Artikel
BERALIH KE GEOTHERMAL
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Sepanjang Bulan
September – Oktober 2016 bahkan bulan-bulan sebelumnya bolak-balik ke Kota
Cirebon via pantura kerap kali menyasikan demo di depan PLTU 1 dan PLTU II Cirebon
yang dalam tahap pengerjaan. Sepintas mengamati apa yang didemokan penduduk
sekitar tak jauh dari upaya pembebasan lahan yang tak kunjung beres. Masalah
berikutnya yang mencuat adalah bahwa PLTU dibilang ‘tak ramah lingkungan’. Dua
persoalan itu selalu mengemuka walau masih banyak persoalan lainnnya seperti
perekrutan tenaga kerja. Setidaknya orang-orang yang terdampak polusi akibat
beroperasinya PLTU menginginkan agar tenaga kerja lokal bisa diberdayakan.
Belum lagi SCR yang belum dirasakan penduduk sekitar.
Masih ingat ketika penulis melintasi
di depan Kilang Minyak Balongan – Indramayu di malam hari. Radius beberapa
kilometer dari kilang minyak di malam hari terang benderang. Jalan yang
menghubungkan dari dan ke Kilang Balongan sangat terang karena di kanan kirinya
ada lampu mercury yang besar-besar.
Sebagai orang yang melintasi depan PLTU Cirebon yang di jalan raya Kanci bila
melintas pada malam hari terasa gelap
gulita. Padahal tak jauh dari jalan raya itu ada PLTU yang notabene sebagai penghasil energy listrik. Ironi sekali! Kilang
Balong yang menghasilkan minyak saja CRSnya bisa dirasakan masyarakat dengan
kondisi lingkungan yang terang benderang di malam hari. Ini, namanya PLTU tapi
di malam hari membiarkan jalanan sekitarnya belap gulita. Barangkali CSRnya sekian
persennya bisa dialihkan untuk menerangi jalan sehingga bisa dirasakan bukan
hanya rakyat setempat tapi pelintas dari daerah lainpun ikut merasakan.
Keterhambatan di jalan menyaksikan
warga yang demo yang membuat lahirnya
tulisan ini. Sepertinya demo-demo yang seperti ini akan menghambat investor yang
akan masuk ke Cirebon. Setidaknya investor akan lihat-lihat dahulu kalau akan
menanamkan modal di Cirebon. Sedikit-sedikit demo, sedikit-sedikit demo! Walau
demikian apa yang didemokan bisa dimengerti juga karena ada kemaslahatan umat
didalamnya. Seperti diketahui dinegara-negara maju yang namanya penggunaan batubara
sudah mulai ditinggalkan penggunaannya karena banyak menghasilkan polutan.
Energi Alternatif
Indonesia
yang kaya akan gunung berapi sangat potensial menghasilkan energi geothermal
(panas bumi). Energi panas bumi (atau energi
geothermal) adalah sumber energi yang relatif ramah lingkungan karena berasal
dari panas dalam bumi. Air yang dipompa ke dalam bumi oleh manusia atau
sebab-sebab alami (hujan) dikumpulkan ke permukaan bumi dalam bentuk uap, yang
bisa digunakan untuk menggerakkan turbin-turbin untuk memproduksi listrik.
Biaya eksplorasi dan juga biaya modal pembangkit listrik geotermal lebih tinggi
dibandinkan pembangkit-pembangkit listrik lain yang menggunakan bahan bakar
fosil. Namun, setelah mulai beroperasi, biaya produksinya rendah dibandingkan
dengan pembangkit-pembangkit listrik berbahan bakar fosil.
Pembangkit listrik tenaga panas bumi
hampir tidak menimpulkan polusi atau emisi gas rumah kaca. Tenaga ini juga
tidak berisik dan dapat diandalkan. Pembangkit listik tenaga geothermal
menghasilkan listrik sekitar 90%, dibandingkan 65-75 persen pembangkit listrik
berbahan bakar fosil. Sayangnya, bahkan di banyak negara dengan cadangan panas
bumi melimpah seperti Indonesia yang memiliki 40 % cadangan panas bumi dunia,
sumber energi terbarukan yang telah terbukti bersih ini tidak dimanfaatkan
secara besar-besaran. Di samping menghasilkan listrik, energi geotermal juga
bisa digunakan untuk pompa pemanas, alat mandi, pemanas ruangan, rumah kaca
untuk tanaman, dan proses-proses industri.
Penggunaan energi di negara ini
masih bergantung pada batubara, gas bumi dan minyak mentah untuk pembangkit
listrik. Pemerintah mengabaikan potensi sumber-sumber energi terbarukan yang
lain (seperti energi hidroelektrik, tenaga surya, biofuel dan biomass). Pihak
swasta juga kurang berminat untuk berinvestasi di sumber-sumber energi terbarukan
di Indonesia karena iklim investasi negara ini yang rumit (birokrasi yang
buruk, korupsi, kurangnya infrastruktur yang layak, dan kurangnya kepastian
hukum). Terlebih lagi, berlimpahnya batu bara yang murah di Indonesia membuat
investasi dalam energi yang terbarukan kurang menarik.
Sekitar 40% cadangan energi
geothermal dunia terletak di bawah tanah Indonesia, maka negara ini
diperkirakan memiliki cadangan-cadangan energi geotermal terbesar di dunia dan
karena itu memiliki potensi tinggi untuk sumber energi terbarukan. Namun,
sebagian besar dari potensi ini belum digunakan. Saat ini, Indonesia hanya
menggunakan 4-5% dari kapasitas geothermalnya.
PLTU yang bahan bakarnya batubara
walau mengantongi sertifikat amdal nyatanya bermasalah. PLTU Sumur Adem di
Indramayu banyak menuai protes demikian juga yang di Cirebon. Kini bahkan mau
ditambah satu lagi PLTU II Cirebon ini artinya akan menambah masalah lagi bagi
warga sekitarnya. Lalu kenapa pemerintah tetap saja membangun PLTU II yang
bahan bakarnya batubara? Sedikit merenung akhirnya terjawab juga. Ya…karena
batubara di Indonesia melimpah, murah
lagi. Hal inilah yang membuat investasi dalam energi terbarukan kurang
diminati.
Semalam melihat tangan di televisi
swasta yang mewartakan rumah parlemen ada informasi yang membangggakan. Kini
pemerintah akan membentuk BUMN Geotermal. Hal ini dimaksudkan agar pemanfaatan
energi geothermal akan lebih maksimal. Selama ini energi geothermal masih tarik
ulur antara Pertamina dan PLN . BUMN
Pertamina sibuk dengan urusan minyaknya, demikian pula PLN sibuk dengan urusan
listriknya. Geotherlmal jadi sedikit sekali disentuh. Setidaknya nanti bila
sudah berdiri BUMN Geothermal kerjanya BUMN ini akan lebih vokus menangani
energi geothermal. Sebagai negara penghasil energi geothermal terbesar di dunia
sudah seharusnya Indonesia bisa memanfaatkan potensi ini dengan sebaik-baiknya.
Salah satu negara yang energi
listriknya dipasok dari geothermal adalah Eslandia. Penggunaan energi
geothermal Indonesia masih dibawah Philipina (1.904MW), dan Amerika Serikat
(3.092MW). Indonesia sendiri baru memanfaatkan energi ini sebanyak 1.197MW.
Mudah-mudahan nanti dengan adanya BUMN
Geothermal permasalahan energi di negara ini bisa diatasi dengan baik. Mereka
yang sampai saat ini masih mendirikan tenda di pintu masuk PLTU II Cirebon
segera kembali ke rumahnya masing-masing. Segera akhiri konflik yang
berkepanjangan dengan solusi damai tentunya. Bila masih memungkinkan cari
alternatif energi yang lain selain batubara agar unsur amdalnya lebih terpenuhi
dan masyarakat sekitar tidak terpapar polutan.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar