Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Minggu, 25 Agustus 2019

KENA RAZIA (Cerpen)


Cerpen
KENA  RAZIA
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Sirine pabrik gula terdengar nyaring menandakan jam masuk karyawan pabrik gula. Sirine atau ngung masyarakat sekitar menyebutnya terdengar nyaring karena memang letaknya dari sekolah hanya beberapa meter. Anak-anak yang baru datang tampak bergegas masuk kelasnya masing-masing. Hampir semua guru sudah hadir. Guru-guru yang sudah sejak tadi rehat di kantor lalu bergegas masuk ke kelasnya masing-masing. Kantor yang tadi sempat ramai dengan pembicaraan mengenai perilaku anak-anak kemarin kini mulai sepi kembali. Guru Jaja yang tampak masih sibuk dengan pekerjaan kantor buru-buru masuk  kelas. Maklumlah dalam bulan ini banyak sekali yang harus ia selesaikan . Dari mulai laporan rutin bulanan, peng-SPJ-an laporan pajak, mencari materai untuk  ditempel pada laporan SPJ Dana BOS. Pokoknya diantara guru-guru yang ada Guru Jaja termasuk yang paling sibuk.
            Mengajar di kelas 6 memang berbeda dengan kelas-kelas yang ada dibawahnya. Banyak kegiatan diluar yang juga harus dilakukan. Maklumlah kalau ada kegiatan-kegiatan yang melibatkan anak untuk bertanding di luar sekolah maka Guru Jaja-lah yang diikutsertakan. Kali ini yang harus diperhatikan segera adalah mengejar laporan tentang penggunaan dana BOS. Dari kemarin memang disibukkan oleh kegiatan yang seperti ini. Masuk ke kelas dahulu memberikan materi pada anak-anak. Anak  disibukkan dengan latihan membahas soal-soal maka Guru Jaja kembali membuat laporan tentang penggunaan Dana BOS. Berlembar-lembar halaman harus ia prin out. Lumayan juga banyaknya karena laporan yang memang harus dilampirkan dengan beberapa data pendukung lainnya. Mengambil nafas dalam-dalam setelah print out yang terakhir sudah selesai. Tinggal mencari materainya yang belum ada. Nanti kalau istirahat dirinya akan izin pada pimpinan untuk membeli materai. Karena jumlah materai yang akan dibelinya cukup banyak maka harus membelinya di kantor pos. Sekalian akan mengajak teman biar nanti di jalan tidak terlalu bengong.
            Bel istrirahat pertama sudah terdengar. Guru Jaja langsung menuju kantor sambil membawa map yang lumayan tebalnya. Data yang barusan diprint ini nanti dalam halaman tertentu akan disertai dengan materai. Sementara materianya belum ada maka nanti sekalian di  kantor pos akan ditempel sekaligus dilakukan penjilidan.
            “Pak Jaja bagaimana laporan Dana BOSnya?”
Pak Jaja langsung menghadap kepala sekolah. Diberkan data yang sudah berhasil dibuatkan laporannya.
            “Tinggal menunggu pembelian materainya saja pak!”
            “Dana untuk pembelian materainya sudah diambil dari bendahara?”,tanya kepala sekolah
            “Sudah pak, tinggal membelinya saja”
            “Sekalian saja pak saya mau izin keluar membeli materainya”
            “Oh ya… silahkan , hati-hati di jalan”
Guru Jaja lalu mengajak Pak Roni untuk membeli materai di kantor pos.
            Asap pabrik gula mulai mengepul hitam. Disaat giling seperti ini memang pabrik gula sedang melakukan aktivitas. Asapnya yang menggumpal hitam banyak sekali mengeluarkan butiran kecil yang oleh masyarakat sekita disebut dengan silalatu. Bagi masyarakat sekitar silalatu ini sudah dianggap hal yang biasa. Kalau pabrik gula giling maka tak akan jauh-jauh dari yang namanya silalatu. Ditambah lagi kini mobil truk pengangkut pasir  menambah komplit  jalanan macet penuh dengan kendaraan bermotor. Kadang truk pasir jalannya yang konvoi membuat jalanan bertambah sesak. Jalan juga dengan mudahnya amblas karena tonase dump truck yang melebihi muatan. Sepanjang jalan tidak memperlihatkan hal-hal yang aneh. Guru Jaja dan Guru Roni asyik saja mengendarai motornya. Sampai akhirnya suara peluit menghentikan motor yang ditumpangi Guru Jaja dan Guru Roni.
            “Selamat siang pak!”
Guru Jaja menjawab salam tersebut dengan penuh hormat.
            “Selamat siang”
            “Ada apa pak?”
            “Razia disiplin pegawai “
Guru Jaja dan Guru Roni saling bertatapan. Tidak menyangka kalau dirinya yang akan mencari materai di kantor pos  diberhentikan oleh Satpol PP.
            “Jam kerja seperti ini kenapa bapak-bapak masih ada di jalan?”
Dari sinilah Guru Jaja mulai merasa tidak enak. Keberadaannya di jalan bukan untuk jalan-jalan ataupun mangkir dari tempat kerja. Justru keberadaannya di jalan ini adalah dalam rangka tugas negara. Ia diperintahkan atasannya untuk menyelesaikan suatu administrasi. Jika adminsitrasi ini tidak dikerjakan dengan segera justru akan menghambat pada pencairan dana BOS berikutnya. Itu artinya akan menghambat pada proses belajar mengajar anak didiknya. Tanpa ada Dana BOS mustahil kegiatan operasional sekolah akan berjalan dengan baik. Dijelaskan panjang lebar seperti itu tak juga membuat si Satpol PP mengerti. Guru Jaja ikur terbawa emosi.
            “Pak Satpol PP”
            “Kalau mau menegakkan disiplin lihat tuh dokter-dokter yang jam seperti ini masih di rumah masih  praktek pribadi”
            “Sepanjang jalan saya tadi lihat beberapa rumah dokter masih sibuk dengan melayani pasien di rumahanya”
            “Sekarang jam 10.00!”
            “Mereka itukan juga PNS!”
            “Yang seperti itulah yang harus ditertibkan!”
            “Saya di jalan untuk mencari materai buat laporan bukan untuk main-main”
            “Enak saja menuduh orang!”
Dimarahi sepertti itu membuat Satpol PP yang usianya masih   muda itu meringis. Rasa-rasanya baru kali ini merazia PNS malah ia yang dimarahi. Anak muda itu lalu lapor pada  komanndannya yang ada di mobil. Entah apa yang dibicarakan , lalu anak muda itu kembali lagi.
            “Silahkan bapak melanjutkan perjalanan”
Masih penasaran dengan apa yang dilakukan Satpol PP guru Jaja dan Guru Roni akhirnya melanjutkan perjalanan. Sepanjang jalan diisi dengan gerutuan-gerutuan tentang penerapan dispilin pegawai yang salah sasaran. Orang macam dirinya yang disibukkan dengan tugas-tugas negara malah dipusingkan dengan kena razia. Walau masih geram dengan apa yang barusan terjadi namun Guru Jaja dan Guru Roni masih sempat tertawa. Melihat mimik petugas tadi yang dia marahi membuat si pertugas terlihat mengkerut.  Kalah gertak! Tenyata Guru Jaja yang di sekolah tidak bisa marah namun dengan kasus yang sepertti ini bisa juga marah. Geleng-geleng kepala sampai akhirnya tak terasa sampai juga di kantor pos.
            Petugas di Kantor Pos yang sudah kenal dengan Guru Jaja langsung menanyakan apa keperluannya.
            “Biasa perlu materai yang Rp. 3.000 dan yang Rp. 6.000  masing-masing 10 lembar”
Menunggu tak terlalu lama petugas mengeluarkan materai seperti yang diminta Guru Jaja. Diberikan uang Rp. 100.000 lalu  diberikan kembaliannya. Mengambil disisi kiri kantor pos sambil menempelkan materai pada kertas yang memang sudah harus dibubuhi materai. Dilihat-lihat kembali barangkali ada halaman yang masih belum ada materainya. Tersenyum dengan kerjanya yang sudah hampir mendekati rampung. Kini tinggal menjilidnya saja sehingga tuntaslah pekerjaan yang selama beberapa malam menyita waktunya.
            Satu per satu urusan administrasi yang menyita waktu akhirnya dapat dirampungkan. Sebagai guru memang tidak hanya disibukkan dengan tugas utamanya mengajar, namun  ada tugas tambahan yang kadang juga membutuhkan waktu yang tidak sedikit. Tugas seperti yang dilakukannya barusan memang tidak setiap hari namun kalau sudah harus dibuatkan laporannya mau tak mau harus cepat. Tahu sendirikan yang namanya laporan bila tidak segera dirampungkan akan menghambat pada pencairan dana selanjutnya. Kejadian ditangkap Satpol PP merupakan pengalaman yang masih tergolong baru. Kalau saja dirinya merasa bersalah tentu silahkan saja dirazia juga tak apa-apa. Keberadaan Guru Jaja dan Guru Roni bukannya  keluar tempat tugas tanpa alasan yang jelas. Inilah yang kadang tak bisa diterima mengapa orang macam dirinya suka saja terkena apes. Kalau saja mengena pada orang yang memang berada diluar jam kerja bukan untuk keperluan tugas tak masalah. Kenapa ada saja yang salah tangkap. Biarlah hal ini menjadi perhatian dirinya mudah-mudahan jangan sampai terjadi lagi.
            Rekan-rekannya di sekolah hanya bisa tertawa mendengar cerita Guru Jaja. Ada yang tak percaya dengan razia yang dilakukan Satpol PP. Kalaulah razia di mall-mall atau di supermarket tentu sudah tak asing lagi. Ini razia yang dilakukan di kampung dan di jalan raya yang ada di kampung-kampung. Kadang orang yang tidak siap macam Guru Jaja inilah yang terkena apes ikut dirazia. Mudah-mudahan kejadian yang seperti ini tidak terulang lagi. Jangan sampai apes terkena razia lagi hanya bikin enek perut. Guru Jaja kembali ke kelas ikut mencerdaskan anak bangsa.

                                                                                                     
Cirebon, 21 November 2013
nurdinkurniawan@ymail.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar