Cerpen
BAGIKAN SEMUA
Oleh : Nurdin Kurniawan
Semalaman yang namanya mengisi buku
rapor belum juga kelar. Mata malah tak kuat lagi menatap angka-angka. Kalau
sudah begini harus aku maklumi bahwa kegiatan pengisian harus segera diakhiri.
Daripada nanti menuliskannya salah terus maka lebih baik mata diistirahatkan
dahulu.
Salah dalam pengisian rapor bukan
pertama kali aku lakukan. Kalau sudah
ngantuk atau terlalu suntuk maja jangan dipaksakan. Bila dipaksakan maka akan
berpengaruh terhadap apa yang diisikan. Salah! Ya… bisa jadi begitu. Kesalahan
yang menyebabkan siswa jadi tambah bagus nilainya maka untuk yang ini jangan
dipermasalahkan, yang dipermasalahkan adalah kalau yang
diterima siswa jadi lebih kecil dari yang seharusnya. Inilah bahayanya
kalau sudah terlalu jenuh atau ngantuk! Maka istirahat adalah jalan yang
terbaik.
Adzan shubuh sudah terdengar
mengingatkan agar umat Islam bersegera menunaikan kewajibannya masing-masing.
Aku ingat akan kewajiban yang belum tuntas. Buku rapor masih ada yang belum
terisi. Bangun pagi, mandi, sholat shubuh lalu dilanjutlan lagi mengisi buku
rapor. Pekerjaan rutin yang harus dilakukan wali kelas dalam setiap
semesternya.
Sehari selumnya di sekolah ada
pembinaan. Dalam teknis pembagian rapor ada 2 hari. Hari Jum’at untuk mereka yang
sudah lunas keuangan semuanya dan hari Sabtu untuk mereka yang baru saja menyelesiakan
sejumlah tunggakannya. Cara yang seperti ini tentu mendapat bantahan dari salah
seorang guru.
“Kepercayaan
masyarakat disini sudah mulai membaik”
“Ini
dibuktikan tahun ajaran baru siswanya bertambah lagi”
“Kini
muncul lagi upaya yang bisa menyebabkan orangtua kecewa!”
“Ya…teknis
pembagian yang seperti ini hanya akan menambah
kurang percaya orangtua siswa”
“Sekalian
saja kalau mau hari Jum’at maka Jum’at”
“Atau
kalau hari Sabtu ya Sabtu!”
“Jangan
dipisah-pisahkan Jum’at dan Sabtu!”
Dalam hati ini berfikir tumben guru yang satu ini
usulannya bagus. Biasanya kalau usul tidak begitu cemerlang.
Tetap saja ada yang pro dan ada yang kontra. Diperjelas lagi oleh guru yang setuju dengan cara yang
seperti ini. Akhirnya suasana rapat jadi ramai. Disitu ada pula pengawas. Biar
tahu kalau kehidupan dalam alam demokrasi seperti itu. Hal biasa yang harus
disikapi biasa pula.
Usulan bagus tapi kalau hanya
didukung satu orang maka usulan yang bagus itu malah jadi tidak bagus. Rupanya
sebelumnya sudah apa kesepakatan yang seperti itu. Bagiku yang juga sama-sama
walikelas punya keyakinan bahwa yang namanya buku raport itu harus dibagikan walaupun
yang bersangkutan punya tunggakan. Mau kecil ataupun banyak tunggakannya tetap
yang namanya buku rapor harus segera dibagikan. Bagi yang setuju syukur bagi yang
tidak setujupun tak apa-apa.
Makanya ketika bagi rapor dimana aku jadi walikelasnya bagi yang
ada anaknya maka buku rapor dibagikan hari itu juga. Aku tidak melihat yang bersangkutan
punya hutang di sekolah ataupun tidak. Tidak ada niatan bagi aku untuk menahan
rapor siswa. Bagikan saja semuanya agar siswa juga senang diakhir semester yang
namanya buku rapor ada di tangan mereka.
Kadang hasil keputusan tidak bisa
disamaratakan dalam hal pengambilan kebijakannya. Ada lagi keputusan yang lebih
tingggi. Semenjak birokrasi pendidikan mulai terbuka maka yang namanya buku
rapor harus diterima siswa tanpa ada pengecualian. Kalau anaknya datang atau
orangtuanya datang maka hukumnya harus dibagikan . Terkecuali ada halangan yang menyebabkan
anak atau orangtuanya tidak bisa datang maka yang seperti itu tak menjadi masalah.
Aku termasuk walikelas yang tidak ingin anak dipersulit dalam hal penerimaan
buku raport. Bagikan semua saja agar wali kelas juga tenang dan anak juga merasa senang. Betapa
repotnya kalau wali kelas harus membawa-bawa buku rapor yang tidak diambil.
Kalau sudah dibagikan semua rasanya hati ini juga ikut tenang. Plong….. bila
sudah dibagikan semuanya.
Masuk lagi ke ruang guru hanya ada
sisa 3 buku rapor yang belum dibagikan. Ketiga anak ini tidak masuk kelas.
Kalau saja semuanya masuk maka akan aku bagikan semuanya. Dasar anak waktu pembagian
buku rapor masih ada saja yang tidak bisa hadir. Kalau sudah seperti ini bukan
tanggungjawab walikelasnya lagi.
Usai pembagian rapor wacana teknik
pembaian rapor itu menjadi pembicaraan. Tetap saja keputusan yang diambil
sekolah dengan apa yang terjadi dilapangan berbeda-beda. Guru-guru sudah pada
tahu kalau yang namanya buku rapor harus dibagikan tanpa pengecualian. Kalaupun
ada upaya dari sekolah agar semua tungggakan siswa bisa diatasi dengan cara
menunda sehari buku rapor bukan merupakan langkah yang bisa menjadikan
walikelas aman. Hal yang seperti ini bisa membuat masalah baru. Jadi ada
walikelas yang tidak terpengaruh dengan upaya sekolah yang hendak menundanya sampai
sehari. Termasuk diriku yang inginnya semua dibagikan pada hari itu semua.
Kalaupun ada yang tidak diambil bukan karena walikelasnya yang menahan tapi
memang karena si anaknya yang tidak masuk sekolah.
Teknis! Sekali lagi yang seperti itu
masalah teknis! Jangan dipermasalahkan karena hal ini hanya merupakan tehnis
saja. Caranya memang bisa bermacam-macam
tapi jangan menimbulkan polemik barau. Bermainlah yang cantik agar masyarakat
tidak menanggapinya dengan sinis. Apa yang sudah baik dilakukan maka teruslah
dilakukan. Menjaga nama baik memang bukanlah perkara mudah. Mudah-mudahan semua
pihak tak memaksakan kehendaknya masing-masing.
***
Musim hujan yang bersamaan dengan
pembagian buku rapor membuat orangtua dibuat sibuk. Aku juga yang mempunyai anak
yang seusia sekolah tentu pada saat yang seperti ini sama dibuat sibuk. Kedua
anakku yang pertama duduk di kekas 8 dan yang nomer dua duduk di kelas 2 SD.
Hampir pada saat yang bersamaan keduanya dibagikan buku rapornya. Beruntung
kalau di semester pertama sih yang mengambilnya anak sendiri. Tapi nanti kalau
sudah disemester dua maka harus kerja keras. Bagi-bagi waktulah agar bisa menghadiri
pembagian rapor punya anak sendiri.
Sebagai orangtua tentunya juga punya
kecemasan manakala pembagian buku rapor ini. Setidaknya tidak ingin mendengar
ada hal-hal yang kurang enak. Kalau ada nilai yang masih berada di bawah KKM
ini artinya sebagai orangtua harus ekstra juga mengawasi tingkah si anak selama
di sekolah.
Alhamdulillah!
Setelah buku rapor diterima keduanya menunjukkan nilai yang bagus-bagus.
Sebagai orangtua tentunya bersyukur atas pencapaian yang dilakukan si anak.
Pengawasan berkelanjutan. Itulah
yang harus aku lakukan bila ingin anak-anaknya berhasil. Aku lihat memang bila
orangtuanya melakukan pengawasan yang baik ada kecenderungan anak-anaknya juga
akan berlaku baik. Aku sebagai orangtua berharap agar anak-anakku masih dalam
batas yang wajar pergaulannya dan tidak membuat orangtua spot jantung dibuatnya.
Libur panjang! Ya…kesempatan yang
seperti ini akan aku gunakan untuk membuat cerpen dan menyelesaiakan PTK. Aku punya
PTK yang harus digarap. Dalam MGMP disebutkan pesertanya harus bisa membuat
PTK. Dengan adanya PTK ini diharapkan yang namanya guru pandai membuat sebuah
penelitian. Bagiku tak masalah hanya soal waktu saja. Kalau sudah diharuskan
ada maka insya Allah apa yang diucari
itu akan ada dengan sendirinya.
***
Suka terbayangkan kalau yang namanya
pembagian buku rapor dikaitkan dengan apa yang harus dilunasi siswa. Aku yakin
akan banyak buku rapor yang masih berada di tangan gurunya. Kemampuan orangtuanya
belum bisa dikatakan bagus untuk sekolah dimana aku mengajar. Masih banyak yang
berada di bawah rata-rata. Banyak yang ortunya hanya jualan bubur , cuing
keliling, ataupun buruh tani. Penghasilannya hanya pas untuk makan. Kalau
disyaratkan harus lunas ini dan itu tentu akan ada beberapa siswa yang belum
bisa melunasinya. Kalau sudah seperti ini kasihan juga!
Bagiku yang kemarin membagikan semua
pada siswanya yang berangkat maka tak menjadikan
masalah. Paling hanya akan menjadi pembicaraan bisik-bisik. Tak apalah toh payung
hukumnya jauh lebih jelas. Tak diperbolehkan sekolah menahan rapor siswa hanya
karena siswa yang bersangkutan masih punya tunggakan. Bagikan saja semuanya
tanpa melihat masih ada tunggakan ini
ataupun itu. Bagikan semua jangan ada kata ini dan itu, apalagi kalau harus
dibagikan keesokan harinya!
Sekolah memang gudangnya cerita. Tak
ada seharipun kalau kita mau untuk menuliskannya yang terlewat dari kisah di
sekolah. Banyak sekali kisah-kisah yang terjadi di sekolah. Aku bahkan kehabis
stok untuk mewawancarai anak-anak. Kalau saja ada stok tentunya hari ini juga
akan ada kisah yang diangkat dari anak-anak.
Namanya anak memang sangat lugu.
Kadang suka tertawa dengan kejadian yang dialami anak. Kesempatan emas untuk mengorek cerita mereka
jauh lebih dalam. Sayang! Keburu libur sehingga ada beberapa kisah anak yang
seharusnya bisa aku selesaikan di hari libur ini terlewat begitu saja.
Mudah-mudahan pada kesempatan mendatang kisah anak ini banyak stoknya sehingga
bisa digarap kalau memang aku sudah kosong akan ide.
Berbagi pengalaman! Itulah inti dari
apa yang terjadi hari ini. Kebetulan sekali settingnya
ada di sekolah maka yang dibagi adalah kisah-kisah yang ada di sekolah. Tulis
dan tuliskan selagi aku masih sempat untuk menuliskannya. Semoga menarik apa
yang aku tulis hari ini. Semoga pula bisa dimbil hikmahnya dengan apa yang
barusan terjadi. Itulah kisah di sekolah yang bisa aku tuliskan.
Cirebon, 22 Desember 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar