Cerpen
KENA RAZIA
Oleh : Nurdin Kurniawan
Sirine pabrik gula terdengar nyaring
menandakan jam masuk karyawan pabrik gula. Sirine atau ngung masyarakat sekitar menyebutnya terdengar nyaring karena
memang letaknya dari sekolah hanya beberapa meter. Anak-anak yang baru datang
tampak bergegas masuk kelasnya masing-masing. Hampir semua guru sudah hadir.
Guru-guru yang sudah sejak tadi rehat di kantor lalu bergegas masuk ke kelasnya
masing-masing. Kantor yang tadi sempat ramai dengan pembicaraan mengenai perilaku
anak-anak kemarin kini mulai sepi kembali. Guru Jaja yang tampak masih sibuk
dengan pekerjaan kantor buru-buru masuk
kelas. Maklumlah dalam bulan ini banyak sekali yang harus ia selesaikan .
Dari mulai laporan rutin bulanan, peng-SPJ-an laporan pajak, mencari materai
untuk ditempel pada laporan SPJ Dana BOS.
Pokoknya diantara guru-guru yang ada Guru Jaja termasuk yang paling sibuk.
Mengajar di kelas 6 memang berbeda
dengan kelas-kelas yang ada dibawahnya. Banyak kegiatan diluar yang juga harus dilakukan.
Maklumlah kalau ada kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak untuk bertanding di
luar sekolah maka Guru Jaja-lah yang diikutsertakan. Kali ini yang harus
diperhatikan segera adalah mengejar laporan tentang penggunaan dana BOS. Dari
kemarin memang disibukkan oleh kegiatan yang seperti ini. Masuk ke kelas dahulu
memberikan materi pada anak-anak. Anak
disibukkan dengan latihan membahas soal-soal maka Guru Jaja kembali
membuat laporan tentang penggunaan Dana BOS. Berlembar-lembar halaman harus ia prin out. Lumayan juga banyaknya karena
laporan yang memang harus dilampirkan dengan beberapa data pendukung lainnya.
Mengambil nafas dalam-dalam setelah print
out yang terakhir sudah selesai. Tinggal mencari materainya yang belum ada.
Nanti kalau istirahat dirinya akan izin pada pimpinan untuk membeli materai.
Karena jumlah materai yang akan dibelinya cukup banyak maka harus membelinya di
kantor pos. Sekalian akan mengajak teman biar nanti di jalan tidak terlalu
bengong.
Bel istrirahat pertama sudah
terdengar. Guru Jaja langsung menuju kantor sambil membawa map yang lumayan
tebalnya. Data yang barusan diprint
ini nanti dalam halaman tertentu akan disertai dengan materai. Sementara
materianya belum ada maka nanti sekalian di
kantor pos akan ditempel sekaligus dilakukan penjilidan.
“Pak Jaja bagaimana laporan Dana
BOSnya?”
Pak Jaja
langsung menghadap kepala sekolah. Diberkan data yang sudah berhasil dibuatkan
laporannya.
“Tinggal menunggu pembelian
materainya saja pak!”
“Dana untuk pembelian materainya
sudah diambil dari bendahara?”,tanya kepala sekolah
“Sudah pak, tinggal membelinya saja”
“Sekalian saja pak saya mau izin keluar
membeli materainya”
“Oh ya… silahkan , hati-hati di
jalan”
Guru Jaja lalu
mengajak Pak Roni untuk membeli materai di kantor pos.
Asap pabrik gula mulai mengepul
hitam. Disaat giling seperti ini memang pabrik gula sedang melakukan aktivitas.
Asapnya yang menggumpal hitam banyak sekali mengeluarkan butiran kecil yang
oleh masyarakat sekita disebut dengan silalatu.
Bagi masyarakat sekitar silalatu ini
sudah dianggap hal yang biasa. Kalau pabrik gula giling maka tak akan jauh-jauh
dari yang namanya silalatu. Ditambah
lagi kini mobil truk pengangkut pasir
menambah komplit jalanan macet penuh
dengan kendaraan bermotor. Kadang truk pasir jalannya yang konvoi membuat jalanan
bertambah sesak. Jalan juga dengan mudahnya amblas karena tonase dump truck yang melebihi muatan.
Sepanjang jalan tidak memperlihatkan hal-hal yang aneh. Guru Jaja dan Guru Roni
asyik saja mengendarai motornya. Sampai akhirnya suara peluit menghentikan
motor yang ditumpangi Guru Jaja dan Guru Roni.
“Selamat siang pak!”
Guru Jaja
menjawab salam tersebut dengan penuh hormat.
“Selamat siang”
“Ada apa pak?”
“Razia disiplin pegawai “
Guru Jaja dan
Guru Roni saling bertatapan. Tidak menyangka kalau dirinya yang akan mencari
materai di kantor pos diberhentikan oleh
Satpol PP.
“Jam kerja seperti ini kenapa bapak-bapak
masih ada di jalan?”
Dari sinilah
Guru Jaja mulai merasa tidak enak. Keberadaannya di jalan bukan untuk jalan-jalan
ataupun mangkir dari tempat kerja. Justru keberadaannya di jalan ini adalah
dalam rangka tugas negara. Ia diperintahkan atasannya untuk menyelesaikan suatu
administrasi. Jika adminsitrasi ini tidak dikerjakan dengan segera justru akan
menghambat pada pencairan dana BOS berikutnya. Itu artinya akan menghambat pada
proses belajar mengajar anak didiknya. Tanpa ada Dana BOS mustahil kegiatan
operasional sekolah akan berjalan dengan baik. Dijelaskan panjang lebar seperti
itu tak juga membuat si Satpol PP mengerti. Guru Jaja ikur terbawa emosi.
“Pak Satpol PP”
“Kalau mau menegakkan disiplin lihat
tuh dokter-dokter yang jam seperti ini masih di rumah masih praktek pribadi”
“Sepanjang jalan saya tadi lihat
beberapa rumah dokter masih sibuk dengan melayani pasien di rumahanya”
“Sekarang jam 10.00!”
“Mereka itukan juga PNS!”
“Yang seperti itulah yang harus
ditertibkan!”
“Saya di jalan untuk mencari materai
buat laporan bukan untuk main-main”
“Enak saja menuduh orang!”
Dimarahi
sepertti itu membuat Satpol PP yang usianya masih muda itu meringis. Rasa-rasanya baru kali
ini merazia PNS malah ia yang dimarahi. Anak muda itu lalu lapor pada komanndannya yang ada di mobil. Entah apa
yang dibicarakan , lalu anak muda itu kembali lagi.
“Silahkan bapak melanjutkan
perjalanan”
Masih penasaran
dengan apa yang dilakukan Satpol PP guru Jaja dan Guru Roni akhirnya melanjutkan
perjalanan. Sepanjang jalan diisi dengan gerutuan-gerutuan tentang penerapan
dispilin pegawai yang salah sasaran. Orang macam dirinya yang disibukkan dengan
tugas-tugas negara malah dipusingkan dengan kena razia. Walau masih geram
dengan apa yang barusan terjadi namun Guru Jaja dan Guru Roni masih sempat
tertawa. Melihat mimik petugas tadi yang dia marahi membuat si pertugas
terlihat mengkerut. Kalah gertak! Tenyata
Guru Jaja yang di sekolah tidak bisa marah namun dengan kasus yang sepertti ini
bisa juga marah. Geleng-geleng kepala sampai akhirnya tak terasa sampai juga di
kantor pos.
Petugas di Kantor Pos yang sudah
kenal dengan Guru Jaja langsung menanyakan apa keperluannya.
“Biasa perlu materai yang Rp. 3.000
dan yang Rp. 6.000 masing-masing 10
lembar”
Menunggu tak
terlalu lama petugas mengeluarkan materai seperti yang diminta Guru Jaja.
Diberikan uang Rp. 100.000 lalu
diberikan kembaliannya. Mengambil disisi kiri kantor pos sambil
menempelkan materai pada kertas yang memang sudah harus dibubuhi materai.
Dilihat-lihat kembali barangkali ada halaman yang masih belum ada materainya.
Tersenyum dengan kerjanya yang sudah hampir mendekati rampung. Kini tinggal
menjilidnya saja sehingga tuntaslah pekerjaan yang selama beberapa malam
menyita waktunya.
Satu per satu urusan administrasi yang
menyita waktu akhirnya dapat dirampungkan. Sebagai guru memang tidak hanya
disibukkan dengan tugas utamanya mengajar, namun ada tugas tambahan yang kadang juga
membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tugas seperti yang dilakukannya barusan
memang tidak setiap hari namun kalau sudah harus dibuatkan laporannya mau tak
mau harus cepat. Tahu sendirikan yang namanya laporan bila tidak segera dirampungkan
akan menghambat pada pencairan dana selanjutnya. Kejadian ditangkap Satpol PP
merupakan pengalaman yang masih tergolong baru. Kalau saja dirinya merasa
bersalah tentu silahkan saja dirazia juga tak apa-apa. Keberadaan Guru Jaja dan
Guru Roni bukannya keluar tempat tugas
tanpa alasan yang jelas. Inilah yang kadang tak bisa diterima mengapa orang
macam dirinya suka saja terkena apes. Kalau saja mengena pada orang yang memang
berada diluar jam kerja bukan untuk keperluan tugas tak masalah. Kenapa ada
saja yang salah tangkap. Biarlah hal ini menjadi perhatian dirinya
mudah-mudahan jangan sampai terjadi lagi.
Rekan-rekannya di sekolah hanya bisa
tertawa mendengar cerita Guru Jaja. Ada yang tak percaya dengan razia yang dilakukan
Satpol PP. Kalaulah razia di mall-mall atau di supermarket tentu sudah tak asing
lagi. Ini razia yang dilakukan di kampung dan di jalan raya yang ada di
kampung-kampung. Kadang orang yang tidak siap macam Guru Jaja inilah yang
terkena apes ikut dirazia. Mudah-mudahan kejadian yang seperti ini tidak
terulang lagi. Jangan sampai apes terkena razia lagi hanya bikin enek perut.
Guru Jaja kembali ke kelas ikut mencerdaskan anak bangsa.
Cirebon,
21 November 2013
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar