Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 25 Juni 2019

ANAK DEWAN (Cerpen)


Cerpen
ANAK  DEWAN
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Rusmanto, M.Pd. bingung menghadapi teman lamanya waktu sama-sama di SMA. Pukul 22.00 seperti saat ini bukannya waktu yang tepat untuk bertamu. Tapi karena yang datang ini bukan orang sembarangan makanya Rusmanto, M.Pd masih menerimanya. Sama-sama alumni SMA yang sama, juga  ketika masih di SMP menempati rumah dinas yang hampir berdekatan. Sang teman kini jauh lebih sukses darinya. Setidaknya dengan panggilan Bapak Dewan membuat siapa saja yang mendengarnya takjub.
            Bukan tanpa alasan Goni malam-malam seperti ini masih berada di rumah Rusmanto, M.Pd.  sahabat lamanya. Dalam Penerimaan Peserta Didik Baru (PPDB) on line anaknya yang mendaftar di kota tidak lulus. Sebagai orangtua yang berpengaruh dan jadi Angggota Dewan tentunya hal ini sangat memalukan. Dipikir seharian akhirnya Goni menemukan sebuah jawaban. Ia yakin sang teman ini akan membantunya.
            “Sudahlan Pak Rus masalah teknik  bapak yang mengaturnya”
            “Urusan administrasi saya lunasi”
            “Untuk bapak tentunya  ada lagi!”
Rusmanto, M.Pd  yang belum lama dari pergi haji hanya menatap mata sang sahabatnya ini. Ia tak mengiyakan maupun menolak . Pikirannya penuh dengan pertimbangan-pertimbangan yang tidak semuanya bisa masuk akal. Untuk orang yang satu ini  ia tahu sendiri tabiatnya. Waktu dulu masih dalam satu komplek saja yang namanya Goni sudah berapa kali menyerang warga sebelah hanya karena urusan yang seharusnya bisa diselesaikaan dengan cara-cara bijaksana. Kini sudah puluhan tahun tak bertemu tiba-tiba kedatangannya membuat pikiran Rusmanto, M.Pd. berfikir berkali-kali.
            “Pak Goni saya tidak bisa memutuskan  sekarang”
            “Nanti saya kabari secepatnya”
            “Oh jangan begitu kawan!”
            “Saya butuh kepastian agar anak saya tidak malu!”
Rusmanto, M.Pd. sekali lagi menatap wajah sahabatnya yang satu ini. Dari dulu kelakuannya tak berubah. Kalau ada maunya inginnya hari ini juga ketahuan hasilnya. Untuk urusan yang satu ini sudah diumumkan bersama, serentak! PPDB sudah diketahui oleh siswa karena memang pengumumannya sudah disebarluaskan. Rusmanto, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah juga tak ingin main api. Apa yang sudah diumumkan masa harus dirusak oleh titipan-titipan yang seperti ini. Kalaulah menitipnya jauh-jauh hari tentu akan ia atur sedemikian rupa agar bisa masuk. Ini menitipnya disaat sekolah yang lain secera serentak mengumumkan hasil PPDB.
            “OK saya mengerti…mengerti!”
            “Nanti saya titipkan lewat asisten saya”
            “Oh… bukan itu Pak Goni!”
            “Sudahlan saya juga mengerti!”
            “OK!  kalau begitu saya permisi dulu”
            “Saya tunggu kabar selanjutnya”
                                                                        ***
            Akses informasi sekarang ini dengan mudahnya bisa dibuka masyarakat. Ingin masalah apa saja tinggal tanya pada mbah Google. Masalah PPDB masyarakat sudah bisa mengaksesnya lewat internet. Bahkan pendaftaran sekolahpun kini bisa on line. Orangnya bisa duduk manis di rumah namun bisa mendaftarkan diri.
            Ferry yang nilainya bisa-biasa saja tak mau ketinggalan dengan era informasi seperti sekarang ini. Apalagi menyandang sebagai anak Dewan setidaknya bisa sekolah di kota adalah suatu prestise yang harus dijaga. Masa sih Angggota Dewan anaknya harus sekolah di kampung? Tentu gengsi bagi Ferry untuk menerimanya. Bagitu pula dengan Goni sang ayah. Ia ingin anaknya sekolah di kota agar kedengarannya lebih bergengsi. Walau ia dipilih dari dapil yang ada di kampung  namun sifat kekotaannya tak mau tertinggal. Biarlah teman-teman Ferry sekolahnya di kampung namun tidak dengan anak saya. Pokoknya anak saya harus sekolah di kota!
            PPDB on line hasilnya bisa diketahui orang lain. Ferry yang nilainya biasa-biasa saja menduduki ranking 5 besar dari bawah.  Jelas dilihat dari kursi yang tersedia anak ini tidak masuk dalam hitungan, apalagi di kota memberlakukan 10% untuk siswa yang dari luar kota. Alhasil dengan nilai yang seperti ini Ferry walaupun anak Anggota Dewan tak diterima!
            Pengumuman PPDB baik kota ataupun kabupaten dinyatakan serentak. Hal inilah yang membuat Rusmanto, M.Pd sebagai Kepala Sekolah sedikit banyak dipusingkan oleh ulah sang teman. Kalau saja titipnya jauh-jauh hari tentu tak masalah karena bisa ia antisipasi. Ini…? Geleng-geleng kepala dengan kelakuan ulah sang teman lama. Lagi pula orang ini tak bercermin dari ini sang anak. Sudah sih nilainya hanya pas-pasan coba-coba daftar di kota yang tingkat persaingannya lebih tinggi. Kalau sudah begini aku juga yang dibuat repot!
            Idialisme Rusmanto, M.Pd. sebagai Kepala Sekolah timbul. Aku jangan dipusingkan oleh orang yang satu ini. Kalau memang tidak bisa kenapa aku sulit mengatakannya! OK! Akan aku telpon sekarang kalau anaknya  si Goni tak bisa diterima di sekolah yang aku pimpin. Tapi setan merasuki tubuh Rusmanto, M.Pd.  dengan membisikkan keragu-raguan.
            “Diterima saja lumayan ada gratifikasinya!”
            “Lagipula teman lama”
Dulu saja Goni pernah berselisih dengan seorang guru SD yang mencukur rambut anaknya gara-gara tidak rapih. Itu guru kasihan sekali sampai akhirnya dimutasi ke tempat yang lebih jauh dari rumahnya. Mutasinya memang lewat dinas, tapi bisa diambil kesimpulan ada kaitannya dengan kasus anaknya Goni. Memang Goni  ini ada juga simanya, masih punya taring sebagai  Anggota Dewan Yang terhormat.
            Baru diangkat sebagai Kepala Sekolah sudah menghadapi kasus yang seperti ini. Dipikir bolak-balik tak ingin kedudukannya terancam akhirnya idialisme Rusmanto, M.Pd.  gugur juga. Sudahlah menyisipkan satu orang anak sepertinya tak akan jadi masalah. Teman-teman di sekolah terutama yang duduk sebagai wakil akan ia bisiki. Mudah-mudahan mereka juga akan mengerti dengan situasi yang sedang saya hadapi.
            Di era keterbukaan apalagi infomasi publik bisa diketahui oleh umum maka dengan mudahnya siapa saja bisa mengetahui perkembangan apa yang sedang terjadi di negara ini termasuk diantaranya PPDB.  Ferry memang tidak masuk di salah satu SMA favorit yang ada di kota namun pada tahun ajaran baru masih bisa sekolah di sekolah negeri yang ada di kampung. Biar di kampung tak masalah, nanti kata ayahnya kalau sudah duduk di kelas 11 akan pindah ke sekolah yang ada di kota.
            Perang batin yang justru kini dihadapi Rusmanto, M.Pd. Setelah satu minggu KBM berjalan ada saja guru yang tahu dengan apa yang ia lakukan . Rupanya tidak kebagian ‘jatah’ atau bagaimana si guru kritis ini nyletuk.
            “Setahu saya dalam PPDB on line hanya 200 siswa”
            “Kini kok jumlahnya lebih ya?”
Tadinya hanya cletukan-cletukan kecil namun lama-lama terdengar nyaring juga. Wah kalau sesuatu yang ‘panas’ hawanya sampai keluar juga yah!
            “Pak Suhud coba panggil pak Rasyid”
Rasyid yang memang guru vokal tahu mengapa dirinya dipanggil pimpinan. Dengan keyakinan yang teguh ia tak akan goyang kalaupun harus diperkarakan. Mengapa berkata jujur harus takut?  Setelah berada di ruangan Kepala Sekolah yang ber-AC pak Rasyid dibeberkan apa yang terjadi. Sebagai guru matematika yang dalam perhitungannya ada rumus menjumlah dan membagi, apalagi kalau dikwadratkan tentu Rasyid mengerti benar.  Entah apa yang diberikan Rusmanto yang membuat Rasyid yang diotaknya penuh dengan perhitungan rumus-rumus itu akhirnya diam. Diam seperti guru yang lainnya!
            Sistem yang dibangun dengan baik kalau jaringannya ada yang rusak memang tidak baik hasil out putnya. Demikian pula kalau sistem sudah baik disana-sini suka ada saja yang membuat celah sehingga masuklah virus-virus. PPDB on line memang sudah bagus untuk diterapkan. Kini kembali lagi pada orang yang ada didalamnya. Akankah tetap konsisten dengan apa yang telah dibangun? Atau ada virus macam anak dewan, anak pejabat dan titipan-titipan yang lainnya? Entahlah….

                                                                                                        Cirebon, 2 Juli 2013

Tidak ada komentar:

Posting Komentar