meninggalkan ruang Guru.
                                                                        ***
            Kalau lihat sinetron di tv-tv ataupun bila melihat infotaiment para artis mengenal istilah yang namanya cinta lokasi. Asep yang sering berkumpul dengan anak-anak OSIS mengenal pula yang namanya  cinta lokasi. Walaupun hanya sebatas pertemanan biasa namun lama-lama ada juga cemburu bila melihat teman yang sering kita ajak ngobrol lalu ngobrol dengan lelaki lain berlama-lama.
            Diperhatikan Asep sendiri memang anak buahnya rata-rata punya pasangan masing-masing. Si A seringnya dengan si B terus. Si C dengan si D terus. Dalam satu kepengurusan OSIS ada juga pasanganya. Sementara dirinya bertanya-tanya dengan siapa? Inilah yang menjadi perhatian Asep dalam beberapa mingggu ini. Sepertinya kalau aku juga punya pasangan akan enak! Pikirannya melayang-layang ikut membayangkan. Ah… bagaimana kalau aku juga pacaran?
            Bagaimana kalau dengan si X? Wah… sepertinya kurang cocok. Dengan si Y? Sepertinya dia juga sudah punya pacar. Jangan sampai mendekati orang yang sudah punya pacar. Bisa bahaya jadinya. Rasa-rasanya kalau dengan Wiwin cocok juga deh! Orangnya cantik, sepertinya tidak banyak tingkah. Mulailah Asep melakukan pendekatan dengan Wiwin. Eh, ternyata berhasil juga. Wiwin termasuk orang yang mudah diajak bicara. Ternyata senang terhadap seseorang membuat hidup makin bergairah. Hidup makin terasa senang saja. Anak-anak mau mengatakan pengurus OSIS sekarang pacaran melulu biarkan saja. Seusia diriku memang yang namanya pacaran tak bisa dipisahkan. Ini bagian dari yang namanya pengalaman hidup.
            Kenapa informasi ini datangnya terlambat! Asep geleng-geleng kepala tak mengerti. Wiwin ternyata sudah punya pacar. Kalau Wiwin suka ngobrol dengan Asep semata-mata karena Wiwin juga tak ingin bila ketua OSIS-nya diam diri saja. Asep memejamkan mata berusaha untuk bisa mengerti. Rupanya ini yang disebut bertepuk sebelah tangan.  Tak enak kalau dicuekin sesama pegurus OSIS. Menjalin komunikasi dengan sesama pengurus adalah hal yang harus dilakukan. Kalau ternyata asyik ngobrol berlama-lama ini bukan berarti namanya cinta. Baru tahu aku ini! Wah…payah! Jomblo lagi deh!
                                                                        ***
            Memasuki bulan September namun belum ada Latihan Dasar Kepemimpinan Siswa (LDKS) juga. Itu artinya masih jauh untuk sertijab. Asep menyadari kalau kelas 9 sudah harus dibebaskan dari berbagai kegiatan OSIS dan ekstrakurikuler. Banyak kenangan menjadi Ketua OSIS. Namun berdasarkan aturan itu tadi maka dirinya harus segera lengser. Serahkan pada adik kelas yang waktunya masih banyak. Biarlah kelas 9 konsentrasi pada pelajaran menghadapi Ujian Nasional.
            Selama menjadi Ketua OSIS memang masih ada perasaan kurang puas. Kurang puasnya karena  belum bisa memberikan yang terbaik. Belum bisa memberikan contoh yang baik. Mudah-mudahan kepengurusan yang akan datang jauh lebih baik lagi.
            Asep berharap anak-anak OSIS yang akan datang lebih kreatif lagi. Anak-anak akan lebih termotivasi lagi kalau gurunya juga punya motivasi untuk maju. Pengalaman yang kurang baik biarlah dikubur dalam-dalam. Ingin agar OSIS  SMPN 2 Pabedilan jauh lebih baik dalam segala hal.
            Matanya menatap masa depan. Masih jauh perjalanan yang harus Asep lalui. Gantungkan cita-citamu setinggi langit demikian sang proklamator pernah mengungkapkan. Asep juga tak ingin ketinggalan,  ingin cita-citanya terwujud. Ingin bisa menulis, ingin jadi jurnalis handal  sehingga karyanya bisa  dibaca orang dan tentunya berguna.

                                                                                                         Cirebon, 5 September 2012
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar