Cerpen
BENTONGOR
Oleh : Nurdin Kurniawan
Usai pulang dari kantor Guru Ata
rehat sebentar meluruskan kaki yang terasa pegal-pegal sambil menonton acara tv. Melihat perkembangan
hasil pemilu yang barusan digelar. Dinamika kehidupan politik yang dinamis membuat
berita yang masuk setiap detiknya bisa
saja berubah. Saluran lalu dipindahkan
pada acara lawak yang bisa membuat pikiran jadi sedikit lebih rilek. Baru juga
duduk suara bel berbunyi seperti ada tamu di depan. Dilihat seorang ibu paruh
baya yang hampir menangis menghampiri Guru Ata.
“Anak saya si Noni sudah 3 hari
tidak pulang”
“Bagaimana ini pak guru?”
Guru Ata yang
tidak tahu permasalahan sebelumnya jadi terperangah mendengarkan penuturan Casminah
yang juga tetangga dekat Guru Ata.
“Bisanya tidak pulang bagaimana
ceritanya?”
Entah seperti
ada yang ditutup-tutupi oleh Casminah mengenai anaknya ini.
“Anak ini memang bentongor pak!”
“Punya anak perempuan satu-satunya bentongor seperti ini!”
“Anak saya yang laki-laki tidak
seperti ini pak!”
“Aduh….”
“Dasar bentongor!”
Desakan Guru Ata
akhirnya Casminah mau juga menceritakan kondisi ekonomi yang sedang dihadapi.
Kekurangan ini dan itu sementara anaknya yang
beranjak gadis sama seperti anak anak seusianya ingin punya ini dan itu.
Guru Ata kini mengerti persoalan yang sedang dihadapi anak kelas 8 SMP .
“Ibu sudah mencari kemana saja?”
Casminah lalu
menceritakan beberapa kerabat dekatnya yang dihubungi, disamping itu
teman-teman Noni juga dihubungi. Mereka tidak mengetahui keberadaan Noni. Kepada
Guru Atalah diharapkan keberadaan Noni bisa diketemukan.
“Nanti saya tanyakan beberapa temannya
di sekolah”
“Mudah-mudahan bisa lebih jelas
dengan apa yang sedang dihadapi si anak”
Akhirnya
Casminah pulang sedikit lega tentang keberadaan anaknya akan dibantu oleh gurunya Noni.
Dilihat absensi dikelasnya memang
Noni termasuk anak yang paling getol absen. Dalam bulan Maret saja sudah beberapa
hari ianak ini tidak sekolah. Sementara keterangan ibunya kemarin kalau anak
ini setiap hari berangkat. Ini artinya si Noni bolos entah ada dimana. Inisiatip
Guru Ata sendiri untuk mengetahui keberadaan si Noni. Dipikir ada-ada saja
kelakuan anak yang satu ini. Bisanya merepotkan tetangga disaat sedang santai
seperti ini. Namun tetap saja yang namanya hidup betetetangga maka harus bisa membantu
dan ikut membaur dengan lingkungan.
Beberapa teman si Noni di kelas 8.A
ditanyai satu per satu. Mulailah menemukan titik terang. Dari teman-teman dekat
Noni lalu menjuruslah pada sebuah nama. Guru Ata lalu mencatat nama –nama yang
suka berhubungan dekat dengan Noni. Mulai bisa disimpulkan kalau yang tahu
persis keberadaan Noni adalah orang yang
namanya si Dodi ini. Ia adalah anak pengangguran yang baru saja lulus SMP.
Rupanya Dodi sedang menjalin asmara dengan Noni. Tapi kemarin dilihat si Dodi
naik motor hanya sendirian. Lalu dimana keberadaan si Noni? Inilah yang harus
diketahui dengan segera.
Seperti kisah detektip saja akhirnya
Guru Ata mencoba mengurutkan kejadian-kejadian. Ketika si Dodi lewat didepan
mata Ata langsung memanggilnya. Karuan Dodi yang juga mantan muridnya
dipangggil sang guru lalu menghampiri.
“Bapa mau bicara sebentar”
“Ada apa sih pak?”
Anak ini lalu
memarkirkan motornya. Dibawa ke ruang kepala sekolah agar suasananya jadi lebih
menyenangkan.
“Begini …”
Anak ini lalu
ditepuk-tepuk bahunya
“Bukannya
bapak mau menuduh kamu…”
“Kalau si Noni sekarang ada dimana?”
Tidak enak
barangkali kalau menyembunyikan sesuatu dengan guru. Dari kegelisahan yang dialami
Dodi setidaknya Ata tahu kalau anak ini tahu akan keberadaan Noni.
“Kerja jeh pak!”
“Kerja dimana?”, desak Ata
“Di Cirebon pak jadi pembantu
rumahtanggga”
Guru Ata kaget
juga setengah tidak percaya kala anak kelas 8 ini dikatakan sedang bekerja.
“Atas perintah siapa anak ini
kerja?”
“Noninya sendiri jeh pak yang minta
kerja”
“Katanya sih ingin punya uang nanti
kalau gajian uagnya bisa buat beli HP”
“Ingin bisa jajan ….”
Banyak sekali
yang diungkapkan Dodi mengenai si Noni. Guru Ata tidak hibis pikir kenapa anak
yang sedang sekolah kok tiba-tiba ingin bekerja? Rupanya dari anaknya sendiri
yang ingin punya ini dan itu sementara keadaan orangtua yang tidak memungkinkan.
Akhirnya anak dengan segala resikonya memilih bekerja menjadi pembantu rumah
tangga. Informasi dari Dodi inilah yang akan disampaikan Guru Ata pada Casminah
sebagai ibunya.
Casminah hanya bisa menagis tersedu mengetahui
kalau anaknya berada di Cirebon menjadi pembantu rumahtangga.
“Kalau saya punya uang sih pak
guru…”
“Saya juga ingin membahagiakan
seperti anak-anak yang lain”
“Tapi pak guru tahu sendiri kondisi
kami!”
Guru Ata tidak
bisa menyalahkan sepenuhnya Noni yang lebih memilih bekerja untuk menuruti
segala keinginan dirinya. Cara inilah yang membuat geger orang sekampung. Kalau
saja diberitahu orangtuanya tentu tidak
akan mencari-cari kesana-kemari seperti ini.
***
Baru beranjak dewasa dan belum
banyak pengalaman yang didapat. Usia baru 14 tahun hanya saja tubuh Noni memang
bongsor jadi terlihat besar. Bekerja menjadi pembantu belum sepenuhnya
tertangani dengan baik. Ada rasa capai yang dirasakan Noni apalagi kalau
kerjanya seperti tidak mengenal waktu. Baru beberapa bulan anak ini bekerja dan
kali ini terasa lelah mengdapi pekerjan yang tidak selesai-selesai. Terpikirkan
ingin kembali sekolah lagi. Ternyata mencari uang tidak semudah seperti yang ia bayangkan.
Noni akhirnya pulang lagi ke kampung tidak melanjutkan menjadi pembantu disalah satu keluarga.
Di rumah Noni mengutarakan keinginannya
untuk sekolah lagi. Casminah juga merasakan kalau seusia anaknya ini pekerjaaan
belum terpegang dengan baik. Seusia Noni bukannya untuk bekerja mencari uang.
Merasa kasihan akan keinginan anaknya yang ingin sekolah lagi maka Casminah mengahadap
guru Ata lagi. Dijelaskan panjang lebar pada guru Ata keingian anaknya yang
ingin sekolah.
“Bu anak ini tidak masuk sekolah
sudah hampir 4 bulan”
“Kalau anak ini masuk lagi sudah
bisa dipastikan tidak akan naik kelas!”
“Ibu mau anaknya tidak naik kelas?”
Sepeti terasa berat
melihat sang anak akan tinggal kelas namun Casminah tidak ingin melihat anaknya
di rumah terus. Yang penting anaknya bisa sekolah lagi kalau harus tidak naik
kelas tak apa-apa.
Noni akhirnya berada di kelas lagi
bersama dengan teman-teman lamanya. Banyak temannya saling bertatapan melihat
wajah Noni yang sudah lama tidak berjumpa. Tak mau ambil pusing anak-anak yang
lain juga tidak memperhatikan dengan kehadiran lagi Noni. Bagi teman yang lain
ada atau tidak ada yang namanya Noni seperti hal yang biasa saja. Karena banyak
sekali kegiatan yang tidak diikuti Noni maka diakhir tahun setelah bagi buku raport
Noni dinyatakan tidak naik kelas.
Sehari dua hari ditahun ajaran baru
Noni masih bertahan. Tidak kuat dengan ejekan teman-temannya atau bagaimana
Noni tidak mau berangkat lagi ke sekolah. Pihak sekolah juga melayangkan
beberapa kali surat panggilian agar yang bersangkutan sekolah lagi. Dikunjungi
kerumahnya anak ini tetap saja tidak memperlihatkan
keinginan untuk sekolah kembali. Dengan terpaksa akhirnya anak ini menyatakan
pengunduran dirinya.
“Kamu ini bagaimana sih Noni?’
“Dulu minta sekolah lagi tapi kalau
sudah tidak naik ingin tidak sekolah lagi!”
“Sekolah dianggap main-main!”
Noni hanya diam
saja diomeli sang ibu. Dirinya yang bertubuh besar inginnya kalau sekolah naik
seperti yang lainnnya. Kalau tetap tinggal di kelas 8 tentu tidak mau. Anak
jaman sekarang memang ingin enak sendiri tidak tahu aturan yang telah
ditetapkan sekolah.
Tidak ada kegiatan lagi yang
dilakukan si Noni. Ia makin dekat saja dengan si Dodi yang hampir tiap malam
selalu apel. Casminah yang juga makcomblang dikampungnya tentu merasa risi dengan
ulah sang anak. Pacarnya di Dodi yang hanya penganguran berat tentu akan menambah
pusing dirinya nanti kalau anak ini jadi dengan si Dodi. Dihadapan sudah bakal
terlihat kalau kehidupan anaknya bakal suram kalau jadi dengan si Dodi.
Sekarang saja anaknya banyak permintaan nanti akan diberi apa anaknya kalau
kawin dengan si Dodi? Tak ingin hal itu terjadi lalu Casminah memikirkan bakal
jodoh buat anaknya. Satu per satu orang-orang yang terlihat mapan dikampungnya
ia absen. Tak apalah tua juga yang penting bisa membahagiakan anaknya. Otak
terus berfikir akhirnya sampai juga pada salah seorang anak temannya yang sudah
lama jomblo tapi sudah memiliki umur. Anak ini sudah 41 tahun usianya namun
masih sendiri. Baru pulang dari Taiwan! Adik-adiknya saja diberi motor oleh
anak ini apalagi kalau nanti kawin dengan si Noni setidaknya bisa membahagiakan pikir Casminah sederhana.
Sudah lihai dalam hal urusan
menjodoh-jodohkan anak. Apalagi kalau sekatang yang ingin dijodohkannya ini
adalah anaknya sendiri. Casminah ingin agar anaknya bisa bahagia tentu dengan
versi Casminah. Setidaknya dapat Taiwanan yang sudah bertahun-tahun sudah
dipastikan uangnya banyak. Inilah yang ada
di benak orang tua seperti Casminah. Walaupun ia sudah banyak dipusing kan oleh
ulah sang anak. Bentongor-bentongor juga
adalah anak sendiri. Harus bagaimana lagi? Model anak yang seperti ini jangan
diberikan pilihan. Kalau orangtuanya sudah setuju pasti anak akan setuju juga!
Itulah doktrin yang diberikan Casminah.
Dipilihnya waktu yang tepat agar
sang anak bisa mau menerima pilihan sang orangtua.
“Nok sini duduk dekat ibu”
“Ada khabar yang baik dari ibu”
Casminah lalu
membuka kantong kresek hitam yang berisi kotak hp.
“Ini ada HP baru dari si Juned yang
baru pulang dari Taiwan”
“Kamu mau!”
Yang namanya
Noni dari dulu ingin HP tentu tawaran seperti itu tidak dipikir terlalu lama.
“Mau-mau”, sambil merebut bungkusan
HP yang masih berada ditangan sang ibu
“Tapi kamu harus juga mau dengan
Juned!”
Sudah capai
dengan hidup miskin membuat Noni menerima saja apa yang ditawarkan sang ibu. Dari dahulu keinginan mempunyai HP
tidak pernah terlealisir kini seperti dalam mimpi ada orang yang memberikan HP.
Masalah Juned usianya lebih tua bagi
Noni tidak menjadi masalah. Yang penting orang ini tidak pernah menyakiti orang lain. Kalau Juned sampai usia
41 tahun belum memiliki jodoh bukannya tanpa alasan. Pendapat-pendapat miring
tentang Juned selalu dikesampingkan. Yang penting Juned adalah orang yang bisa
memberikan kebahagiaan tak terkecuali segala pemberian-pemberiannya selama ini
termasuk HP!
Usia yang terpaut jauh yang satu 14 tahun
sedang yang satu 41 tahun. Bersanding duduk berdua dipelaminan seolah jagad ini
hanya mereka yang memilikinya. Usia muda tidak menghalangi untuk bisa
meresmikan pernikahan. Seperti biasa…. usia Noni yang masih muda lalu dituakan
agar bisa lolos administrasi di KUA.
Cirebon, 30 April 2014
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar