Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Minggu, 25 Agustus 2019

H I L A N G (Cerpen)


Cerpen

H  I  L  A  N  G
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Guru-guru pembimbing dadakan briefing memecahkan masalah anak yang belum juga kembali. Perasan tadi habis dari Borobudur anak-anak lengkap semua. Usai dari Borobudur menuju Malioboro seperti tak ada masalah. Namun ketika akan pulang anak-anak dihitung kembali ternyata ada yang kurang satu.
            “Tadi sebelum turun di Borobudur apakah anak-anak diabsen?”
Pak Darna guru pembimbing yang ada di bus 4 spontan menjawab lengkap.
            “Waktu akan berangkat ke Malioboro apakah anak-anak diabsen lagi?”
            “Diabsen pak”
            “Ngabsennya dengan menanyakan anak-anak yang ada di kanan kirinya”
Kumaedi bingung sebab bila dihitung lagi masih ada saja anaknya yang belum lengkap. Kemana Kirno anak kelas 8.E  ini berada?
            Anak-anak yang sudah kelelahan bertanya-tanya kapan bus akan pulang? Sudah pukul 23.00 bus masih saja berada di parkir.
            “Nunggu siapa lagi sih pak?”
            “Ada anak yang belum lengkap di bus 4”
            “Kemana anaknya pak?”
            “Ah… kamu ini bagaimana kalau bapak tahu dari tadi bus sudah berangkat”
Rupanya hasil briefing memutuskan ada 4 guru pembimbing yang harus tetap berada di Jogjakarta.  Tujuh bus yang ada dalam rombongan memutuskan untuk tetap pulang ke Cirebon.
Koordinator pembimbing dalam hal ini Pak Jupri dan 3 guru lainnya harus berada di Jogjakarta mencari sampai anak yang bernama Kirno bisa ditemukan.
            Drs. Sukendar yang tidak ikut study tour yang dilapori kalau ada anak didiknya hilang satu bertanya-tanya pada pembimbing yang selama ini mengawasi jalannya study tour. Melalu HP komunikasi terus dijalin sebab kalau nanti rombongan sudah pada datang ke Cirbon dan ada orangtua yang memanyakan kenapa anaknnya belum pulang tentu hal ini akan menjadi masalah besar.
            “Kalau begitu bapak-bapak lapor pada polres disana!”
            “Bapak-bapak juga secepatnya sewa mobil untuk mencari anak sampai ketemu!”
            “Pokoknya harus bisa ditemukan!”
            Mencari anak yang hilang dari rombongan bukan perkara yang  mudah. Pak Jupri, Pak Darna, Pak Khumaedi dan Pak Bambang  yang terpaksa tetap berada di Jogjakarta. Tugas baru untuk bisa menemukan anak yang bernama Kirno. Mobil rentalan kini diarahkan ke Borobudur. Siapa tahu anak ini masih berada disekitar lolasi candi Borobudur. Sepanjang jalan melihat-lihat barangkali ada anak yang masih mengenakan pakaian kaos dengan bacan study tour salah satu SMP yang ada di Cirebon. Datang ke Magelang masih pagi namun Jupri langsung menemui petugas  yang ada di lokasi candi Borobudur. Dijelaskan panjang lebar kalau dari rombongan yang berjumlah 7 bus ada satu anak didiknya yang belum kembali. Petugas itu lalu mencatat nama si anak dan minta nomer telepon yang bisa dihubungi manakala anak ini ditemukan.
            Menunggu memang waktu yang amat sangat melelahkan. Mulai terdengar dari toa yang ada disekitar candi Borobudur kalau ada berita hilang anak. Disebutkan pula nama dan umurnya serta dari sekolah mana. Pak Jupri hanya mendengarkan dari kejauhan pengumuman yang asalnya dari dirinya. Sepanjang jalan tadi sempat pula mobil mampir ke beberapa polsek yang berhasil dilalui. Intinya memberitahukan kalau ada anak yang hilang dari rombongan. Siapa tahu dengan cara seperti itu ada yang mengetahui atau setidaknya ada informasi yang masuk tentang keberadaan Kirno.
            Hampir setiap 20 menit sekali kepala sekolah menanyakan kabar perkembangan hilangnya si Kirno.
            “Bagaimana Pak Jupri sudah ada perkembangan?”
            “Masih belum pak…”
            “Sudah berapa polsek yang dihubungi?”
            “Hampir tiap polsek yang dilewati kami mampir pak untuk memberitahukan kalau ada rombongan anak kami yang tertinggal”
            “Pokoknya cari sampai ada hasilnya!”
            “Iya pak…”
            Rombongan study tour akhirnya sampai juga di sekolah. Banyak juga orangtua yang menjemput anak-anaknya. Apa yang dikhawatirkan Drs. Sukendar sebagai kepala sekolah terbukti juga. Rupanya belum bergabungnya Kirno dengan rombongan yang lain tersebar luas. Kontan hal ini membuat orangtua Kirno datang ke sekolah.
            Drs. Sukendar berusaha menjelaskan pada kedua orangtua Kirno yang datang ke sekolah. Disaat anak-anak yang lainnya sudah kumpul bersama dengan orangtuanya masing-masing namun Kendar masih belum bisa.
            “Begini… dengan bapak siapa  maaf?”
Orangtua Kirno lalu menyebutkan nama.
            “Bagini Pak Manap anak bapak sedang kami cari”
            “Anak ini memang keluar dari rombongan sehingga seperti ini kasusnya”
            “Tapi bapak jangan cemas ada beberapa guru kami yang sedang mencari Kirno”
Manap tetap kurang bisa mengerti alasan yang dikemukakan kepala sekolah. Kalau anak-anak yang lain sudah pada kumpul dengan orangtuanya masing-masing lalu kenapa Kirno belum juga pulang?
            “Sekarang bapak pulang saja dulu nanti akan kami beritahu kalau sudah ada perkembangan”
Dengan perasaan lesu akhirnya Manap dan istri pulang dengan perasaan cemas.
            Sudah satu hari pencarian Kirno belum membuahkan hasil. Guru-guru yang berada di Jogjakarta maupun beberapa guru yang kini sudah aktif kembali mengajar di sekolah     merasakan pula cemasnya. Seolah topik pembicaraan di sekolah khusus masalah Kirno. Teman-teman di sekolah juga pada membicarakan belum pulangnya Kirno.
            Kepala Sekolah tidak bisa tenang sebelum Kirno kembali ke sekolah. Setidaknya kasus ini sudah sampai ke kepala dinas. Beberapa wartawan juga mengetahui kalau ada anak didik sekolah yang dipimpin Drs. Sukendar ada yang hilang. Seperti topik yang sedang hangat tentang anak sekolah yang hilang disaat study tour. Menghilangkan rasa resahnya Drs. Sukendar mengecek lagi perkembangan anak buahnya yang sedang mencari Kirno di Jogjakarta dan sekitarnya.
            “Bagaimana Pak  Jupri perkembangan terakhir?”
Jupri yang sudah 2 hari tidak tidur sejak Kirno belum ditemukan berusaha tegar menjawab apa yang ditanyakan pimpinannya.
            “Sudah mulai ada perkembangan pak”
            “Terakhir ada berita dari tukang becak yang melihat anak seusia Kirno jalan-jalan sekitar Sleman”
            “Ciri-cirinya seperti mirip Kirno”
            “Terus pantau perkembangannya jangan sampai tertinggal”
            “Iya pak…”
            Hari kedua setelah anak-anak yang lainnya sudah pada belajar kembali Kirno masih belum ditemukan. Orangtua Kirno selalu bertanya-tanya usaha yang sudah dilakukan sekolah sampai sejauh mana sebab ini sudah hari kedua setelah anak-anak yang lainnya sudah pulang.
            “Kami sedang berusaha pak…”
            “Bantu kami dengan doanya…”
Walau sudah berusaha dibuat tenang namun tetap saja hal ini tak membuat orangtua Kirno merasa tenang. Anaknya yang belum pulang menjadi pikiran terus.
                                                                        ***
            Tukang becak di sekitar Pasar Sleman merasa kasihan dengan anak yang terlihat plonga-plongo  melihat sekelilingnya. Bila dilihat dari kaos yang dikenakan ini anak bukan anak gelandangan. Pasti ada sesuatu yang aneh dengan anak ini. Tukang becak itu lalu mendekati.
            “Kamu dari mana?”
Anak ini seperti kaget ada yang menyapa. Seingat dirinya baru kali ini ada orang yang menyapa sambil menepuk pundak. Walau sudah  beberapa kali minta makan pada beberapa pemilik warung baru kali ini ada orang yang menyapa. Anak ini melihat wajah si tukang becak seperti ada perasaan takut.
            “Hai…kamu dari mana?”
Ada perasaan takut namun akhirnya anak ini buka mulut juga.
            “Saya dari Cirebon pak”
            “Jauh juga…”
            “Kamu dengan siapa ke Sleman?”
            “Saya tadinya dengan rombongan piknik pak”
            “Tidak tahu saya bisa seperti ini…”
Tukang becak  mulai mengerti kalau anak ini tertinggal dari rombongan. Dengan nalurinya akhirnya si anak dibawa ke polsek terdekat untuk diserahkan pada polisi.
            Bukan main senangnya Drs. Sukendar ketika menerima telepon dari Polres Cirebon kalau anak didiknya yag bernama Kirno sekarang sudah berada di Polres Saleman. Usai ditutup telpon dari Polres Cirebon langsung saja mengebel Pak Jupri yang masih berada di Jogjakarta.
            “Secepatnya bapak menuju Polres Sleman”
            “Anaknya sudah ditemukan dan sekarang berada di Polres Sleman”
Seperti plong setelah mengetahui anak yang selama ini hilang berada di Polres Sleman. Pak Drs. Sukendar beberapa kali mengucapkan kalimat syukur alhamdulillah. Ternyata anak yang hampir 3 hari ini dicari-cari akhirnya bisa ketemu.
            Dipeluk beberapa kali si anak setelah diserahkan oleh Polres Sleman. Empat guru pembimbing yang sudah 3 hari mencari di Jogjakarta dan sekitarnya akhirnya bisa bernafas lega. Sepanjang perjalanan pulang Kirno ditanya kenapa dirinya bisa hilang dari rombongan. Seolah tidak percaya dengan apa yang diutarakan anak kelas 8 ini.
Masih seperti terlihat bingung Kirno mulai menceritakan dirinya terpisah dari rombongan. Ternyata anak ini sewaktu di Borobudur merokok. Ketika anak-anak yang lain mencoba meraba patung Budha yang ada didalam stupa Kirnopun mencoba. Bila yang lain mencoba meraih pusar sang Budha anak ini berlaku aneh. Bukannya diraba sampai atau tidak sampai pada tubuh sang Budha malah anak ini menyutnya dengan rokok. Usai kejadian itu dadak-dadakan Kirno linglung tidak mengingat apapun. Dari sinilah Kirno  mengembara entah kemana mengikuti arah mata kaki. Disaat anak-anak yang lain pulang  Kirno sampai melanglang buana ke daerah Jogkakarta dan sekitarnya.
            Tempat-tempat wisata memang sangat menarik untuk dikunjungi. Namun terkadang keingintahuan anak kelewat batas. Kirno tidak menyadari kalau  Borobudur adalah tempat suci yang tidak semua orang bisa mengotorinya. Jadilah kejadian seperti ini yang diluar nalar. Pengalaman yang bagi Kirno tentu sangat berharga dan akan dikenang oleh semua guru dan teman-teman.

                                                                                                     Cirebon, 13 Pebruari 2016
                                                                                                     nurdinkurniawan@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar