Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 27 Agustus 2019

C A R T I M (Cerpen)


Cerpen
C   A   R   T   I   M
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Manusia diciptakan oleh Allah dengan sebaik-baiknya bentuk. Lihat saja binatang ataupun tumbuhan ! Kalau dibandingkan dengan manusia maka manusia itu adalah makhluk yang paling bagus bentuknya. Inilah sisi yang bisa dibanggakan dari makhluk yang bernama manusia. Namun dikalangan manusia itu sendiri ada saja yang kadang tidak merasakan nikmat keindahan yang diberikan Allah. Masih ada saja manusia yang suka saling olok-olokokan dengan bentuk tubuh yang sudah sangat bagus itu. Kenapa? Inilah yang suka menjadi renungan Cartim dalam beberapa bulan belakangan ini.
            Sepintas lalu memang ada yang beda dari penampilan Cartim. Untuk anak-anak yang sudah lama bergaul dengan Cartim hal ini tak menjadikan sesuatu yang aneh. Namun bila mereka yang masih baru tentu suka memperhatikan Cartim lama-lama. Ada apa? Rupanya Cartim ini diberi suatu kelebihan. Maaf! Orang-orang mengatakan gigi Cartim tonggos.
            Aneh? Bukan hal yang aneh dan bukan hal yang patut untuk ditertawakan. Justru inilah yang namya  anugrah. Lihat saja betapa banyaknya orang-orang yang seperti ini sukses. Lihat pula betapa banyaknya pelawak yang memanfaatkan ketonggosan ini sebagai modal popularitas. Sekarang ini saja ada diantara beberapa orang yang masih suka mentertawakan Cartim. Tapi ingat! Pasti dilain waktu apa yang dimiliki Cartim ini bisa mendatangkan uang . Bisa mendatangkan banyak sekali keberuntungan. Tidak percaya?  Lihat saja nanti!
            Seusia Cartim yang kini duduk di kelas 9 masih ada perasaan jengkel bila teman-temannya ada yang suka jahil. Suka iseng dengan kelebihan yang ia miliki. Tonggos kok jadi bahan olok-olokan. Mulanya tak ia tanggapi karena baru pertama kali anak ini melakukannya. Tapi karena seringnya  sowot juga Cartim akhirnya.
            “Awas kamu Ta!”
Anak yang bernama Tata lari menghindari Cartim yang terus mengejar. Cartim kalah gesit dari Tata yang memang larinya kencang. Dibiarkannya si  Tata jauh darinya.
            Usai jam istirahat anak-anak mulai masuk kembali ke ruang kelasnya. Seperti biasa Tata anak yang suka iseng dengan apa yang terdapat pada diri Cartim meledeknya.
            “Awas  jangan dekat-dekat dengan Cartim nanti digigit!”
Segitu ada gurunya namun Tata tak segan-segan meledek Cartim. Kali ini rupanya Tata kena batunya. Topi Tata dapat keambil Cartim.  Akumulasi dari kemarahan yang terpendam membuat Cartim sewot. Topi itu ditamparkan ke muka Tata. Telak sekali Tata yang badannya lebih pendek kena batunya. Plak-plak! Ternyata Cartim anak yang pendiam itu bisa juga marah. Sekali marah membuat orang lain tak akan menyangka apa yang akan dilakukannya.
            “Kamu sih keterlaluan kalau sudah bercanda”
            “Tuh akibatnya kena tamparan Cartim”, ujar salah seorang teman yang duduk disampingnya.
                                                                        ***
            Cartim adalah anak ke-4 dari 4 bersaudara. Sebagai bungsu ia memang mendapatkan kasih sayang orangtuanya lebih bila dibanding dengan saudara-saudara yang lainnya. Bapaknya yang bernama Daman hanyalah seorang penjual bubur kacang hijau di Jakarta. Ibunya Taseli hanyalah buruh tani yang sewaktu-waktu tenaganya banyak digunakan oleh para petani yang punya lahan.
            Tidak terlalu jauh jarak dari rumah Cartim ke sekolah. Cartim paham betul dengan kondisi keluarganya yang menurutnya sendiri miskin. Keadaan yang seperti itulah yang membuat Cartim prihatian. Ia sadar dengan pekerjaan orangtuanya yang banting tulang hanya untuk  menyekolahkan dirinya. Walau diberi ongkos ke sekolah Rp. 2.000 namun Cartim sangat senang sekali. Uang seperti ini kadang masih sisa tidak digunakan semua. Kadang kalau ada rejeki sang Ibu memberinya Rp. 4.000. Uang yang diberikan ibunya digunakan Cartim separuh untuk jajan dann sisanya lagi dipergunakan untuk menabung. Cartim sangat sadar sekali kalau di kelas 9 banyak sekali kebutuhannya. Cartim berusaha agar uang jajan ataupun  ongkos bisa dihemat. Nanti uang tersebut bisa digunakan untuk keperluan yang lainnya.
            Di kelas  prestasi Cartim tidak terlalu jauh dari yang diharapkan. Ketika duduk di kelas 8 pernah menduduki ranking 4. Itu artinya diantara teman-teman sekelasnya prestasi Cartim tidaklah jauh tertinggal. Lumayan bisa mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah.
            Ingin kelak cita-citanya dikabulkan. Cartim ingin jadi pelukis. Bakat melukisnya banyak ia tumpahkan di kertas. Lukisan-lukisan natural yang sering ia torehkan diatas kertas. Bakatnya ini memang masih perlu bimbingan. Maka dengan segala keterbatasan apa yang ada  ini  baru sebatas keinginan. Mudah-mudahan cita-cita yang langka ini bisa direalisasikan dengan menjadi seorang pelukis.
            Masih banyak yang dipikirkan Cartim. Sebagai anak bungsu ingin  bisa membahagiakan kedua orangtuanya. Bapaknya yang berjualan bubur kacang hijau di Jakarta tentu jarang sekali bertemu dengannya. Bapak dan kakaknya yang ikut membantu jualan bubur hanya pulang sebulan sekali. Cartim menyadari apa yang dilakukan orangtuaya adalah bentuk tanggungjawab dan kasih sayang agar dirinya bisa sekolah terus sampai jenjang yang lebih tingggi. Cartim berharap dirinya bisa sekolah sampai SMK. Tak muluk-muluk  sampai jauh tinggi. Bisa sampai SMK saja    suatu anugrah yang harus disyukuri. Tapi kalau  Allah berkehendak lain maka Cartim yakin itu adalah yang terbaik buat dirinya.
            Selama ini alhamdulillah belum ada masalah dengan keuangan di sekolah. Segala macam bentuk keuangan yang harus dibayar maka Cartim bisa melunasinya. Orangtuanya mengerti benar kalau untuk urusan yang satu ini. Walau hanya anak tukang bubur kacang hijau namun kewajiban sekolah terus mendapat perhatian yang sangat khusus. Alhamdulillah tidak ada apa-apa lagi dengan yang namanya tagihan dengan keuangan sekolah.
                                                                        ***
            Hidup harus dijalani dengan sikap optimis.  Segala bentuk kekurangan dan kelebihan yang dimiliki oleh manusia adalah suatu hal yang harus diterima dengan apa adanya. Cartim yakin benar apa yang dimiliki dirinya merupakan suatu anugrah yang tak ternilai harganya.  Mulanya beberapa teman ikut mentertawakan dengan apa yang dimiliki Cartim. Kini dengan berjalannya waktu   gigi tonggos bukan merupakan suatu hal yang perlu ditertawakan. Memiliki gigi tonggos bahkan kini bisa dijadikan aset yang sangat berharga. Manusia kadang tidak menyadari kelebihan yang dimiliki seseorang.
            Berkaca pada beberapa tokoh yang sangat terkenal di televisi. Berkaca pada beberapa tokoh nasional yang pernah ia lihat di layar kaca. Ternyata  gigi tonggos merupakan modal yang tak ternilai harganya. Ada suatu kelebihan yang diberikan Allah pada dirinya. Inilah yang harus disyukuri. Kalau pun masih ada yang suka melihatnya sebagai sesuatu yang aneh maka anggap saja itu adalah hal yang biasa. Jangan minder kalau ada orang yang masih beranggapan seperti itu. Hadapi hidup ini dengan optimis.
            Kunci pergaulan dengan sesama teman adalah kita jangan pernah sungkan untuk menyapa orang lain lebih dahulu. Kalau ingin disapa orang lain maka sapalah orang lain lebih dulu. Ini sangat mudah dilakukan namun kadang kitanya yang merasa engggan untuk memulai terlebih dahulu. Cartim bukanlah tipe orang yang ingin disapa lebih dahulu. Berteman dengan siapa saja tanpa merasa membedakan satu per satu. Dari sikapnya yang sepertti ini Cartim punya banyak teman. Mereka yang suka mengolok-olok juga  setelah tahu pribadi Cartim akhirnya mendekati. Ngobrol seperti dengan yang lain. Jangan pernah punya dendam kalau salah satunya ngomong atau mengolok-olok diri Cartim. Mungkin mereka tidak tahu saja, atau barangkali mereka  hanya sesaat. Tapi kalau sudah mengenal  siapa  Cartim maka yang tadinya  suka mengolok-olok juga akan sadar dengan sendirinya.
            Bersyukur dengan apa yang telah Allah berikan. Harus sabar, inilah jalan bila kita sedang menghadapi olok-olokan teman. Allah pasti akan membalasnya atau kita yang akan memaafkan apa yang dibicarakan sang teman. Insya Allah apa yang diterima kita jauh lebih berharga atau setidaknya kita menunjukkan pribadi yang jauh lebih baik.
            Segala persoalan kembali pada Allah. Kiranya Allah memberikan yang terbaik buat diri kita. Segala kekurangan ataupun kelebihan semata-mata Allah yang memberikan. Allah  punya tujuan yang kadang kita tak tahu atau tak mengerti dengan kelebihan yang diberikan itu.

                                                                                                          Cirebon, 3 September 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar