.Cerpen
R E N T E N I R
Oleh : Nurdin Kurniawan
Terbujur
kaku di tempat tidur sudah memasuki tahun ketujuh semenjak Rio mengalami
kecelakaan lalu-lintas. Hanya ditemani 3 anaknya yang mengurusi keperluan
sehari-hari. Kadang Lia anak pertamanya
mengeluh dengan melihat kondisi sang bapak yang sudah tidak bisa apa-apa. Kamar
yang dahulu penuh dengan keceriaan kini berubah menjadi kamar gelap yang baunya
tidak karuan. Rio melakukan segala sesuatuya di tempat tidur. Kenti sang istri
sudah 2 kali kontrak kerjanya habis lalu sekarang memperpanjang lagi untuk kembali
kerja di Arab. Kini tulangpunggung kegala keuangan justru ada pada Kenti.
Satu
per satu apa yang ada di rumah melayang hanya untuk berobat Rio. Masyarakat di
desa ini mengakui kalau Rio dulunya adalah seorang pemuda yang sukses. Baru
pulang dari Korea merintis bisnis kecil-kecilan di kampung. Segala macam usaha
setelah pulang dari Korea dicoba. Tak selamanya mulus menjalankan usaha malah
rugi yang didapat. Sampai akhirnya Rio mulai mengenal bisnis meminjamkan uang.
Masyakat didesanya mengatakan apa yang dilakukan Rio sama dengan renten. Rio
sendiri tidak merasakannya kalau sudah masuk katagori renten. Jadilah Rio sebagai rentenir orang menjulukinya.
Kebutuhan
orang banyak sekali yang harus ditutup. Bahkan sesuatu yang tidak dibutuhkan
juga kadangkala dipaksa-paksakan untuk dimiliki. Melihat peluang seperti itu Rio lalu merambah
bisnisnya dengan jual beli emas. Emas yang dijualkan pada tetangganya dengan
cara diangsur. Bisnis seperti ini memberi peluang pada bisnis yang sebelumnya
sudah dia geluti. Perhiasan emas lalu dibisniskan mengikuti cara-cara renten.
“Ini
cincin harganya 2 juta”
“Bu
Lili boleh cicil 10 kali”
“Murah
kok hanya 230 ribu saja”
“Biasa
surat- emasnya sebelum lunas saya tahan dahulu”
“Bila
tidak bisa bayar dengan pokoknya ibu bayar bunganya saja”
Ternyata apa yang disyaratkan banyak
pula yang setuju. Bisnis seperti ini ternyata menguntungkan bagi rio. Modal
yang dahulu sempat rugi akibat tak bisa mengelola dengan baik kini mulai terkumpul
lagi.
Persaingan
bisnis yang kian ketat membuat rio juga menerapkan cara-cara premanisme.
Apabila ada nasabahnya yang tidak bisa melunasi 3 kali berturut-turut itu
barangnya ia sita lagi. Angsuran yang
sudah berjalan dianggap hilang.
“Pak
Rio masa diambil emasnya”
“Angsuran
saya sebelumnya bagaimana?”tanya Wariah sambil merintih
“Anggap
saja ibu menyewa kalung saya”
“Wajar
kan kalau saya ambil lagi!”
Pantas saja usaha yang seperti ini
mempercepat pundi-pundi Rio. Apa yang dillakukan Rio banyak yang ngomongi.
“Dasar
rentenir”
“Janji
awalnya tidak seperti itu!”
Ucapan apapun yang ditujukan pada
dirinya seolah tak mempan buat Rio. Rio
yang masih anak orang terpandang didesanya mulai diomongkan banyak orang. Rubai sebagai orangtua
tak enak juga punya anak disebut sebagai rentenir. Sebagai orang yang hidupnya
tak jauh dari masjid tak enak juga mendengarkan omongan orang. Namun ia juga
tak bisa berbuat banyak kerena memang seperti itulah profesi yang dijalani sang
anak.
Urusan
rejeki adalah urusan Allah. Usaha yang dilakukan Rio mengalami
jaya-jayanya. Omsetnya sudah ratusan
juta rupiah. Dibalik kesuksesan Rio rupanya Allah berkehendak lain agar anak
seorang lebe ini kembali pada agamanya. Habis dari menagih pada nasabahnya yang
macet ia membawa uang cukup banyak. Diperjalanan pulang sepeda motor yang
dibawanya ditabrak mobil sedan dari belakang. Supir mobil tewas ditempat
kejadian manun Rio tak sadarkan diri. Di rumahsakit ucukup lama berobat namun
tidak memberikan hasil yang memuaskan. Sejak mengalami celaka sampai memasuki
bulan ke-6 Rio masih belum juga sadar. Pundi-pundinya yang sudah lama menggunung
kini berangsur-angsur habis digunakan untuk berobat. Apa yang ada di rumah lalu
satu per satu habis dijual. Sampai akhirnya sang istri juga kewalahan untuk
membiayai hidup sehari-hari .
Tak bisa hanya
berdiam diri. Sebagai istri Kenti berusaha juga bekerja namun apa yang
dihasilkan tak sebanding dengan tenaga yang ia keluarkan. Lama merenung
akhirnya tercetus niatan untuk kerja sebagai TKW. Kenti hanya melirik pada
anak-anaknya.
“Mamah mau kerja
di Arab saja”
“Kalian harus
mengerti”
“Ini semua
dilakukan buat membantu pengobatan ayah kamu”
Anak-anak Kenti hanya diam saja tak memberikan
jawaban permintaan sang mamah. Semuanya serba sulit. Memang untuk keseharian
saja susah apalagi kalau sang mamah
tidak bekerja. Dengan terpaksa akhirnya Kenti menjadi TKW.
Masuk
tahun kesepulah apa yang diderita Rio seperti tak ada perkembangan. Rio
bagaikan mayat hidup yang sudah tidak bisa apa-apa. Hanya kesetiaan sang anak
yang sanggup melakukan ini semua. Kenti sebagai sang istri tak bisa bertahan
lama mengurusi sang suami yang sudah tidak bisa apa-apa. Lama menantikan
belaian sang kekasih rupanya bersambut. Di Arab rupanya ia mengenal cinta lokasi dengan sang supir majikannya yang
juga sama-sama dari Indonesia. Dari sinilah Kenti akhirnya meminta cerai. Rio
kini hanya diurusi oleh ketiga anaknya dan sang kakek.
Tatapannya
kosong seperti tidak ada peristiwa yang menggemparkan sebelumnya. Mulutnya
menganga tak bisa menutup sama sekali. Kadang air liur menetes begitu saja.
Pemuda yang dulunya ganteng , uang banyak dengan bisnisnya yang lumayan aduhai
kini tidak bisa kemana-manna. Rio hanya tergolek di kasur. Saudara-saudara yang
jauhpun ikut kasihan dengan nasib Rio. Kadang mereka suka memberikan apa saja hanya
sekedar anak-anak Rio bisa makan.
***
Kejatuhan
usaha ataupun diberikannya penyakit pada diri manusia bisa jadi merupakan suatu ujian bagi manusia.
Allah Maha Mengasihi sehingga untuk meningkatkan derajat seseorang maka
diberilah ujian. Kalau saja manusia bisa mencermati apa yang diberikan Allah
tentu manusia akan selalu berhati-hati. Sayangnya setiap dibei ujian kita
selalu ceroboh dan cenderung mengabaikan apa arti dari ujian yang sedang
diberikan pada kita.
Rio
sudah beberapa kali ditipu sehingga modal emasnya banyak yang hilang. Namun ia
tidak sadar kalau itu adalah ujian agar
ia bertobat untuk tidak melakukan usaha renten. Sudah beberapa kali ditipu juga
tetap saja orang yang satu ini tidak sadar. Sampai akhirnya ia harus berbaring
lama koma di rumah sakit. Kalau sudah seperti ini barulah orang-orang disekitarnya
bisa membaca. Kalau apa yang ditimpakan pada Rio diawal-awal adalah sebagai
teguran. Ditegur beberapa kali tidak mempan sampai akhirnya mengalami
kecelakaan lalu-lintas, Rio ditabrak. Koma berbulan-bulan dan kini hanya bisa
berbaring tanpa bisa melakukan aktivitas apa-apa.
Bayak
cara yang dilakukan manusia untuk mencari untung. Selama apa yang dilakukan
adalah hal-hal yang wajar dan sesuai dengan tuntunan agama tentunya tak menjadi
masalah. Carilah rejeki yang baik lagi halal. Kedarah kita dan turunan kita
akan memberikan efek yang baik. Anak-anak sehat dan berprestasi, tidak menjadi
beban di masyarakat. Inilah jalan dari rejeki yang halal. Coba perhatikan dari anak-anak
yang orangtuanya korupsi ataupun dari rejeki yang tidak halal. Mana ada
mengallir darah yang baik pada anak seperti itu. Kelak suatu hari manakala ia
mempunyai jabatan tak beda jauh dengan kelakuan orangtuanya. Selagi Allah belum
memberikan teguran akan saja seperti itu. Barulah setelah ditegur Yang Maha
Kuasa ada rasa penyesalan. Sebuah penyesalan yang tidak bisa membalikkan cerita.
Cirebon,
4 Pebruari 2014
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar