Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 24 Juni 2019

ZIARAH Bagian Kelima (Cerpen)


Cerpen
ZIARAH
Bagian Kelima
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Aroma minyak angin, balsam, PPO ataupun Cap Kapak mulia terasa. Maklumlah yang naiknya orang-orang yang sudah udzur. Beda sekali dengan piknik yang membawa anak-anak sekolah. Bau harum di bus adalah suatu yang bisa dikatakan wajib. Namun kalau sudah ada di bus yang membawa para peziarah aroma balsam, minyak angin , PPO, Cap Kapak  adalah suatu yang khas. Bunyi ao-ao-ao sepanjang perjalanan mulai terdengar lagi. Mereka adalah orang-orang yang tak kuat dingin dengan mobil bus yang ber-AC.
            Pukul 00.16 rombongan tiba  di Komplek Pemakaman Sunan Kalijaga. Walau sudah memasuki dini hari tak membuat rombongan untuk istirahat sejenak. Terus dan terus berjalan walau sudah berganti hari. Peziarah yang  lain juga tak henti-hentinya berdatangan. Inilah yang membedakan acara wisata ziarah yang religi dengan wisata biasa.
            Sepanjang lorong memasuki kawasan ziarah di Komplek Sunan Kalijaga pedagang berderet. Walau dinihari mereka masih saja buka. Sepertinya tak ada yang namanya istirahat berdagang di Komplek Pemakaman Sunan Kalijaga. Selama peziarah berdatangan selama itu pula yang namanya mengais rejeki tak pernah ditinggalkan.
            Kalau boleh dibandingkan dengan makam-makan Wali yang lain mungkin  Komplek Pemakaman Sunan Kalijaga ini adalah yang paling mewah. Sepanjang perjalanan tertata rapih. Begitu pula dengan komplek pemakamannya yang begitu bagus. Orang yang ziarah akan merasa  betah dengan penataan yang cantik.
            Memasuki komplek sudah kurang lebih ada 4 rombongan peziarah dari daerah lain. Untuk berdoa saja kekurangan tempat. Menunggu sebentar agar para peziarah yang lainnya selesai dahulu. Setelah ada tempat yang kosong barulah kami bisa mencari tempat untuk berdoa.
            Ada 4 sudut ruangan yang bisa digunakan untuk berdoa. Sepanjang keliling makam memang ada ruangan terbuka yang  bisa dimanfaatkan para peziarah untuk berdoa. Dari makam ke utara, selatan, timur dan barat memang area kosong yang sengaja diciptakan agar para peziarah dengan tenangnya  bisa berdoa.
            Di dinding makam tertera tulisan “Dilarang Menggunakan PengerasSuara”. Ya kalimat itu banyak dijumpai disepanjang sudut agar para peziarah tidak berlomba-lomba menggunakan pengeras suara. Kasihan jamaah dari daerah lain yang kebetulan suaranya kecil. Namun tetap saja walau ada tulisan yang seperti itu yang namanya TOA ataupun pengeras suara dipergunakan. Rombongan yang satu dengan rombongan yang lain berlomba-lomba tahlilan dengan suara yang keras padahal waktu sudah  menunjukkan pukul 01.00. Tak menjadikan halangan untuk terus berdoa. Tempat-tempat seperti inilah yang namanya berdoa terasa khusu.
                                                                        ***
            Berburu pernak-pernik tentang segala sesuatu yang berlabel Sunan Kalijaga memang disinilah tempatnya. Para pedagang sudah memahami kalau wisata ziarah juga merupakan asset yang sangat berharga. Industri kerajinan juga bannyak dipengaruhi oleh barang-barang yang berlabel Sunaan Kalijaga. Lihat saja bermacam-macam  kaos yang bergambar Sunan Kalijaga, berbagai cendra mata juga memperlihatkan lokasi Makam Sunan Kalijaga.
            Para pemburu oleh-oleh walau dinihari seperti ini tak terpengaruh.Mereka terus dan terus saja berbelanja. Hampir di tiap lokasi yang namanya belanja seperti tak mau ketinggalan. Banyak persamaannya antara barang-barang yang dijual di satu lokasi dengan lokasi yang lainnya namun tetap saja ada beberapa bagian yang memang menjadi ciri khas daerah yang bersangkutan. Teman yang kebetulan mengkoleksi tasbeh berhenti sebentar untuk menawar tasbeh.
            “Berapa Pak?”
Si penujulan menawarkan hampir 2 kali lipat dari  harga normal barang.
            “20 Ribu”
Tawar menawar yang pintar membuat akhirnya disepakati harganya jadi Rp. 8.000. Memang untuk harga di pasaran memang kisarannnya seperti itu. Jadi dilokasi ziarahpun kita harus pandai-pandai dalam menawar suatu harga barang.
            Kalau lagi banyak uang mungkin akan senang dengan lokasi-lokasi yang seperti ini untuk berbelanja. Banyak pilihan dan banyak pula yang ditawarkan. Tapi manakala yang dibawanya hanya pas-pasan seperti diriku harus bisa-bisa menahan diri. Gampang untuk wisata belanja sih nanti saja diakhir  acara karena perjalanan hari ini masih sangat panjang. Perjalanan akan dilanjutkan ke Sunan Kudus.
            Suasana dingin mulai menghinggapi para peziarah. Aku sempatkan dahulu untuk menyicipi kuliner dari Bayalangu berupa  minuman kalau disini disebutnya dengan skoteng namun ada bedanya sedikit. Disana ada semacam kolek biji salak yang dimasukkan dalam wedang tersebut. Entah aku lupa namanya. Di pagi seperti ini terasa menghangatkan badan. Harganya masih terjangkau satu gelasnya hanya R. 4.000. Badan jadi berkeringat dan mata segar kembali. Siap mengantarkan diriku menuju obyek ziarah berikutnya.
            Sepanjang jalanan yang namanya bus-bus pariwisata berjejer. Tempat parkir yang sempit membuat bus yang ada lebih senang memarkir kendaraannya sepanjang jalan menuju lokasi Makam Sunan Kalijaga. Suka terbayang bagimana beliau ketika masih hidupnya dulu? Meninggalnya saja makamnya tak pernah sepi dari peziarah. Inilah suatu kelebihan yang diberikan pada seorang Wali. Begitu banyak jasanya membuat amal baiknya selaku dikenang sampai akhir zaman.
            Masuk bus lagi. Masuk pula aroma khas di bus yang penumpangnya adalah mereka yang sudah udzur. Kini ditambah aroma pagi yang tentunya beda setelah hampir seharian di bus terus. Pokoknya harus tahan apapun dengan bau yang dihirup. Namanya juga orang sedang berziarah tentu beda sekali dengan jenis wisata yang lainnya. Disinilah uniknya wisata ziarah.
            Dilihat tetangga sebelah yang namanya Mang Darno. Rupanya dari rumah sengaja ia bersama istrinya berbekal yang namanya Pop Mie. Kalau aku perhatikan bila usai ziarah dan naik kembali ke bus itu yang namanya pop mie menjadi hidangan istimewa. Para peziarah yang rata-rata sudah sepuh ini memang dari rumah membekali  dengan yang  namanya air panas. Termos hampir ada dideretan kursi penumpang. Tadinya aku suka mentertawakan dalam hati dengan apa yang mereka bawa termasuk kalau sudah melihat termos. Kini baru tahu kalau yang mananya termos sangat dibutuhkan sekali. Seperti kalau sudah dingin oleh AC bus yang tak pernah kecil. Badan jadi bawaannya lapar terus. Pas sekali kalau menyeduh Pop Mie. Bicaranya  makan melulu! Aku jadi ikutan lapar.
                                                                        ***
            Sunan Kalijaga selain sebagai seorang ulama beliau juga seniman yang handal. Dakwahnya yang sangat menyentuh disesuaikan dengan kondisi zaman. Ketika masyarakat senang akan pewayangan maka beliau juga mendakwahkan dengan media wayang. Ketika masyarakat senang akan lagu-lagu maka tak sedikit lagu yang diciptakan oleh Sunan Kalijaga. Mungkin kita pernah degar lagu Lir-Ilir. Ternyata lagu itu dipopulerkan oleh Sunan Kalijaga. Beberapa tokoh wayang juga beliau ciptakan. Makanya dalam wayang yang diciptakan Sunan Kalijaga sangat bernuansa Islami. Walau masih ada pakem yang sama tentang jalan ceritanya disisi lain memasukkan unsur-unsur Islamnya. Terpadulah kebudayaan Hindu dengan kebudayaan Islam. Orang yang sangat lihai memadukan dua unsur kebudayaan  inilah diantaranya Sunan Kalijaga.
            Tak disangsikan lagi kalau ilmu orang seperti Sunan Kalijaga . Ceritanya banyak berkembang dari mulut ke mulut. Petilasanyapun berserakan diberbagai tempat. Sebagai orang Cirebon aku juga tentu mengenal beberapa petilasan Sunan Kalijaga. Di Cirebon ini ada beberapa tempat yang identik dengan Sunan Kalijaga. Ada kelurahan Kalijaga di Cirebon, ada pula petilasan Kalijaga yang banyak monyetnya dekat Penggung.
            Dari tempat-tempat yang jauh yang ada di Jawa Barat sudah bisa dipastikan kalau Sunan Kalijaga ini seorang pengembara juga. Berkeliling dari satu wilayah ke wilayah lain mengembara menyebarkan ajaran Islam. Perjalanan suci dalam rangka berdakwah di jalan Alllah.
            Subhanallah! Kini beliau sudah meninggalkan kita semua. Kuburannya tak pernah sepi dari peziarah. Amal baktinya akan selalu dikenag oleh siapapun. Para peziarah tak henti-hentinya berdoa bagi beliau. Semoga beliau mendapatkan tempat yang layak disisi-Nya. Amien.

                                                                                                                         Cirebon, 24 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar