Cerpen
ZIARAH
Bagian Kelima
Oleh : Nurdin Kurniawan
Aroma minyak angin, balsam, PPO ataupun
Cap Kapak mulia terasa. Maklumlah yang naiknya orang-orang yang sudah udzur.
Beda sekali dengan piknik yang membawa anak-anak sekolah. Bau harum di bus
adalah suatu yang bisa dikatakan wajib. Namun kalau sudah ada di bus yang
membawa para peziarah aroma balsam, minyak angin , PPO, Cap Kapak adalah suatu yang khas. Bunyi ao-ao-ao sepanjang perjalanan mulai
terdengar lagi. Mereka adalah orang-orang yang tak kuat dingin dengan mobil bus
yang ber-AC.
Pukul 00.16 rombongan tiba di Komplek Pemakaman Sunan Kalijaga. Walau
sudah memasuki dini hari tak membuat rombongan untuk istirahat sejenak. Terus
dan terus berjalan walau sudah berganti hari. Peziarah yang lain juga tak henti-hentinya berdatangan.
Inilah yang membedakan acara wisata ziarah yang religi dengan wisata biasa.
Sepanjang lorong memasuki kawasan
ziarah di Komplek Sunan Kalijaga pedagang berderet. Walau dinihari mereka masih
saja buka. Sepertinya tak ada yang namanya istirahat berdagang di Komplek Pemakaman
Sunan Kalijaga. Selama peziarah berdatangan selama itu pula yang namanya
mengais rejeki tak pernah ditinggalkan.
Kalau boleh dibandingkan dengan
makam-makan Wali yang lain mungkin
Komplek Pemakaman Sunan Kalijaga ini adalah yang paling mewah. Sepanjang
perjalanan tertata rapih. Begitu pula dengan komplek pemakamannya yang begitu
bagus. Orang yang ziarah akan merasa
betah dengan penataan yang cantik.
Memasuki komplek sudah kurang lebih
ada 4 rombongan peziarah dari daerah lain. Untuk berdoa saja kekurangan tempat.
Menunggu sebentar agar para peziarah yang lainnya selesai dahulu. Setelah ada
tempat yang kosong barulah kami bisa mencari tempat untuk berdoa.
Ada 4 sudut ruangan yang bisa
digunakan untuk berdoa. Sepanjang keliling makam memang ada ruangan terbuka
yang bisa dimanfaatkan para peziarah
untuk berdoa. Dari makam ke utara, selatan, timur dan barat memang area kosong
yang sengaja diciptakan agar para peziarah dengan tenangnya bisa berdoa.
Di dinding makam tertera tulisan
“Dilarang Menggunakan PengerasSuara”. Ya kalimat itu banyak dijumpai
disepanjang sudut agar para peziarah tidak berlomba-lomba menggunakan pengeras
suara. Kasihan jamaah dari daerah lain yang kebetulan suaranya kecil. Namun
tetap saja walau ada tulisan yang seperti itu yang namanya TOA ataupun pengeras
suara dipergunakan. Rombongan yang satu dengan rombongan yang lain
berlomba-lomba tahlilan dengan suara yang keras padahal waktu sudah menunjukkan pukul 01.00. Tak menjadikan
halangan untuk terus berdoa. Tempat-tempat seperti inilah yang namanya berdoa
terasa khusu.
***
Berburu pernak-pernik tentang segala
sesuatu yang berlabel Sunan Kalijaga memang disinilah tempatnya. Para pedagang
sudah memahami kalau wisata ziarah juga merupakan asset yang sangat berharga.
Industri kerajinan juga bannyak dipengaruhi oleh barang-barang yang berlabel
Sunaan Kalijaga. Lihat saja bermacam-macam
kaos yang bergambar Sunan Kalijaga, berbagai cendra mata juga
memperlihatkan lokasi Makam Sunan Kalijaga.
Para pemburu oleh-oleh walau
dinihari seperti ini tak terpengaruh.Mereka terus dan terus saja berbelanja.
Hampir di tiap lokasi yang namanya belanja seperti tak mau ketinggalan. Banyak
persamaannya antara barang-barang yang dijual di satu lokasi dengan lokasi yang
lainnya namun tetap saja ada beberapa bagian yang memang menjadi ciri khas
daerah yang bersangkutan. Teman yang kebetulan mengkoleksi tasbeh berhenti
sebentar untuk menawar tasbeh.
“Berapa Pak?”
Si penujulan
menawarkan hampir 2 kali lipat dari
harga normal barang.
“20 Ribu”
Tawar menawar
yang pintar membuat akhirnya disepakati harganya jadi Rp. 8.000. Memang untuk
harga di pasaran memang kisarannnya seperti itu. Jadi dilokasi ziarahpun kita
harus pandai-pandai dalam menawar suatu harga barang.
Kalau lagi banyak uang mungkin akan
senang dengan lokasi-lokasi yang seperti ini untuk berbelanja. Banyak pilihan
dan banyak pula yang ditawarkan. Tapi manakala yang dibawanya hanya pas-pasan
seperti diriku harus bisa-bisa menahan diri. Gampang untuk wisata belanja sih nanti
saja diakhir acara karena perjalanan
hari ini masih sangat panjang. Perjalanan akan dilanjutkan ke Sunan Kudus.
Suasana dingin mulai menghinggapi
para peziarah. Aku sempatkan dahulu untuk menyicipi kuliner dari Bayalangu
berupa minuman kalau disini disebutnya
dengan skoteng namun ada bedanya sedikit. Disana ada semacam kolek biji salak
yang dimasukkan dalam wedang tersebut. Entah aku lupa namanya. Di pagi seperti
ini terasa menghangatkan badan. Harganya masih terjangkau satu gelasnya hanya
R. 4.000. Badan jadi berkeringat dan mata segar kembali. Siap mengantarkan
diriku menuju obyek ziarah berikutnya.
Sepanjang jalanan yang namanya bus-bus
pariwisata berjejer. Tempat parkir yang sempit membuat bus yang ada lebih
senang memarkir kendaraannya sepanjang jalan menuju lokasi Makam Sunan
Kalijaga. Suka terbayang bagimana beliau ketika masih hidupnya dulu?
Meninggalnya saja makamnya tak pernah sepi dari peziarah. Inilah suatu
kelebihan yang diberikan pada seorang Wali. Begitu banyak jasanya membuat amal
baiknya selaku dikenang sampai akhir zaman.
Masuk bus lagi. Masuk pula aroma
khas di bus yang penumpangnya adalah mereka yang sudah udzur. Kini ditambah
aroma pagi yang tentunya beda setelah hampir seharian di bus terus. Pokoknya
harus tahan apapun dengan bau yang dihirup. Namanya juga orang sedang berziarah
tentu beda sekali dengan jenis wisata yang lainnya. Disinilah uniknya wisata
ziarah.
Dilihat tetangga sebelah yang
namanya Mang Darno. Rupanya dari rumah sengaja ia bersama istrinya berbekal
yang namanya Pop Mie. Kalau aku perhatikan bila usai ziarah dan naik kembali ke
bus itu yang namanya pop mie menjadi hidangan istimewa. Para peziarah yang
rata-rata sudah sepuh ini memang dari rumah membekali dengan yang
namanya air panas. Termos hampir ada dideretan kursi penumpang. Tadinya
aku suka mentertawakan dalam hati dengan apa yang mereka bawa termasuk kalau
sudah melihat termos. Kini baru tahu kalau yang mananya termos sangat
dibutuhkan sekali. Seperti kalau sudah dingin oleh AC bus yang tak pernah
kecil. Badan jadi bawaannya lapar terus. Pas sekali kalau menyeduh Pop Mie.
Bicaranya makan melulu! Aku jadi ikutan
lapar.
***
Sunan Kalijaga selain sebagai
seorang ulama beliau juga seniman yang handal. Dakwahnya yang sangat menyentuh
disesuaikan dengan kondisi zaman. Ketika masyarakat senang akan pewayangan maka
beliau juga mendakwahkan dengan media wayang. Ketika masyarakat senang akan
lagu-lagu maka tak sedikit lagu yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Mungkin
kita pernah degar lagu Lir-Ilir.
Ternyata lagu itu dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga. Beberapa tokoh wayang juga
beliau ciptakan. Makanya dalam wayang yang diciptakan Sunan Kalijaga sangat
bernuansa Islami. Walau masih ada pakem yang sama tentang jalan ceritanya
disisi lain memasukkan unsur-unsur Islamnya. Terpadulah kebudayaan Hindu dengan
kebudayaan Islam. Orang yang sangat lihai memadukan dua unsur kebudayaan inilah diantaranya Sunan Kalijaga.
Tak disangsikan lagi kalau ilmu
orang seperti Sunan Kalijaga . Ceritanya banyak berkembang dari mulut ke mulut.
Petilasanyapun berserakan diberbagai tempat. Sebagai orang Cirebon aku juga
tentu mengenal beberapa petilasan Sunan Kalijaga. Di Cirebon ini ada beberapa
tempat yang identik dengan Sunan Kalijaga. Ada kelurahan Kalijaga di Cirebon,
ada pula petilasan Kalijaga yang banyak monyetnya dekat Penggung.
Dari tempat-tempat yang jauh yang
ada di Jawa Barat sudah bisa dipastikan kalau Sunan Kalijaga ini seorang
pengembara juga. Berkeliling dari satu wilayah ke wilayah lain mengembara
menyebarkan ajaran Islam. Perjalanan suci dalam rangka berdakwah di jalan
Alllah.
Subhanallah!
Kini beliau sudah meninggalkan kita semua. Kuburannya tak pernah sepi dari
peziarah. Amal baktinya akan selalu dikenag oleh siapapun. Para peziarah tak henti-hentinya
berdoa bagi beliau. Semoga beliau mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya.
Amien.
Cirebon, 24 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar