Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 18 Juni 2019

BERALIH KE GEOTHERMAL (Artikel)


Artikel

BERALIH KE GEOTHERMAL
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

     

                                                                                                                                                               
                Sepanjang Bulan September – Oktober 2016 bahkan bulan-bulan sebelumnya bolak-balik ke Kota Cirebon via pantura kerap kali menyasikan demo di depan PLTU 1 dan PLTU II Cirebon yang dalam tahap pengerjaan. Sepintas mengamati apa yang didemokan penduduk sekitar tak jauh dari upaya pembebasan lahan yang tak kunjung beres. Masalah berikutnya yang mencuat adalah bahwa PLTU dibilang ‘tak ramah lingkungan’. Dua persoalan itu selalu mengemuka walau masih banyak persoalan lainnnya seperti perekrutan tenaga kerja. Setidaknya orang-orang yang terdampak polusi akibat beroperasinya PLTU menginginkan agar tenaga kerja lokal bisa diberdayakan. Belum lagi SCR yang belum dirasakan penduduk sekitar.
            Masih ingat ketika penulis melintasi di depan Kilang Minyak Balongan – Indramayu di malam hari. Radius beberapa kilometer dari kilang minyak di malam hari terang benderang. Jalan yang menghubungkan dari dan ke Kilang Balongan sangat terang karena di kanan kirinya ada lampu mercury  yang besar-besar. Sebagai orang yang melintasi depan PLTU Cirebon yang di jalan raya Kanci bila melintas pada  malam hari terasa gelap gulita. Padahal tak jauh dari jalan raya itu ada PLTU yang notabene sebagai penghasil energy listrik. Ironi sekali! Kilang Balong yang menghasilkan minyak saja CRSnya bisa dirasakan masyarakat dengan kondisi lingkungan yang terang benderang di malam hari. Ini, namanya PLTU tapi di malam hari membiarkan jalanan sekitarnya belap gulita. Barangkali CSRnya sekian persennya bisa dialihkan untuk menerangi jalan sehingga bisa dirasakan bukan hanya rakyat setempat tapi pelintas dari daerah lainpun ikut merasakan.
            Keterhambatan di jalan menyaksikan warga yang demo  yang membuat lahirnya tulisan ini. Sepertinya demo-demo yang seperti ini akan menghambat investor yang akan masuk ke Cirebon. Setidaknya investor akan lihat-lihat dahulu kalau akan menanamkan modal di Cirebon. Sedikit-sedikit demo, sedikit-sedikit demo! Walau demikian apa yang didemokan bisa dimengerti juga karena ada kemaslahatan umat didalamnya. Seperti diketahui dinegara-negara maju yang namanya penggunaan batubara sudah mulai ditinggalkan penggunaannya karena banyak menghasilkan polutan.
           
Energi Alternatif
Indonesia yang kaya akan gunung berapi sangat potensial menghasilkan energi geothermal (panas bumi). Energi panas bumi (atau energi geothermal) adalah sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal dari panas dalam bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh manusia atau sebab-sebab alami (hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk uap, yang bisa digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik. Biaya eksplorasi dan juga biaya modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar fosil. Namun, setelah mulai beroperasi, biaya produksinya rendah dibandingkan dengan pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi  hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik berbahan bakar fosil. Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas bumi melimpah seperti Indonesia yang memiliki 40 % cadangan panas bumi dunia, sumber energi terbarukan yang telah terbukti bersih ini tidak dimanfaatkan secara besar-besaran. Di samping menghasilkan listrik, energi geotermal juga bisa digunakan untuk pompa pemanas, alat mandi, pemanas ruangan, rumah kaca untuk tanaman, dan proses-proses industri.
Penggunaan energi di negara ini masih bergantung pada batubara, gas bumi dan minyak mentah untuk pembangkit listrik. Pemerintah mengabaikan potensi sumber-sumber energi terbarukan yang lain (seperti energi hidroelektrik, tenaga surya, biofuel dan biomass). Pihak swasta juga kurang berminat untuk berinvestasi di sumber-sumber energi terbarukan di Indonesia karena iklim investasi negara ini yang rumit (birokrasi yang buruk, korupsi, kurangnya infrastruktur yang layak, dan kurangnya kepastian hukum). Terlebih lagi, berlimpahnya batu bara yang murah di Indonesia membuat investasi dalam energi yang terbarukan kurang menarik.
Sekitar 40% cadangan energi geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia, maka negara ini diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal terbesar di dunia dan karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan. Namun, sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya.
PLTU yang bahan bakarnya batubara walau mengantongi sertifikat amdal nyatanya bermasalah. PLTU Sumur Adem di Indramayu banyak menuai protes demikian juga yang di Cirebon. Kini bahkan mau ditambah satu lagi PLTU II Cirebon ini artinya akan menambah masalah lagi bagi warga sekitarnya. Lalu kenapa pemerintah tetap saja membangun PLTU II yang bahan bakarnya batubara? Sedikit merenung akhirnya terjawab juga. Ya…karena batubara di Indonesia melimpah,  murah lagi. Hal inilah yang membuat investasi dalam energi terbarukan kurang diminati.
Semalam melihat tangan di televisi swasta yang mewartakan rumah parlemen ada informasi yang membangggakan. Kini pemerintah akan membentuk BUMN Geotermal. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan energi geothermal akan lebih maksimal. Selama ini energi geothermal masih tarik ulur antara  Pertamina dan PLN . BUMN Pertamina sibuk dengan urusan minyaknya, demikian pula PLN sibuk dengan urusan listriknya. Geotherlmal jadi sedikit sekali disentuh. Setidaknya nanti bila sudah berdiri BUMN Geothermal kerjanya BUMN ini akan lebih vokus menangani energi geothermal. Sebagai negara penghasil energi geothermal terbesar di dunia sudah seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan potensi ini dengan sebaik-baiknya.
Salah satu negara yang energi listriknya dipasok dari geothermal adalah Eslandia. Penggunaan energi geothermal Indonesia masih dibawah Philipina (1.904MW), dan Amerika Serikat (3.092MW). Indonesia sendiri baru memanfaatkan energi ini sebanyak 1.197MW.
 Mudah-mudahan nanti dengan adanya BUMN Geothermal permasalahan energi di negara ini bisa diatasi dengan baik. Mereka yang sampai saat ini masih mendirikan tenda di pintu masuk PLTU II Cirebon segera kembali ke rumahnya masing-masing. Segera akhiri konflik yang berkepanjangan dengan solusi damai tentunya. Bila masih memungkinkan cari alternatif energi yang lain selain batubara agar unsur amdalnya lebih terpenuhi dan masyarakat sekitar tidak terpapar polutan.


                                                                                            *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                Domisili di Gebang


Tidak ada komentar:

Posting Komentar