Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

ANAK GENK (Cerpen)


Cerpen

ANAK   GENK
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Udara dingin di pagi hari terasa menyejukkan siapa saja yang pagi ini sedang melakukan aktivitas. Suasana kelas begitu kondususif pada jam pelajaran di pagi hari. Suasana masih terasa segar sehingga cocok untuk kegiatan belajar mengajar. Pak satpam di pintu gerbang terlihat santai karena anak-anak sudah berada di dalam kelas. Jalur pantura yang hari-hari biasanya terlihat padat hari ini terlihat lancar. Suasana tenang ini tak berlangsung lama. Jalan di depan sekolah mulai bising dengan sekumpulan anak-anak sekolah dari sekolah lain yang  bergerombol dengan mengendarai motor. Suara gas yang dimainkan  sahut-sahutan ditambah bunyi klakson membuat gaduh. Tiba-tiba dari anak genk itu melemparkan batu ke papan nama sekolah. Setelah melakukan aksinya anak-anak sekolah yang merupakan anak-anak genk itu berhamburan melarikan diri.
            Satpam yang berada di pintu gerbang dan beberapa guru yang kebetulan ada dihalaman langsung mengejar. Walaupun ada selisih waktu yang cukup lama namun anak-anak ini bisa terkejar. Tanpa disengaja  ada masyarakat yang sedang mengadakan ritual pelepasan perahu baru nelayan yang baru dibuat. Perahu diarak dari tempat pembuatan sampai ke sungai untuk mengetahui apakah kondisinya baik atau tidak. Tentu saja jalanan menjadi macet. Anak-anak genk ini terlihat was-was malasahnya dibelakang guru dan satpam yang mengejar mulai terlihat. Teriakan satpam pada anak-anak  genk ini pula membuat masyarakat yang sedang mendorong perahu mengerti kalau sedang mengejar anak-anak sekolah.
            “Mau kemana kamu!”
Kerah anak ini dipegang oleh beberapa orang yang peduli.
            “Tangkap pak-tangkap!”
Beberapa anak genk yang lain mencoba kabur memanfaatkan celah-celah yang masih bisa dilalui. Dua anak akhirnya bisa dibawa ke sekolah. Diperjalanan satu anak berontak dan bisa meloloskan diri berlari ke arah pemukiman penduduk. Dikejar namun lari anak ini lebih gesit dari pada guru Aryo yang sudah mulai  menua.
            Menunduk dihadapan para guru yang siap mengintrogasi. Mengenakan celana panjang abu-abu dan atasannnya berupa kaos hitam.
            “Kamu dari sekolah mana?”
            “SMK  Satria pak”
            “Yang benar kamu jangan sok ngaku-ngaku”
            “Iya pak benar”, ucap sang anak
Tak mau percaya begitu saja pada asal sekolah anak ini lalu Pak Hermanto selaku kesiswaan langsung mengontek sekolah Satria.
            “Nama kamu siapa”
            “Budiman”
Menunggu beberapa saat lalu tersambung ke salah satu guru di SMK Satria.
            “Begini Pak Hamdan tadi sekolah kami diserang anak-anak dari sekolah lain”
            “Satu tertangkap dan mengaku berasal dari sekolah bapak”
            “Namanya Budiman”
            “Kelas  10”
            “Sebenatar pak saya cek dahulu apakah ada nama tersebut”
Ditunggu beberapa saat lalu tersambung lagi.
            “Begini pak...”
            “Setelah saya cek untuk anak kelas 10 tidak ada yang namanya Budiman”
            “Pasti anak itu hanya ngaku-ngaku saja”
            “Oh... terimakasih atas informasinya pak”
            “Ya...sama-sama”
Telepon lalu ditutup mata Pak Hermanto melotot pada anak yang mengaku bernama Budiman. Gelas yang berisi teh lalu dibanjurkan kemuka sang anak.
            “Kamu jagan mengaku-ngaku dari SMK Satria”
            “Disekolah itu tidak ada yang namanya Budiman”
            “Dari mana kamu?”
Dikelilingi guru-guru yang lain membuat anak ini gemetar. Mau mengarang sekolah mana lagi sepertinya akan percumah saja sebab nanti akan ditelpon lagi ke sekolah yang disebutkan.
            “Dari SMK Perkasa pak...”
            “Jangan bohong lagi kamu!”
            “Tidak pak...tidak bohong pak”
            “Eh...kamu tujuannya apa datang di jam belajar seperti ini lalu melempar sekolah?”
            “Hanya iseng pak”
            “Apa...?”
Plak...plak... anak yang mengaku dari sekolah Satria ini mendapatkan hadiah.
            “Melempar sekolah hanya iseng!”
            “Kamu ini manusia apa setan hah....!”
Anak ini menunduk dicerca berbagai pertanyaan dari guru. Digali lebih dalam akhirnya  terkumpul beberapa jawaban apa sebabnya ia melempar sekolah. Rupanya anak ini terprovokasi setelah membaca postingan salah satu anak di media sosial kalau sekolahnya akan diserang. Sebelum sekolah lain menyerang maka rombongan  anak ini yang juga berasal dari beberapa sekolah menyerang SMPN Cendikia.
            “Kamu ini sudah SMK kok menyerangnya sekolah SMP?”
            “Kurang kerjaan kamu!”
            “Yang  mosting di FB adalah alumni SMP ini pak...”
            “Apa urusannya dengan   menyerang sekolah yang sudah menjadi alumni?”
            “Kamu ini memang cari-cari masalah”
Beberapa guru menyarankan kasus ini diserahkan pada pihak kepolisian namun ada guru yang juga mengusulkan untuk diselesaikan di sekolah saja.
            “Karena kamu sudah merusak fasilitas sekolah’
            “Dan ada juga penduduk yang motornya tadi ketabrak genk kamu”
            “Kamu pulang saja dan bawa orangtuamu kesini!”
            “Motor kamu juga ditahan dulu”
Ada motor penduduk yang tadi ketika pengejaran bertabrakan dengan motor anak-anak genk. Bagian lampu dan kaca spionnya pecah. Karena yang menabraknya lari dan hanya anak ini yang tertangkap maka anak ini yang kemudian menjadi jaminan.
            “Pokoknya pak guru...”
            “Kalau motor saya tidak diganti rugi saya akan melaporkan kepolisian”, ujar Tarno penduduk Desa Windu.
            “Sudah pak...”
            “Nanti masalah penggantian akan diurus setelah orangtua si anak ini datang ke sekolah”
            “Bapak  tulis nomer HP saja nanti kami hubungi lagi”
            “Ya sudah kalau begitu saja  ke bengkel dulu”
            “Pokoknya biaya perbaikan motor saya dia yang tanggung”
Pak Tarno yang tadi berpapasan dengan anak genk jadi korban tabrak lari anak-anak sekolah yang tergabung dalam salah satu genk.
            Anak-anak jaman now bila tidak mendapatkan pendidikan dan pengawasan yang baik akan terjerumus pada hal-hal yang negatif. Disekolahnya masing-masing sudah dididik dengan baik namun ada saja yang ikut mempengaruhinya. Pergaulan di media sosial yang membuat mereka seolah tanpa jarak lagi. Berteman dengan sekolah lain yang juga sama-sama sedang mencari identitas lalu tergabunglah dalam sebuah genk. Mereka yang diluar genk dianggapnya adalah musuh.
            Esok harinya datang orangtua Budiman diantar dengan salah seorang perangkat desa. Rupanya kasus ini ingin kasusnya tidak berlarut-larut orangtua Budiman melibatkan pihak desa juga karena dikhawatirkan akan terjadi bentrok susulan. Makanya orangtua Budiman tidak ingin kasusnya bertambah panjang menggandeng pihak desa.
            “Bapak tahu kasus anak bapak?”
            “Ya saya sudah tahu”
            “Jadi begini...”
            “Ada masyarakat yang juga terkena dampak pelemparan batu kemarin...”
            “Nanti bapak bayarkan saja ke orangnya”
            “Juga nasehati anak bapak jangan sampai terkena kasus kriminal”
            “Kalau hari ini kami selesaikan secara kekeluargaan”
            “Bila dikemudian hari anak bapak masih saja seperti ini, berbuat merusak fasilitas negara”
            “Maka kami tak akan mengurusnya seperti ini...”
            “Biar nanti polisi yang menyelesaikan”
Tak ingin kasusnya berkepanjangan maka sesuai dengan kesepakatan  orangatua siswa juga yang tidak ingin kasusnya sampai  ke polisian setelah bayar kerusakan motor penduduk maka motor si Budiman yang ditahan pihak sekolah dikembalikan pada orangtuanya.
            Kasus anak genk bukan hanya untuk mereka yang sudah diluar sekolahan, namun merambah juga ke anak-anak sekolah. Kejadian seperti ini tentu menjadi kekhwatiran semua pihak yang mempuyai anak. Jangan sampai tingkahlakunya terbawa-bawa oleh tindakan yang merugikan oranglain. Selagi bisa ditangani maka tanganilah anak-anak ini dengan baik. Mereka yang sedang mencari jati diri memang harus sering diawasi. Mudah-mudahan kasus anak genk ini tidak berlalut-larut yang membuat banyak orang resah.

                                                                                                                   Cirebon,3 Agustus 2018
             

Tidak ada komentar:

Posting Komentar