Cerpen
BIMA ARYA ANDRIA
Oleh : Nurdin Kurniawan
Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) belum
terlalu lama. Setelah masuk semester ganjil langsung dihadang libur awal puasa
lagi. Sebagai wali kelas sedang menata-nata kelas. Baru kali ini KBM baru
awal-awal sudah mendapatkan laporan tentang anak kelas 7 yang bolos. Terkejut
juga ketika mendengar katanya bolos sudah ke 8 kalinya. Langsung saja aku kros
cek dengan anak yang yang ditugasi untuk absensi kelas. Ternyata memang ada 8
hari anak tersebut bolos.
Bolos! Itu artinya dari rumah berangkat
namun ketika di sekolah pulang atau tidak nongol lagi. Aku berusaha mencari
nomer telpon yang dimiliki si anak. Data dari buku leger memang aku punya nomer
telpon anak yang bersangkutan. Tapi bila aku bel ternyata tidak aktif. Aku
berusaha untuk mencari nomer telpon yang lainnya. Dari anak didikku yang lain
akhirnya didapat nomer anak yang bersangkutan. Rupanya nomer ibunya yang
diberikan pada diriku. Ketika aku bel rupanya terdengar musik yang keras
sekali. Aku tutup lagi karena aku tidak jelas mendengarkan suara orang dari
sana. Setelah ditutup barulah orang yang
aku bel tadi mengebel ulang.
“Halo dengan siapa ini?”
Karena nomer
yang muncul adalah nomer yang aku tadi bel aku yakin ini ada kaitannya dengan
Bima Arya Andria yang suka bolos itu.
“Ya ini nomer gurunya Bima Arya”,
jawabku
Orang yang ada
di telpon lalau menjelaskan siapa dirinya. Setelah aku tahu kalau yang nelpon adalah ibunya Bima
maka aku jelaskan kenapa Bima dalam
beberapa hari tidak berangkat sekolah.
“Ah masa sih Pak?”
“Setahu saya anak saya berangkat
selalu”
Aku beberkan
data yang selama ini aku punya. Ada 8 hari anak ini bolos sekolah.
“Kalau begitu Ibu datang saja ke
sekolah”
“Nanti akan dijelaskan lebih lanjut
tentang anak ibu”
Aku berharap ibu
si anak ini mau datang ke sekolah.
Sehari sebelumnya aku menerima sms
dari seseorang. Kalau dari nadanya seperti orang yang sudah kenal aku lebih
dekat.
“Din mangkat tah?”
Aku yang memang
hari ini berangkat sekolah mengatakan ya. Tapi aku tidak tahu nomer siapakah
ini. Makanya aku sms ulang menanyakan nomer siapakah ini. Dari sms yang aku
terima dia menjawab Bima. Aku tahu anak ini memang bermasalah. Makanya aku
tanyakan Bima yang dimaksud.
“Kemana saja kamu selama ini tidak
sekolah?”
“Lagi di rumahsakit jiwa pak”
Aduh! Dari
omongannya yang seperti ini aku langsung gemas. Ada saja anak yang mengaku
bernama Bima dengan jawaban yang seenaknya perut. Aku berencana memanggil orang
yang bersangkutan.
Menjelang sekolah usai ada tamu yang
datang ingin bertemu denganku. Aku sudah bisa menebak kalau orang itu adalah
orangtuanya Bima yang memang aku suruh berangkat ke sekolah. Masih muda karena
Bima ini memang anak pertama. Setelah ngobrol kesana kemari barulah masuk keinti
pembicaraan.
“Anak saya selalu berangkat pak!”
“Bahkan anak ini kalau berangkat
diantar sama bapaknya”
“Sampai masuk ke sekolah tidak?”
“Bapaknya kalu ngantar sampai
gerbang sekolah”
Aku sempat
berfikir kenapa pula anak ini lalu tidak ada di sekolah. Rupanya anak ini bolos
katika pergantian jam pelajaran. Bahkan ada diantaranya tidak masuk sekolah
sama sekali.
“Ya sudah bu”
“Besok anak ini harus berangkat
lagi”
“Bima harus ketemu langsung dengan
saya”
“Pokonya anak ini harus mempunyai
absensi khusus”
Esoksnya memang anak ini datang diantar
oleh bapaknya. Aku lihat raut anak ini bukan tipe pemberontak atau yang
aneh-aneh. Lalu kenapa pula anak ini suka membolos sekolah? Ada banyak
pertanyaan kenapa anak ini suka membolos. Sebagai wali kelas tentu aku harus
menyelesaikan permasalahan dari anak ini. Setelah dinasehati sepertinya anak
ini akan normal kembali lagi.
Tak ingin anak ini kembali
mengulangi kebiasannya bolos, maka selama seminggu Bima harus setor muka.
Caranya anak ini selama pagi dan siang
hari kalau berangkat harus minta tandatangan walikelasnya. Begitulah cara agar
anak ini tak mengulangi lagi kesalahanya lagi.
Seminggu sudah berlangsung anak ini
memang berangkat dengan rajin. Aku tak segan-segan untuk memberikan tandatangan
pada Birma. Aku berharap
anak ini tak mengulangi lagi kesalahan yang sudah ia lakukan.
Sebagai bentuk tanggungjawab sebagai wali kelas aku juga
mengadakan home visit. Baru tahu
kalau di wilayah Ender bagian utara ada perumahan. Rumah anak ini persis di bibir
sungai. Aku juga tak bisa membayangkan kalau lagi banjir. Tapi orang-orang
disini sudah terbiasa dengan yang namanya banjir. Terbukti kalau rumah
dipinggir sungai dianggapnya biasa saja. Kedatangannya di rumah orangtuanya
Bima untuk mempertegas kalau mendidik anak harus sungguh-sungguh. Jangan mudah
percaya kalau anak berangkat dari rumah lalu disekolahnya ada. Belum tentu
juga! Mudah-mudahan apa yang dialami Bima ini untuk yang terakhir kalinya. Kedatangan
walikelas ke se rumah sungguh akan membuat anak ini selalu teringat. Apa yang
disampaikan wali kelas mudah-mudahan bisa menyerap di hati Bima.
Tahu akan kondisi orangtuanya, tahu
akan kondisi si anak. Itulah keuntungan kalau kita sedang mengadakan home visit. Mudah-mudahan apa yang aku
alami pada hari ini bisa membuat orang-orang yang tadinya tak tahu akan kebiasaan diriku, tak tahu akan maksud
dari kunjungan ke rumah jadi bisa jadi memahami. Mudah-mudahan pula apa yang
terjadi hari ini bisa diambil hikmahnya.
Cirebon, 23 September 2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar