Cerpen
ANAK GENK
Oleh : Nurdin Kurniawan
Udara
dingin di pagi hari terasa menyejukkan siapa saja yang pagi ini sedang
melakukan aktivitas. Suasana kelas begitu kondususif pada jam pelajaran di pagi
hari. Suasana masih terasa segar sehingga cocok untuk kegiatan belajar mengajar.
Pak satpam di pintu gerbang terlihat santai karena anak-anak sudah berada di
dalam kelas. Jalur pantura yang hari-hari biasanya terlihat padat hari ini terlihat
lancar. Suasana tenang ini tak berlangsung lama. Jalan di depan sekolah mulai
bising dengan sekumpulan anak-anak sekolah dari sekolah lain yang bergerombol dengan mengendarai motor. Suara
gas yang dimainkan sahut-sahutan ditambah
bunyi klakson membuat gaduh. Tiba-tiba dari anak genk itu melemparkan batu ke papan
nama sekolah. Setelah melakukan aksinya anak-anak sekolah yang merupakan
anak-anak genk itu berhamburan melarikan diri.
Satpam
yang berada di pintu gerbang dan beberapa guru yang kebetulan ada dihalaman langsung
mengejar. Walaupun ada selisih waktu yang cukup lama namun anak-anak ini bisa
terkejar. Tanpa disengaja ada masyarakat
yang sedang mengadakan ritual pelepasan perahu baru nelayan yang baru dibuat.
Perahu diarak dari tempat pembuatan sampai ke sungai untuk mengetahui apakah
kondisinya baik atau tidak. Tentu saja jalanan menjadi macet. Anak-anak genk
ini terlihat was-was malasahnya dibelakang guru dan satpam yang mengejar mulai
terlihat. Teriakan satpam pada anak-anak
genk ini pula membuat masyarakat yang sedang mendorong perahu mengerti
kalau sedang mengejar anak-anak sekolah.
“Mau
kemana kamu!”
Kerah anak ini dipegang oleh beberapa
orang yang peduli.
“Tangkap
pak-tangkap!”
Beberapa anak genk yang lain mencoba
kabur memanfaatkan celah-celah yang masih bisa dilalui. Dua anak akhirnya bisa
dibawa ke sekolah. Diperjalanan satu anak berontak dan bisa meloloskan diri
berlari ke arah pemukiman penduduk. Dikejar namun lari anak ini lebih gesit
dari pada guru Aryo yang sudah mulai menua.
Menunduk
dihadapan para guru yang siap mengintrogasi. Mengenakan celana panjang abu-abu
dan atasannnya berupa kaos hitam.
“Kamu
dari sekolah mana?”
“SMK Satria pak”
“Yang
benar kamu jangan sok ngaku-ngaku”
“Iya
pak benar”, ucap sang anak
Tak mau percaya begitu saja pada asal
sekolah anak ini lalu Pak Hermanto selaku kesiswaan langsung mengontek sekolah
Satria.
“Nama
kamu siapa”
“Budiman”
Menunggu beberapa saat lalu tersambung
ke salah satu guru di SMK Satria.
“Begini
Pak Hamdan tadi sekolah kami diserang anak-anak dari sekolah lain”
“Satu
tertangkap dan mengaku berasal dari sekolah bapak”
“Namanya
Budiman”
“Kelas 10”
“Sebenatar
pak saya cek dahulu apakah ada nama tersebut”
Ditunggu beberapa saat lalu tersambung
lagi.
“Begini
pak...”
“Setelah
saya cek untuk anak kelas 10 tidak ada yang namanya Budiman”
“Pasti
anak itu hanya ngaku-ngaku saja”
“Oh...
terimakasih atas informasinya pak”
“Ya...sama-sama”
Telepon lalu ditutup mata Pak Hermanto
melotot pada anak yang mengaku bernama Budiman. Gelas yang berisi teh lalu
dibanjurkan kemuka sang anak.
“Kamu
jagan mengaku-ngaku dari SMK Satria”
“Disekolah
itu tidak ada yang namanya Budiman”
“Dari
mana kamu?”
Dikelilingi guru-guru yang lain membuat
anak ini gemetar. Mau mengarang sekolah mana lagi sepertinya akan percumah saja
sebab nanti akan ditelpon lagi ke sekolah yang disebutkan.
“Dari
SMK Perkasa pak...”
“Jangan
bohong lagi kamu!”
“Tidak
pak...tidak bohong pak”
“Eh...kamu
tujuannya apa datang di jam belajar seperti ini lalu melempar sekolah?”
“Hanya
iseng pak”
“Apa...?”
Plak...plak... anak yang mengaku dari
sekolah Satria ini mendapatkan hadiah.
“Melempar
sekolah hanya iseng!”
“Kamu
ini manusia apa setan hah....!”
Anak ini menunduk dicerca berbagai
pertanyaan dari guru. Digali lebih dalam akhirnya terkumpul beberapa jawaban apa sebabnya ia
melempar sekolah. Rupanya anak ini terprovokasi setelah membaca postingan salah
satu anak di media sosial kalau sekolahnya akan diserang. Sebelum sekolah lain
menyerang maka rombongan anak ini yang
juga berasal dari beberapa sekolah menyerang SMPN Cendikia.
“Kamu
ini sudah SMK kok menyerangnya sekolah SMP?”
“Kurang
kerjaan kamu!”
“Yang mosting di FB adalah alumni SMP ini pak...”
“Apa
urusannya dengan menyerang sekolah yang
sudah menjadi alumni?”
“Kamu
ini memang cari-cari masalah”
Beberapa guru menyarankan kasus ini
diserahkan pada pihak kepolisian namun ada guru yang juga mengusulkan untuk
diselesaikan di sekolah saja.
“Karena
kamu sudah merusak fasilitas sekolah’
“Dan
ada juga penduduk yang motornya tadi ketabrak genk kamu”
“Kamu
pulang saja dan bawa orangtuamu kesini!”
“Motor
kamu juga ditahan dulu”
Ada motor penduduk yang tadi ketika
pengejaran bertabrakan dengan motor anak-anak genk. Bagian lampu dan kaca spionnya
pecah. Karena yang menabraknya lari dan hanya anak ini yang tertangkap maka
anak ini yang kemudian menjadi jaminan.
“Pokoknya
pak guru...”
“Kalau
motor saya tidak diganti rugi saya akan melaporkan kepolisian”, ujar Tarno
penduduk Desa Windu.
“Sudah
pak...”
“Nanti
masalah penggantian akan diurus setelah orangtua si anak ini datang ke sekolah”
“Bapak tulis nomer HP saja nanti kami hubungi lagi”
“Ya
sudah kalau begitu saja ke bengkel dulu”
“Pokoknya
biaya perbaikan motor saya dia yang tanggung”
Pak Tarno yang tadi berpapasan dengan
anak genk jadi korban tabrak lari anak-anak sekolah yang tergabung dalam salah
satu genk.
Anak-anak
jaman now bila tidak mendapatkan pendidikan dan pengawasan yang baik akan
terjerumus pada hal-hal yang negatif. Disekolahnya masing-masing sudah dididik
dengan baik namun ada saja yang ikut mempengaruhinya. Pergaulan di media sosial
yang membuat mereka seolah tanpa jarak lagi. Berteman dengan sekolah lain yang
juga sama-sama sedang mencari identitas lalu tergabunglah dalam sebuah genk.
Mereka yang diluar genk dianggapnya adalah musuh.
Esok
harinya datang orangtua Budiman diantar dengan salah seorang perangkat desa. Rupanya
kasus ini ingin kasusnya tidak berlarut-larut orangtua Budiman melibatkan pihak
desa juga karena dikhawatirkan akan terjadi bentrok susulan. Makanya orangtua Budiman
tidak ingin kasusnya bertambah panjang menggandeng pihak desa.
“Bapak
tahu kasus anak bapak?”
“Ya
saya sudah tahu”
“Jadi
begini...”
“Ada
masyarakat yang juga terkena dampak pelemparan batu kemarin...”
“Nanti
bapak bayarkan saja ke orangnya”
“Juga
nasehati anak bapak jangan sampai terkena kasus kriminal”
“Kalau
hari ini kami selesaikan secara kekeluargaan”
“Bila
dikemudian hari anak bapak masih saja seperti ini, berbuat merusak fasilitas
negara”
“Maka
kami tak akan mengurusnya seperti ini...”
“Biar
nanti polisi yang menyelesaikan”
Tak ingin kasusnya berkepanjangan maka
sesuai dengan kesepakatan orangatua
siswa juga yang tidak ingin kasusnya sampai
ke polisian setelah bayar kerusakan motor penduduk maka motor si Budiman
yang ditahan pihak sekolah dikembalikan pada orangtuanya.
Kasus
anak genk bukan hanya untuk mereka yang sudah diluar sekolahan, namun merambah
juga ke anak-anak sekolah. Kejadian seperti ini tentu menjadi kekhwatiran semua
pihak yang mempuyai anak. Jangan sampai tingkahlakunya terbawa-bawa oleh
tindakan yang merugikan oranglain. Selagi bisa ditangani maka tanganilah
anak-anak ini dengan baik. Mereka yang sedang mencari jati diri memang harus
sering diawasi. Mudah-mudahan kasus anak genk ini tidak berlalut-larut yang membuat
banyak orang resah.
Cirebon,3 Agustus 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar