Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Kamis, 15 Agustus 2019

P E R J U A N G A N (Cerpen)


Cerpen

P E R J U A N G A N
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Geleng-geleng kepala mengingat kejadian yang baru terjadi. Sebenarnya Hendra tak ingin mendekati Pak Gunawan untuk menyelesaikan persoalan yang satu ini. Namun entah mengapa sepertinya hanya beliau yang sanggup memecahkan persoalan yang dihadapi. Sudah seperti siklus 6 bulan sekali kalau sang anak mau memperpanjang kredit semesteran situasinya seperti ini. Butuh dana tunai yang harus segera bisa dicairkan dengan cepat.
            Dulu ketika akan menguliahkan sang buah hati terkendala biaya. Kini setelah berjalan beberapa tahun terulang lagi masalah biaya. Orang bilang wajar kalau mengkuliahkan anak banyak sekali kebutuhan. Harus bayar ini dan itu, beli ini beli itu. Tapi jangan khawatir kalau untuk urusan pendidikan sang anak nanti juga ada rejekinya. Hal inilah yang membuat Hendra optimis seberapa besarnya biaya untuk kuliah sang anak akan ada jawabannya.
            Setelah berfikir panjang maka harus  jalan tegap jangan gontai. Langkahkan ke rumah Pak Gunawan. Paling tidak ada suatu usaha yang realistis agar  nanti bisa dijelaskan alasannya pinjam. Dengan bahasa singkat saja bisa mengerti. Setidaknya Pak Gunawan juga punya anak yang sedang  kuliah dan sekolah. Kalau ada keperluan mendadak yang harus segera ditanggulangi pasti apa saja dilakukan. Kata orang sekarang yang penting halal.
            Dilihat HP andorid cukup lama. Kiranya apa yang akan diketik untuk Pak Gunawan. Setelah dlihat dan dibaca sekali lagi isinya meyakinkan. Mudah-mudahan yang seperti ini Pak Gunawan juga mengerti. Langsung enter biar berita ini yang menjelaskan sendiri bagaimana-bagaimananya sih terserah yang baca.
            Setelah dikirim melalui japri WA menarik nafas panjang-panjang. Sekiranya ada kemurahan hati yang membaca. Sebab kalau hal ini gagal sangat berbahaya bagi kelangsungan sang buah hati. Ya Allah berilah kemurahan hati agar bisa diberikan pinjaman buat  kuliah sang buah hati. Mengusap muka berharap ada jawaban yang menyenangkan dari Pak Gunawan.
            Ditungggu beberapa saat ada balasan dari Pak Gunawan. Boleh. Waduh... betapa senangnya bisa membaca kalimat yang seperti ini. Perasaan was-was dari awal kini hilang. Puji syukur senantiasa dipanjatkan  agar orang yang bernama Gunawan ini diberi kemurahan dan kemudahan rejeki sehingga bisa membantu teman-teman yang lain.
            Dijanjikan sore hari untuk diambil. Banyaknya tugas yang harus diselesaikan membuat Hendra lupa kalau hari ini disuruh mengambil pinjaman yang akan dicairkan. Tak apalah nanati sesudah sholat  isya juga tak apa toh sedang tidak buru-buru. Usai isya ditunggu yang bersangkutan ternyata sedang ada acara kegaiatan pramuka. Oh iya..., kalau Pak Gunawan seorang pembina pramuka. Kalau menjelang 17 Agustusan memang pramuka  disibukkan dengan berbagai kegiatan. Salah satunya adalah kegiatan kemping memperingati hari Paramuka. Diperkirakan pulangnya akan lurut malam membuat Hendra mengurungkan niat untuk menunggu di depan rumah Pak Gunawan. Ngapain juga menunggu lama-lama kalau orangnya juga diperkirakan akan pulang larut malam.
            Menatap langit-langit rumah kiranya apa lagi yang bisa diperbuat. Kalau hanya duduk saja tak akan banyak yang didapat. Hendra terus berfikir agar dalam bulan ini ada pemasukan yang berarti. Rasanya sedih kalau punya gaji hanya sebatas tulisan tak berarti. Rekening juga hanya sebatas angka  yang tak berarti. Maklumlah tidak ada isinya.
            Bila dipikir terlalu mendalam hanya akan membuat kepala botak. Sebuah siklus 6 bulan sekali yang mesti terulang. Kalau sudah seperti ini apapun harus segera dipersiapkan. Kalau tidak siap seperti ini jadinya. Ada saja yang harus ditutup dengan segera maka lakukanlah. Besok pagi-pagi sekali waktu shubuh harus sholat di masjid agar ketemu dengan Pak Gunawan. Mudah-mudahan bisa ketemu dengan Pak Gunawan sehingga bisa dicairkan dengan segera.
                                                                        ***
            Alhamdulillah masih bisa diberi kesempata untuk bisa berjumpa dengan hari ini. Pagi sekali Hendra bangun karena memang malam sebelumnya mata ini seperti sulit untuk dipejamkan. Bila ada urusan yang belum selesai sepertinya masih ada berfikir bagaimana untuk sesegera mungkin persoalan itu bisa diselesaikan. Dari kejauhan mulai terdengar orang yang mengaji. Hendra bangun dari tempat tidur untuk  mandi dan menyelesaikan tugas pagi hari lainnya.
            Pakaian kotor yang selesai dicuci tadi malam kini waktunya untuk dijemur. Walau matahari belum nongol namun harus segera dijemur agar bisa kering lebih cepat. Kini siap-siap untuk ikut berjamaah mengikuti sholat shubuh.
            Tatapan mata Hendra tertuju pada setiap jamaah yang masuk masjid. Dilihat satu per satu untuk memastikan apakah Pak Gunawan ikut berjamaah atau tidak. Alhamdulilllah sosok yang sedang dicari akhirnya muncul juga. Hanya dari sebuah tatapan Pak Gunawan juga mengerti kalau lehadiran dirinya sedang ditunggu oleh seseorang.
            Terasa khusu  sholat kalau ingin permintaannya segera dikabulkan. Kadang ada perasaan ingin menangis mengadukan pada Yang Diatas  kalau  sedang mengalami permasalahan seperti ini. Namanya juga sedang diuji pasti ada saja yang membuat haru. Sang imam mengucapkan salam. Selesai juga sholat berjamaah dipagi yang menyegarkan. Akhirnya bisa juga bersalaman dengan Pak Gunawan.
            “Mampir ke rumah”
Hendra menganggukkan kepala. Walau belum melihat jumlah uangnya namun kalau sudah ada kalimat seperti itu rasanya hati ini sedikit terobati. Kalau dipikir-pikir pinjam kesana kemari belum tentu membuahkan hasil. Sahabat juga kalau sedang mempuyai permasalahan yang hampir sama sepertinya akan mengalami kegetiran seperti yang Hendra rasakan. Bahwa manusia hidup seperti itulah yang dirasakan. Kalau ada suatu  masalah yang segera minta diselesaikan kadang membuat manusia sulit untuk bisa tidur.
            Di depan masjid ada rumah yang berarsitektur terlihat unik. Sepertinya mengikuti gaya ornamen Majapahit. Kalau dari kejauhan seperti rumah-rumah jaman dahulu. Banyak ragam seni yang ikut dipajang dihalaman dan dinding-dinding rumahnya. Persis  sekali seperti yang dilihat di tv-tv. Sambil mengucapkan salam lalu duduk melihat burung-burung peliharaan yang sedang berkicau. Tak terlalu lama akhirnya Pak Gunawan muncul. Membawa amplop dan juga uang ratusan ribu.
            “Nih amplopnya dulu”
Pak Gunawan menghitung disaksikan oleh Hendra. Ternyata pas Rp. 1,5 juta. Uang yang sedang dibutuhan oleh Hendra untuk ikut menambah kekurangan buat bayar kuliah sang anak.
            “Saya juga merasakan seperti apa yang Pak Hendra rasakan sekarang”
            “Apalagi saya...”, Pak Gunawan memperbaiki posisi duduknya
            “Masih anak-anak sudah harus memperhitungkan biaya mondok”
Memang anak-anaknya Pak Gunawan sedang mondok di pesantren. Kalau dilihat dari segi kebutuhan memang jauh lebih banyak karena sedari kecil anak-anak sudah mondok. Seperti itulah kalau saling melihat apa-apa yang sedang dibutuhkan oleh seseorang. Kadang kita baru menyadari kalau kebutuhan orang lain kadang malah jauh lebih besar dari yang kita keluarkan.
            “Makasih pak...”
            “Ya , sama-sama”
Terasa plong kalau kini mulai lega. Apa yang dipikirkan semalaman akhirnya ada juga jawabannya. Kekurangan buat biaya semesteran si Aa bisa tertutupi. Semoga uang ini berkah sehingga si Aa bisa kuliah dengan tenang dan hasilnya juga tidak mengecewakan.
            Bukan katanya lagi...., kini sudah bisa menyadari kalau untuk biaya pendidikan sekarang ternyata bisa dikatakan dan dirasakan mahal. Untung masih kuliah di sekolah negeri jadi tak semahal dengan biaya di sekolah swasta. Satu tahap telah dilalui tinggal kini uang yang ada digabung untuk membayar Uang Kuliah Tunggal.
            Merenung jauh tentang pendidikan buat anak-anak memang harus dari sekarang. Biar apa yang akan dibutuhkan bisa terjawab dengan mudah pada akhirnya. Maklumlah banyak sekali kebutuhan yang membuat biaya membengkak beberapa kali dari perkiraan. Satu tertutup hiasanya akan muncul yang lainnya lagi. Berharap yang seperti ini tentu akan ada solusinya.
            Ingin menangis bila sudah menemukan persoalan yang seperti ini. Rasa-rasanya melangkah untuk yang pertama saja sulitnya bukan main. Dilihat kebelakang masih ada beberapa adiknya lagi yang tentunya juga kebutuhan di masa depan tak akan beda jauh. Yang membuat Hendra tegar adalah ungkapan beberapa teman bahwa kalau untuk biaya pendidikan sang anak insya Alllah akan ada jawabannya. Walau dilakukan dengan ngesot sekalipun pasti akan ada jalan. Dan benar jalan yang ditemukan juga dengan bersusah-susah dahulu. Namun demikin kini terasa lega, satu fase dalam suatu kehidupan telah dilalui. Dibutuhkan suatu perjuangan yang gigih. Sekali lagi perjuangan yang tak mengenal menyerah. Yakinlah pasti bisa. Mudah-mudahan Allah beri kemudahan di fase-fase berikutnya. Disetiap kesulitan pasti akan ada suatu kemudahan, semoga seperti itu.

                                                                                                            Cirebon, 15 Agustus 2019               
                       

           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar