Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Minggu, 25 Agustus 2019

K E B E L E T (Cerpen)


Cerpen

K E B E L E T
Oleh : Nurdin Kurniawan


            Nafas terasa berat tersengal-sengal sambil berhenti lari sambil mengurutkan dada. Mata masih melihat ke arah semak-semak melihat anak-anak yang berlarian. Dullah hanya bisa mengurutkan dada melihat anak didiknya yang berhamburan seperti kuda yang baru keluar dari istal. Sesekali berhenti untuk mengambil nafas dalam-dalam. Baru disadari kini dirinya tak muda lagi. Sudah hampir 20 tahun menjadi guru baru kali ini mempunyai tantangan yang  cukup berat. Mengejar anak-anak yang bolos berlarian tak tentu arah.
            Dilihat masih ada satu anak yang tak lari walau teman-teman yang lainnya lari terbirit-birit. Instingnya masih bisa mengejar anak yang satu ini walau jarak yang masih jauh. Dengan segala upaya walau dengan tertatih-tatih akhirnya sampai juga dibelakang si anak.
            “Mau lari kemana kamu?”
Anak ini santai saja seolah tak ada kesalahan sedikitpun berbalik badan menghadap wajah Pak Dullah.
            “Kenapa kamu melompat pagar?”
            “Saya kebelet pak ingin BAB”
            “Bukannya disekolah ada WC?”
Anak ini wajahnya mulai memerah, berkeringat dan  merasakan beban yang terasa berat.
            “Maaf pak saya ingin segera buang  hajat”
Anak ini mulai tergesa-gesa meninggalkan Pak Dullah.  Dari belakang Pak Dullah mulai yakin kalau anak yang satu ini memang sedang ingin BAB. Instingnya sebagai guru mengatakan kalau anak yang satu ini memang tidak bohong. Dia memang sedang ingin BAB sehingga melanggar tindakan disiplin dengan lompat pagar.
            Pertanyaan yang belum terjawab dari sang anak menjadi bahan renungan tersendiri bagi Dullah. Sebagai guru piket disetiap Hari Kamis  Pak Dullah memang sering  menghadapi beberapa anak yang suka minta ijin keluar halaman sekolah. Diperhatikan dari  satu anak ke anak yang lainnya  kini sudah ada jawaban yang bisa ia dapat. Untuk menyakinkan jawaban  ia panggil anak yang baru keluar minta ijin.
            “Kamu keluar ijin mau kemana?”
            “Habis  BAB pak”
            “Loh... apakah disekolah tidak ada WC?”
            “Kan banyak!”
Sambil garuk-garuk anak yang bernama Kaprawi ini menjelaskan kenapa ia sampai minta ijin untuk keluar halaman sekolah.
            “Bapak...”
            “WC yang ada di sekolah tidak berfungsi semua”
            “Coba bapak masuk WC siswa”
            “Yang ada WCnya tidak ada yang berfungsi”
            “Semuanya mampet”
            “Ah ...masa?”
            “Bapak lihat  sendiri saja...”
            Mulailah terawab kenapa anak  sering sekali minta ijin keluar. Ternyata WC yang ada di sekolah tidak berfungsi dengan baik. WC kotor bahkan tidak terawat. Salah satu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi di sekolah ternyata tidak berfungsi dengan baik. Pantas saja dua hari yang lalu ada merebot masjid yang datang ke sekolah. Ia terlihat kesal mau bertemu dengan kepala sekolah namun kepala sekolah tidak bisa ditemui karena sedang ada rapat di kabupaten. Akhirnya yang menerima adalah Wakasek Kesiswaan.
            “Saya kesini mau lapor”
            “Ini anak-anak SMP ini  sering ngotori kamar mandi masjid”
            “Apa sekolah tidak punya kamar mandi?”
Pak Jamroni sebagai Wakasek Kesiswaan mencoba membela diri dengan aduan dari merebot masjid.
            “Barangkali anak dari SMP lain pak?”
            “Ah, tidak wong anak SMP ini kok”
            “Sama persis dengan seragam dari anak-anak disini”
            “Persoalannya kenapa Pak Kamdi?”
            “Saya bosen bersih-bersih WC masjid setiap digunakan anak-anak sekolah”
            “Kalau habis digunakan kadang suka tidak dibanjur lagi!”
            “Apa sekolah tidak punya WC?”
Wah...pertanyaan telak dari seorang penjaga masjid yang punya tugas ekstra sebagai marebot.
            “Begini Pak Kamdi ...”
            “Laporan bapak kami terima dan nanti akan saya teruskan pada pimpinan”
            “Ya sudah hanya itu yang ingin saya laporkan”
            “Kasih tahu anak-anak sekolah jangan BAB lagi menggunakan WC masjid”
            “Masa sekolah tidak punya WC!”
            Persoalan WC yang rusak akhirnya sampai juga ke telinga kepala sekolah. Dalam sebuah rapat dinas di sekolah salah seorang guru mengajukan permasalahan ini. Ditimpali juga oleh guru-guru yang lainnnya.
            “Benar pak...”
            “WC yang ada disekolah ini tidak terawat dengan baik”
            “Kalau kemarin ada merebot masjid yang marah-marah rasanya wajar”
            “Anak-anak kita banyak yang menggunakan WC masjid untuk keperluan  BAB dan sebagainya”
Setelah diputuskan salah satu point dalam hasil rapat adalah dengan segera memperbaiki WC-WC yang rusak.
                                                                        ***
            Udara pagi terasa sejuk dengan semilir angin yang terasa menyejukkan mata. Kalau  mengingat kejadian di belakang sekolah  beberapa bulan yang lalu Dullah  tertawa sendiri. Mengejar anak-anak sampai jauh dengan nafas yang tersengal-sengal. Anak yang dikejarnya ternyata tidak lari atau merasa takut sedikitpun. Setelah ditanya ternyata si anak sedang kebelet. Anak  ingin BAB walau harus dengan melompat pagar tembok.  Ternyata setelah ditanya anak ini sengaja melompat tembok  karena sudah tidak tahan ingin BAB.
            Kalau menggunakan  tenaga seperti kala muda dahulu mungkin anak ini mengalami trauma. Setidaknya akan ia marahi karena sudah melompat tembok. Umur memang tidak bisa dibohongi. Sejalan dengan tambah usia maka memarahi anak sudah mulai ditinggalkan. Lagipula sekolah sekarang harus hati-hati. Jangan sampai ada guru yang dilaporkan oleh orangtua si anak gara-gara mengambil tindakan disiplin. Setidaknya kalau lagi apes akan balik ke guru yang bersangkutan. Beruntung masih bisa mengendalikan hawa nafsu.
            Anggaran pendidikan bertambah namun nyatanya masih banyak sarana dan pra sarana sekolah yang tidak terawat dengan baik. Lihatlah! Masih banyak ruang kelas yang tidak ada kuncinya. Bila malam hari bahkan ada orang luar yang kadang masuk menggunakan fasilitas sekolah. Itu semua karena memang sekolah tidak menempatkan satpam di malam hari. Bahkan ada kalanya orang gila ikut nginap di salah satu sudut sekolah.
            Dulllah mulai legowo dengan tingkah anak-anak yang diluar kemampuannya suka minta ijin keluar sekolah. Untuk urusan yang satu ini Dullah terpaksa mengijinkan. Kalau sudah kebelet siapa sih yang mau menahan-nahan? Ya, seperti itulah kondisi sekolah yang WC siswanya tidak terawat dengan baik. Mudah-mudahan kedepan tidak ada siswa yang suka minta ijin keluar sekolah hanya karena ingin BAB.

                                                                                                nurdinkurniawan@ymail.com
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar