Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 24 Juni 2019

ZIARAH Sunan Drajat Bagian Kedelapan (Cerpen)


Cerpen
ZIARAH
Sunan Drajat
Bagian Kedelapan 
Oleh : Nurdin Kurniawan

                Dari Sunan Gunung Djati, ke Sunan Kalijaga, dilanjutkan ke Sunan Kudus, terus berangkat lagi ke Sunan Muria,  Sunan Bonang dan kini ke Sunan Drajat. Putar-puter dahulu di kota Tuban. Kini pengetahuanku tentang kota Tuban sedikit banyak jadi tahu. Kota dipinggir pantai layaknya Cirebon tempat tingggalku. Bus terus mengarah kearah timur. Komplek pemakaman Sunan Drajat sendiri ada dimana aku belum tahu. Pokoknya ikuti saja pak supir membawa  bus yang kami tumpangi.
            Datang di Komplek Pemakaman Sunan Drajat sudah maghrib. Bus-bus pariwisata memenuhi hampir pelataran tempat parkir. Rombongan langsung menuju lokasi dimana Sunan Drajat dimakamkan.
            Masih ditemui tangga-tangga seperti yang dijumpai di Sunan Muria hanya saja jumlahnya tidak terlalu banyak. Hanya sebentar sudah hampir didepan Makam Sunan Drajat. Seperti biasa komplek pemakaman ini juga sudah dipenuhi peziarah dari daerah lain. Mencari tempat untuk berdoa ternyata sudah penuh. Hanya bagian dalam cungkup yang sempit itulah ada ruang untuk berdoa. Akhirnya Pak Kyai memilih berdoa di dalam cungkup.
            Agar bisa masuk di adalam cungkup kita harus jongkok. Pintu masuknya hanya kurang lebih 60 cm. jongkok jalan bebek sampai bisa ada di dalam. Bangunan cungkup yang pendek dengan jumlah jamaah yang ada didalamnya cukup banyak membuat udara begitu panas. Walau panas dan berdesakan ternyata berdoa ditempat  yang seperti ini membuat hati jadi tentram. Baru kali ini ziarah berdoanya ada dibagian dalam cungkup. Ada suatu kebanggan karena ada didalam cungkup yang tidak semua peziarah pernah melakukannya.
            Siapasih Sunan Drajta itu? Sunan Drajat yang nama aslinya Raden Kosim adalah putra dari Sunan  Ampel. Beliau juga disebut Sunan Mayang Madu sebuah gelar yang diberikan oleh Raden Patah. Masih saudara dengan Sunan Bonang. Kalau diruntut ternyata yang namanya Wali masih banyak hubungan darah dari yang satu dengan yang lainnya. Sunan Drajat pula  jadi menantu dari Sunan Gunung Djati. Pantas saja kalau orang-orang di Cirebon mengenal yang namanya Jalan Pangeran Drajat. Beliau yang dimaksud inilah yang namanya Sunan Drajat.
            Kalau kita yang ada di Cirebon pasti akan ingat selalu dengan  petuah Sunan Gunung Djati  ingsun titip tajug lan fakir miskin’ maka untuk  Sunan Drajat pesannya sangat banyak. Diantara pesannya yang terkenal diantaranya:
1.      Memangun resep teyasing sasomo (kita selalu membuat senang hati orang lain)
2.      Jroning suko kudu eling lan waspodo (didalam suasana riang kita harus tetap ingat dan waspada)
3.       Laksitaning subroto tan nyipto marang pringgo bayaning lampah (didalam perjalanan untuk mencapai cita-cita luhur kita tidak peduli dengan segala bentuk rintangan)
4.       Meper hardening panca driya ( kita harus selalu menekan gelora nafsu)
5.       Heneng-Hening-Henung (dalam keadaan diam kita akan memperoleh keheningan dan dalam keadaan hening  itulah kita akan mencapai cita-cita luhur).
6.       Mulyo guno Panca Waktu  (suatu kebahagiaan lahir batin hanya bisa kita capai dengan sholat 5 waktu)
7.       Manehono teken marang wong kang wuto, manehono mangan marang wong kang luwe. Manehono busono marang wong kang wudo, manehono ngiyup marang wong kang kadonan (ajarkan ilmu pada orang yang tidak tahu, berilah makan kepada orang yang lapar, berilah baju pada orang yang tidak punya baju, serta beri perlindungan orang yang menderita).
Itulah filosofi hidup Sunan Drajat yang cukup menggetarkan hati. Banyak memberikan petuah pada kita yang masih hidup agar selalu ingat akan Allah SWT.
            Doa digelar didalam cungkup yang sempit. Jamaah berdesak-desakan asal kebagian tempat duduk. Bisa berdoa didalam cungkup ini membuat hati merasa bangga. Ziarah-ziarah sebelumnya selalu saja berada diluar cungkup sehingga tak tahu bagaimana kondisi makam aslinya.
            Usai berdoa kembali lagi kini berada diluar ruangan. Udara dingin mulai terasa maklumlah Kompek Pemakaman Sunan Drajat ini masih juga terdapat di daerah yang lebih tinggi bila dibandingkan dengan daerah sekitarnya.   Seperti tradisi para Wali yang lainnya mereka memilih tempat peristirahatan terakhir berada diatas bukit ataupun gunung.
                                                                        ***
            Sadar akan kewajiban belum melaksanakan sholat ashar dan magrib maka aku mencari mushollah dahulu. Beginilah kalau tertingggal dari Pak Kyai. Tadi sempat aku ke WC dahulu agak lama. Maklumlah perut  terasa tidak enak berada di ruangan yang ber-AC terus.  Setelah keluar dari WC tak aku temukan rombongan yang selama ini menjadi patokan dalam melakukan suatu kegiatan. Teringat kalau aku belum sholat maka aku cari mushola dahulu. Sholat sebagaimana biasanya. Waktu memasuki waktunya sholat isya maka aku langsung kerjakan sholat isya juga.
            Ada hal yang menarik ketika aku mengerjakan shlat isya. Ketika aku melaksanakan sholat  ada beberapa lembar uang ribuan yang membuat aku galau juga. Tadi sepertinya tidak ada. Ketika aku sholat rupanya ada peziarah yang dari luar yang melemparkan uang. Suatu kebiasaan peziarah yang suka saweran dengan tempat-tempat tertentu. Aku lanjutkan terus sholat sampai selesai. Aku perhatikan uang tersebut. Tak ada jamaah yang lain kecuali aku sendiri. Rasanya mubazir uang berserakan tidak dimanfaatkan,  lalu aku  rawati agar bisa bermanfaat.
            Menyusuri lorang yang dipadati penjual berbagai macam cinderamata yang mencirikan khas Sunan Drajat. Ujung lorong ini akhirnya sampai juga ke tempat parkir mobil. Peziarah yang lainnya sudah   berada di dalam bus. Aku hampir saja dicari-cari orang karena datangnya paling terlambat. Ah… kini tenang kalau sudah berada di dalam bus lagi. Perjalanan panjang siap dilanjutkan lagi.
            Di daerah wisata seperti ini segala macam yang ada bisa dijadikan uang. Banyak warga yang memanfaatkan potensi ziarah ini  dengan menyewakan sebagian tempat yang dimilikinya untuk kegiatan para peziarah. Mereka menyewakan kamar, WC, dan tempat untuk lesehan sekedar melepas rasa penat.
Perjalan di malam hari membuat pemandangan yang seharusnya banyak dilihat jadi tak sejelas di siang hari. Kini aku jadi tahu Desa Drajat, Kec Paciran, Kabupaten Lamongan. Kalau ingat Lamongan yang ada di benakku diantaranya adalah makanan khas dari daerah ini yaitu pecel lele. Tak menyangka daerah penghasil lele ini dapat aku kunjungi. Lamongan potensial sekali menjadi daerah wisata karena ada beberapa tempat lainnya yang banyak diziarahi para peziarah berhubunng dengan tempat dimakamkannya para Wali.
Di tempat-tempat wisata religi seperti ini penduduknya banyak menangkap peluang usaha. Salah satu yang paling banyak dicari peziarah yang datang dari berbagai penjuru daerah ialah fasilitas kamar mandi dan  WC. Tempat seperti ini tidak pernah sepi. Peziarah yang datang kemalaman pasti akan mencari fasilitas yang seperti ini. Datang bersih-bersih dahulu sebelum kemudian masuk lokasi ziarah.
Makam Sunan Drajat

Para manula apalagi yang banyak sekai menggunakan fasilitas yang satu ini. Maklumlah yang namanya manusia sudah lanjut usia sedikit-sedikit ke WC. Rasa-rasanya pantas sekali kalau bus wisata yang digunakan untuk ziarah setidaknya harus ada WC-nya. Maklumlah usia tua tak tahan kalau ingin buang air, beda dengan anak-anak muda yang tahan berjam-jam tidak ingin buang air.
Satu lagi pejalanan mengunjungi makam Waliyullah telah aku lakukan. Kini jadi tahu dimana letak makam Waliyullah Sunan Drajat. Keliling kota Lamongan untuk mengetahui keberadaan makam Sunan Drajat. Semoga Allah memberikan nikmat kubur pada Sunan Dajat dan keluarganya .  Perjalanan kali ini sungguh telah memberikan pengamalam baru. Kita senantiasa diingatkan dengan yang namanya kematian. Hidup di dunia hanyalah sebentar dan masih ada suatu perjalan yang masih sangat jauh. Kiranya kita sadar dengan hal ini. Akhirnya kita kembalikan apa yang dialami hari ini pada Allah agar setiap langkah yang kita lakukan bisa bermakna. Kiranya Allah senantiasa memberikan petunjuk pada setiap hamba-Nya yang selalu berusaha dan berdoa.

                                                                                                         Cirebon, 28 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar