Cerpen
H I L A N G
Oleh : Nurdin Kurniawan
Guru-guru pembimbing dadakan briefing memecahkan masalah anak yang
belum juga kembali. Perasan tadi habis dari Borobudur anak-anak lengkap semua.
Usai dari Borobudur menuju Malioboro seperti tak ada masalah. Namun ketika akan
pulang anak-anak dihitung kembali ternyata ada yang kurang satu.
“Tadi sebelum turun di Borobudur
apakah anak-anak diabsen?”
Pak Darna guru pembimbing
yang ada di bus 4 spontan menjawab lengkap.
“Waktu akan berangkat ke Malioboro
apakah anak-anak diabsen lagi?”
“Diabsen pak”
“Ngabsennya dengan menanyakan
anak-anak yang ada di kanan kirinya”
Kumaedi bingung
sebab bila dihitung lagi masih ada saja anaknya yang belum lengkap. Kemana
Kirno anak kelas 8.E ini berada?
Anak-anak yang sudah kelelahan
bertanya-tanya kapan bus akan pulang? Sudah pukul 23.00 bus masih saja berada
di parkir.
“Nunggu siapa lagi sih pak?”
“Ada anak yang belum lengkap di bus
4”
“Kemana anaknya pak?”
“Ah… kamu ini bagaimana kalau bapak
tahu dari tadi bus sudah berangkat”
Rupanya hasil briefing memutuskan ada 4 guru
pembimbing yang harus tetap berada di Jogjakarta. Tujuh bus yang ada dalam rombongan memutuskan
untuk tetap pulang ke Cirebon.
Koordinator
pembimbing dalam hal ini Pak Jupri dan 3 guru lainnya harus berada di
Jogjakarta mencari sampai anak yang bernama Kirno bisa ditemukan.
Drs. Sukendar yang tidak ikut study tour yang dilapori kalau ada anak
didiknya hilang satu bertanya-tanya pada pembimbing yang selama ini mengawasi
jalannya study tour. Melalu HP komunikasi
terus dijalin sebab kalau nanti rombongan sudah pada datang ke Cirbon dan ada
orangtua yang memanyakan kenapa anaknnya belum pulang tentu hal ini akan
menjadi masalah besar.
“Kalau begitu bapak-bapak lapor pada
polres disana!”
“Bapak-bapak juga secepatnya sewa
mobil untuk mencari anak sampai ketemu!”
“Pokoknya harus bisa ditemukan!”
Mencari anak yang hilang dari
rombongan bukan perkara yang mudah. Pak
Jupri, Pak Darna, Pak Khumaedi dan Pak Bambang
yang terpaksa tetap berada di Jogjakarta. Tugas baru untuk bisa
menemukan anak yang bernama Kirno. Mobil rentalan kini diarahkan ke Borobudur.
Siapa tahu anak ini masih berada disekitar lolasi candi Borobudur. Sepanjang
jalan melihat-lihat barangkali ada anak yang masih mengenakan pakaian kaos
dengan bacan study tour salah satu
SMP yang ada di Cirebon. Datang ke Magelang masih pagi namun Jupri langsung
menemui petugas yang ada di lokasi candi
Borobudur. Dijelaskan panjang lebar kalau dari rombongan yang berjumlah 7 bus
ada satu anak didiknya yang belum kembali. Petugas itu lalu mencatat nama si
anak dan minta nomer telepon yang bisa dihubungi manakala anak ini ditemukan.
Menunggu memang waktu yang amat sangat
melelahkan. Mulai terdengar dari toa yang ada disekitar candi Borobudur kalau
ada berita hilang anak. Disebutkan pula nama dan umurnya serta dari sekolah mana.
Pak Jupri hanya mendengarkan dari kejauhan pengumuman yang asalnya dari dirinya.
Sepanjang jalan tadi sempat pula mobil mampir ke beberapa polsek yang berhasil
dilalui. Intinya memberitahukan kalau ada anak yang hilang dari rombongan.
Siapa tahu dengan cara seperti itu ada yang mengetahui atau setidaknya ada
informasi yang masuk tentang keberadaan Kirno.
Hampir setiap 20 menit sekali kepala
sekolah menanyakan kabar perkembangan hilangnya si Kirno.
“Bagaimana Pak Jupri sudah ada perkembangan?”
“Masih belum pak…”
“Sudah berapa polsek yang dihubungi?”
“Hampir tiap polsek yang dilewati
kami mampir pak untuk memberitahukan kalau ada rombongan anak kami yang
tertinggal”
“Pokoknya cari sampai ada hasilnya!”
“Iya pak…”
Rombongan study tour akhirnya sampai juga di sekolah. Banyak juga orangtua
yang menjemput anak-anaknya. Apa yang dikhawatirkan Drs. Sukendar sebagai
kepala sekolah terbukti juga. Rupanya belum bergabungnya Kirno dengan rombongan
yang lain tersebar luas. Kontan hal ini membuat orangtua Kirno datang ke
sekolah.
Drs. Sukendar berusaha menjelaskan
pada kedua orangtua Kirno yang datang ke sekolah. Disaat anak-anak yang lainnya
sudah kumpul bersama dengan orangtuanya masing-masing namun Kendar masih belum
bisa.
“Begini… dengan bapak siapa maaf?”
Orangtua Kirno
lalu menyebutkan nama.
“Bagini Pak Manap anak bapak sedang
kami cari”
“Anak ini memang keluar dari
rombongan sehingga seperti ini kasusnya”
“Tapi bapak jangan cemas ada
beberapa guru kami yang sedang mencari Kirno”
Manap tetap
kurang bisa mengerti alasan yang dikemukakan kepala sekolah. Kalau anak-anak yang
lain sudah pada kumpul dengan orangtuanya masing-masing lalu kenapa Kirno belum
juga pulang?
“Sekarang bapak pulang saja dulu
nanti akan kami beritahu kalau sudah ada perkembangan”
Dengan perasaan
lesu akhirnya Manap dan istri pulang dengan perasaan cemas.
Sudah satu hari pencarian Kirno
belum membuahkan hasil. Guru-guru yang berada di Jogjakarta maupun beberapa
guru yang kini sudah aktif kembali mengajar di sekolah merasakan pula cemasnya. Seolah topik
pembicaraan di sekolah khusus masalah Kirno. Teman-teman di sekolah juga pada
membicarakan belum pulangnya Kirno.
Kepala Sekolah tidak bisa tenang
sebelum Kirno kembali ke sekolah. Setidaknya kasus ini sudah sampai ke kepala
dinas. Beberapa wartawan juga mengetahui kalau ada anak didik sekolah yang
dipimpin Drs. Sukendar ada yang hilang. Seperti topik yang sedang hangat
tentang anak sekolah yang hilang disaat study
tour. Menghilangkan rasa resahnya Drs. Sukendar mengecek lagi perkembangan
anak buahnya yang sedang mencari Kirno di Jogjakarta dan sekitarnya.
“Bagaimana Pak Jupri perkembangan terakhir?”
Jupri yang sudah
2 hari tidak tidur sejak Kirno belum ditemukan berusaha tegar menjawab apa yang
ditanyakan pimpinannya.
“Sudah mulai ada perkembangan pak”
“Terakhir ada berita dari tukang
becak yang melihat anak seusia Kirno jalan-jalan sekitar Sleman”
“Ciri-cirinya seperti mirip Kirno”
“Terus pantau perkembangannya jangan
sampai tertinggal”
“Iya pak…”
Hari kedua setelah anak-anak yang
lainnya sudah pada belajar kembali Kirno masih belum ditemukan. Orangtua Kirno
selalu bertanya-tanya usaha yang sudah dilakukan sekolah sampai sejauh mana
sebab ini sudah hari kedua setelah anak-anak yang lainnya sudah pulang.
“Kami sedang berusaha pak…”
“Bantu kami dengan doanya…”
Walau sudah
berusaha dibuat tenang namun tetap saja hal ini tak membuat orangtua Kirno
merasa tenang. Anaknya yang belum pulang menjadi pikiran terus.
***
Tukang becak di sekitar Pasar Sleman
merasa kasihan dengan anak yang terlihat plonga-plongo melihat sekelilingnya. Bila dilihat dari kaos
yang dikenakan ini anak bukan anak gelandangan. Pasti ada sesuatu yang aneh
dengan anak ini. Tukang becak itu lalu mendekati.
“Kamu dari mana?”
Anak ini seperti
kaget ada yang menyapa. Seingat dirinya baru kali ini ada orang yang menyapa
sambil menepuk pundak. Walau sudah
beberapa kali minta makan pada beberapa pemilik warung baru kali ini ada
orang yang menyapa. Anak ini melihat wajah si tukang becak seperti ada perasaan
takut.
“Hai…kamu dari mana?”
Ada perasaan
takut namun akhirnya anak ini buka mulut juga.
“Saya dari Cirebon pak”
“Jauh juga…”
“Kamu dengan siapa ke Sleman?”
“Saya tadinya dengan rombongan
piknik pak”
“Tidak tahu saya bisa seperti ini…”
Tukang
becak mulai mengerti kalau anak ini
tertinggal dari rombongan. Dengan nalurinya akhirnya si anak dibawa ke polsek
terdekat untuk diserahkan pada polisi.
Bukan main senangnya Drs. Sukendar
ketika menerima telepon dari Polres Cirebon kalau anak didiknya yag bernama
Kirno sekarang sudah berada di Polres Saleman. Usai ditutup telpon dari Polres
Cirebon langsung saja mengebel Pak Jupri yang masih berada di Jogjakarta.
“Secepatnya bapak menuju Polres
Sleman”
“Anaknya sudah ditemukan dan sekarang
berada di Polres Sleman”
Seperti plong
setelah mengetahui anak yang selama ini hilang berada di Polres Sleman. Pak Drs.
Sukendar beberapa kali mengucapkan kalimat syukur alhamdulillah. Ternyata anak yang hampir 3 hari ini dicari-cari
akhirnya bisa ketemu.
Dipeluk beberapa kali si anak
setelah diserahkan oleh Polres Sleman. Empat guru pembimbing yang sudah 3 hari
mencari di Jogjakarta dan sekitarnya akhirnya bisa bernafas lega. Sepanjang
perjalanan pulang Kirno ditanya kenapa dirinya bisa hilang dari rombongan.
Seolah tidak percaya dengan apa yang diutarakan anak kelas 8 ini.
Masih
seperti terlihat bingung Kirno mulai menceritakan dirinya terpisah dari
rombongan. Ternyata anak ini sewaktu di Borobudur merokok. Ketika anak-anak
yang lain mencoba meraba patung Budha yang ada didalam stupa Kirnopun mencoba.
Bila yang lain mencoba meraih pusar sang Budha anak ini berlaku aneh. Bukannya
diraba sampai atau tidak sampai pada tubuh sang Budha malah anak ini menyutnya
dengan rokok. Usai kejadian itu dadak-dadakan Kirno linglung tidak mengingat
apapun. Dari sinilah Kirno mengembara entah
kemana mengikuti arah mata kaki. Disaat anak-anak yang lain pulang Kirno sampai melanglang buana ke daerah Jogkakarta
dan sekitarnya.
Tempat-tempat wisata memang sangat
menarik untuk dikunjungi. Namun terkadang keingintahuan anak kelewat batas.
Kirno tidak menyadari kalau Borobudur
adalah tempat suci yang tidak semua orang bisa mengotorinya. Jadilah kejadian seperti
ini yang diluar nalar. Pengalaman yang bagi Kirno tentu sangat berharga dan
akan dikenang oleh semua guru dan teman-teman.
Cirebon, 13 Pebruari 2016
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar