Cerpen
C
A R T
I M
Oleh : Nurdin Kurniawan
Manusia diciptakan oleh Allah dengan
sebaik-baiknya bentuk. Lihat saja binatang ataupun tumbuhan ! Kalau
dibandingkan dengan manusia maka manusia itu adalah makhluk yang paling bagus
bentuknya. Inilah sisi yang bisa dibanggakan dari makhluk yang bernama manusia.
Namun dikalangan manusia itu sendiri ada saja yang kadang tidak merasakan nikmat
keindahan yang diberikan Allah. Masih ada saja manusia yang suka saling olok-olokokan
dengan bentuk tubuh yang sudah sangat bagus itu. Kenapa? Inilah yang suka
menjadi renungan Cartim dalam beberapa bulan belakangan ini.
Sepintas lalu memang ada yang beda
dari penampilan Cartim. Untuk anak-anak yang sudah lama bergaul dengan Cartim
hal ini tak menjadikan sesuatu yang aneh. Namun bila mereka yang masih baru
tentu suka memperhatikan Cartim lama-lama. Ada apa? Rupanya Cartim ini diberi
suatu kelebihan. Maaf! Orang-orang mengatakan gigi Cartim tonggos.
Aneh? Bukan hal yang aneh dan bukan
hal yang patut untuk ditertawakan. Justru inilah yang namya anugrah. Lihat saja betapa banyaknya
orang-orang yang seperti ini sukses. Lihat pula betapa banyaknya pelawak yang
memanfaatkan ketonggosan ini sebagai modal popularitas. Sekarang ini saja ada
diantara beberapa orang yang masih suka mentertawakan Cartim. Tapi ingat! Pasti
dilain waktu apa yang dimiliki Cartim ini bisa mendatangkan uang . Bisa mendatangkan
banyak sekali keberuntungan. Tidak percaya? Lihat saja nanti!
Seusia Cartim yang kini duduk di
kelas 9 masih ada perasaan jengkel bila teman-temannya ada yang suka jahil.
Suka iseng dengan kelebihan yang ia miliki. Tonggos kok jadi bahan olok-olokan.
Mulanya tak ia tanggapi karena baru pertama kali anak ini melakukannya. Tapi
karena seringnya sowot juga Cartim akhirnya.
“Awas kamu Ta!”
Anak yang
bernama Tata lari menghindari Cartim yang terus mengejar. Cartim kalah gesit
dari Tata yang memang larinya kencang. Dibiarkannya si Tata jauh darinya.
Usai jam istirahat anak-anak mulai masuk
kembali ke ruang kelasnya. Seperti biasa Tata anak yang suka iseng dengan apa
yang terdapat pada diri Cartim meledeknya.
“Awas jangan dekat-dekat dengan Cartim nanti
digigit!”
Segitu ada
gurunya namun Tata tak segan-segan meledek Cartim. Kali ini rupanya Tata kena
batunya. Topi Tata dapat keambil Cartim.
Akumulasi dari kemarahan yang terpendam membuat Cartim sewot. Topi itu
ditamparkan ke muka Tata. Telak sekali Tata yang badannya lebih pendek kena batunya.
Plak-plak! Ternyata Cartim anak yang pendiam itu bisa juga marah. Sekali marah
membuat orang lain tak akan menyangka apa yang akan dilakukannya.
“Kamu sih keterlaluan kalau sudah
bercanda”
“Tuh akibatnya kena tamparan
Cartim”, ujar salah seorang teman yang duduk disampingnya.
***
Cartim adalah anak ke-4 dari 4
bersaudara. Sebagai bungsu ia memang mendapatkan kasih sayang orangtuanya lebih
bila dibanding dengan saudara-saudara yang lainnya. Bapaknya yang bernama Daman
hanyalah seorang penjual bubur kacang hijau di Jakarta. Ibunya Taseli hanyalah
buruh tani yang sewaktu-waktu tenaganya banyak digunakan oleh para petani yang
punya lahan.
Tidak terlalu jauh jarak dari rumah Cartim
ke sekolah. Cartim paham betul dengan kondisi keluarganya yang menurutnya
sendiri miskin. Keadaan yang seperti itulah yang membuat Cartim prihatian. Ia
sadar dengan pekerjaan orangtuanya yang banting tulang hanya untuk menyekolahkan dirinya. Walau diberi ongkos ke
sekolah Rp. 2.000 namun Cartim sangat senang sekali. Uang seperti ini kadang
masih sisa tidak digunakan semua. Kadang kalau ada rejeki sang Ibu memberinya
Rp. 4.000. Uang yang diberikan ibunya digunakan Cartim separuh untuk jajan dann
sisanya lagi dipergunakan untuk menabung. Cartim sangat sadar sekali kalau di
kelas 9 banyak sekali kebutuhannya. Cartim berusaha agar uang jajan
ataupun ongkos bisa dihemat. Nanti uang
tersebut bisa digunakan untuk keperluan yang lainnya.
Di kelas prestasi Cartim tidak terlalu jauh dari yang
diharapkan. Ketika duduk di kelas 8 pernah menduduki ranking 4. Itu artinya diantara
teman-teman sekelasnya prestasi Cartim tidaklah jauh tertinggal. Lumayan bisa
mengikuti pelajaran yang diberikan oleh guru di sekolah.
Ingin kelak cita-citanya dikabulkan.
Cartim ingin jadi pelukis. Bakat melukisnya banyak ia tumpahkan di kertas. Lukisan-lukisan
natural yang sering ia torehkan diatas kertas. Bakatnya ini memang masih perlu
bimbingan. Maka dengan segala keterbatasan apa yang ada ini baru sebatas keinginan. Mudah-mudahan
cita-cita yang langka ini bisa direalisasikan dengan menjadi seorang pelukis.
Masih banyak yang dipikirkan Cartim.
Sebagai anak bungsu ingin bisa
membahagiakan kedua orangtuanya. Bapaknya yang berjualan bubur kacang hijau di
Jakarta tentu jarang sekali bertemu dengannya. Bapak dan kakaknya yang ikut
membantu jualan bubur hanya pulang sebulan sekali. Cartim menyadari apa yang
dilakukan orangtuaya adalah bentuk tanggungjawab dan kasih sayang agar dirinya
bisa sekolah terus sampai jenjang yang lebih tingggi. Cartim berharap dirinya
bisa sekolah sampai SMK. Tak muluk-muluk sampai jauh tinggi. Bisa sampai SMK saja suatu anugrah yang harus disyukuri. Tapi
kalau Allah berkehendak lain maka Cartim
yakin itu adalah yang terbaik buat dirinya.
Selama ini alhamdulillah belum ada masalah dengan keuangan di sekolah. Segala
macam bentuk keuangan yang harus dibayar maka Cartim bisa melunasinya.
Orangtuanya mengerti benar kalau untuk urusan yang satu ini. Walau hanya anak
tukang bubur kacang hijau namun kewajiban sekolah terus mendapat perhatian yang
sangat khusus. Alhamdulillah tidak
ada apa-apa lagi dengan yang namanya tagihan dengan keuangan sekolah.
***
Hidup harus dijalani dengan sikap
optimis. Segala bentuk kekurangan dan kelebihan
yang dimiliki oleh manusia adalah suatu hal yang harus diterima dengan apa
adanya. Cartim yakin benar apa yang dimiliki dirinya merupakan suatu anugrah
yang tak ternilai harganya. Mulanya
beberapa teman ikut mentertawakan dengan apa yang dimiliki Cartim. Kini dengan
berjalannya waktu gigi tonggos bukan
merupakan suatu hal yang perlu ditertawakan. Memiliki gigi tonggos bahkan kini
bisa dijadikan aset yang sangat berharga. Manusia kadang tidak menyadari
kelebihan yang dimiliki seseorang.
Berkaca pada beberapa tokoh yang sangat
terkenal di televisi. Berkaca pada beberapa tokoh nasional yang pernah ia lihat
di layar kaca. Ternyata gigi tonggos
merupakan modal yang tak ternilai harganya. Ada suatu kelebihan yang diberikan
Allah pada dirinya. Inilah yang harus disyukuri. Kalau pun masih ada yang suka
melihatnya sebagai sesuatu yang aneh maka anggap saja itu adalah hal yang biasa.
Jangan minder kalau ada orang yang masih beranggapan seperti itu. Hadapi hidup
ini dengan optimis.
Kunci pergaulan dengan sesama teman
adalah kita jangan pernah sungkan untuk menyapa orang lain lebih dahulu. Kalau
ingin disapa orang lain maka sapalah orang lain lebih dulu. Ini sangat mudah
dilakukan namun kadang kitanya yang merasa engggan untuk memulai terlebih
dahulu. Cartim bukanlah tipe orang yang ingin disapa lebih dahulu. Berteman
dengan siapa saja tanpa merasa membedakan satu per satu. Dari sikapnya yang
sepertti ini Cartim punya banyak teman. Mereka yang suka mengolok-olok
juga setelah tahu pribadi Cartim
akhirnya mendekati. Ngobrol seperti dengan yang lain. Jangan pernah punya
dendam kalau salah satunya ngomong atau mengolok-olok diri Cartim. Mungkin mereka
tidak tahu saja, atau barangkali mereka
hanya sesaat. Tapi kalau sudah mengenal
siapa Cartim maka yang tadinya suka mengolok-olok juga akan sadar dengan
sendirinya.
Bersyukur dengan apa yang telah
Allah berikan. Harus sabar, inilah jalan bila kita sedang menghadapi
olok-olokan teman. Allah pasti akan membalasnya atau kita yang akan memaafkan
apa yang dibicarakan sang teman. Insya
Allah apa yang diterima kita jauh lebih berharga atau setidaknya kita
menunjukkan pribadi yang jauh lebih baik.
Segala persoalan kembali pada Allah.
Kiranya Allah memberikan yang terbaik buat diri kita. Segala kekurangan ataupun
kelebihan semata-mata Allah yang memberikan. Allah punya tujuan yang kadang kita tak tahu atau
tak mengerti dengan kelebihan yang diberikan itu.
Cirebon, 3 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar