Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 18 Juni 2019

CISANGGARUNG RIWAYATMU KINI (Artikel)


ARTIKEL

CISANGGARUNG  RIWAYATMU  KINI
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

            Salah seoarng teman yang sekolahnya persis di bibir Sungai Cisanggarung memposting video. Sudah beberapa kali  sekolah tempat ia mengajar kemasukan air Cisanggarung. Bukan hanya sekali namun dalam waktu yang berdekatan di Bulan Pebruari sampai Maret 2018 sudah 4 kali sekolahnya kemasukan air. Kejadian yang bisa dicatat dalam hidup sang teman tadi baru kali ini banjir yang menimpa sekolah beserta rumahnya  yang paling tinggi sepanjang sejarah. Di SDN 2 Ciledug Wetan pada Hari Jum’at, Tanggal 23 Pebruari 2018 adalah banjir yang paling parah. Sekolah hanya terlihat atapnya saja dikelilingi hamparan air.
            Sekolah belum sepenuhnya berhasil digunakan untuk kegiatan belajar mengajar. Dalam beberapa hari kegiatan diisi dengan beres-beres ruangan.  Sudah tak dirasakan capainya dalam beberapa hari untuk bersih-bersih. Di ruang guru dan kelas lumpur masih setinggi 30 cm. Dihalaman upacara lumpurnya jauh lebih tebal lagi.
            Melihat buku-buku paket yang terendam bercampur dengan lumpur. Buku raport yang belum lama diterima orangtua murid juga ikut terendam. Kalau hanya air saja mungkin masih bisa dijemur. Ini selain air bercanpur dengan lumpur. Kalau dibuka halamannnya akan lepas.Kertas sudah tak kuat lagi menahan beban dengan terendam air dan lumpur dalam beberapa hari. Belum lagi barang-barang elektronik yang sudah tak bisa digunakan lagi. Tv, tape, ampli ditaruh di halaman sekolah dalam beberapa hari juga tak ada yang berani mengambil. Kini kondisinya sudah menjadi barang rongsok.
            Masih belum hilang capainya  beres-beres rupanya musibah belumlah tuntas. Hari Minggu, 11 Maret 2018 bertepatan denga Hari Supersemar, Desa Ciledug Wetan, Ciledug Lor, Babakan Losari kedatangan tamu lagi. Walau tak sedahsyat seperti malam Jum’at namun banjir kali inipun membuat orang waspada. Sirine tak henti-hentinya memberitahu warga agar selalu waspada. Belum lama istirahat dari beres-beres musibah banjir malam Jum’at kini harus beres-beres lagi.
            Cisanggarung Mengamuk
            Sungai Cisanggarung yang membelah Provensi Jawa Barat dengan Provinsi Jawa Tengah. Sungai yang bagian hulunya berada di Kabupaten Kuningan sepanjang  1325 Km dan bermuara di Laut Jawa. Sebelumnya Cusanggarung ramah dengan penduduk disekitar sungai yang dilaluinya. Namun di tahun 2018 Cisanggrung memperlihatkan jati diri yang sebenarnya. Sudah puluhan tahun bahkan ratusan tahun yang lalu Cisanggarung memberikan kehidupan bagi manusia. Selama itu pula Cisanggarung dipahami sebagai bentang alam yang ramah, yang memberikan kehidupan bagi manusia yang ada disekitarnya.
            Sungai Cisanggarung memiliki Daerah Aliran Sungai (DAS). Daerah aliran sungai adalah suatu wilayah daratan yang merupakan satu kesatuan dengan sungai dan anak-anak sungainya, yang berfungsi menampung, menyimpan, dan mengalirkan air yang berasal dari curah hujan ke danau atau ke laut secara alami yang batas di darat merupakan pemisah topografis dan batas di laut sampai dengan daerah yang terpengaruh aktivitas daratan.
Melihat pengertian tersebut, maka DAS adalah satu kesatuan ekosistem yang menjadi bagian dari siklus hidrologi. Manakala ekosistem ini terganggu, maka dapat menyebabkan gangguan pada siklus hidrologi yang terwujud dalam berbagai bentuk seperti kekeringan atau curah hujan ekstrim dan mengakibatkan banjir.
            Kebaikan yang diberikan Cisanggarung selama ini ternyata direspon oleh manusia melampaui kapasitasnya. Manusia telah mengeploitasi Cisanggarung dengan berlebihan. Sebagai sesama ciptaan Tuhan tak sanggup lagi bersabar dan bersabar. Balasan yang diberikan Cisanggarung adalah dengan meluapkan amarahnya. Curahan air hujan tak mampu lagi untuk ditampung Cisanggarung. Jumlah air melebihi kapasitas Cisanggarung untuk mengalirkannya ke laut. Air melimpah sepanjang sungai kemana-mana.
            Kepala Balai Besar Wilayah Sungai (BBWS) Cimanauk-Cisanggarung Ir. Bob Arthur Lombogia, Msi. seperti dilansir Kompas.com menjelaskan, salah satu penyebab banjir di wilayah Cirebon dan Brebes adalah pendangkalan atau sedimentasi di dua sungai besar tersebut. Pendangkalan disebabkan material longsoran, kondisi di derah hulu yang sudah tidak baik lagi, sehingga saat hujan, material terbawa air masuk ke sungai. Sehingga sungai-sungai mengalami pendangkalan. Dari hulu sampai hilir hampir semua mengalami sedimentasi.
            Disamping sedimentasi curah hujan juga masih tinggi. Curah hujan mencapai 236 mm. Di Cisanggarung aliran airanya  mencapai 1291m kubik. Sedang kapasitas Cisanggrung 800 m kubik/ detik. Terjadilah banjir dibeberapa tempat yang dilewati Cisangggarung.
            Penanganan banjir Cisanggarung tidak bisa hanya satu kabupaten saja yang mengatasinya. DAS Cisanggarung melewati beberapa daerah kabupaten. Setidaknya ada 3 daerah kabupaten yang dilalui Cisanggarung. Kabupaten Kuningan, Kabupaten Cirebon dan Kabupaten Brebes. Ketiga daerah ini harus menjalin koordinasi yang baik. Kalau hanya bagian hulunya saja yang diperbaiki juga tak akan menyelesaikan masalah. Dari hulu, tengah sampai di muara harus adanya koordinasi yang baik. Tidak bisa ditangani secara parsial akan tetapi secara menyeluruh (holistik).
            Pengelolaan DAS yang baik dilakukan dengan cara pendekatan secara menyeluruh. Pendekatan ini dilakukan sebagai bahan pertimbangan terhadap terganggunya salah satu komponen pada sistem alam yang dapat berpengaruh pada komponen lain dari sistem tersebut. Pendekatan menyeluruh ini pada hakekatnya suatu kajian terpadu terhadap semua aspek sumber daya dalam suatu DAS dengan mempertimbangkan faktor-faktor lingkungan, social, politik dan ekonomi. Ekosistem DAS dapat dimanfaatkan dalam melakukan suatu perencanaan dan pengendalian pengelolaan DAS sebagai suatu unit perencanaan dan evaluasi yang sistematis, logis dan rasional, sehingga para stakeholder bisa memanfaatkannya secara multiguna.
            Mengingat banyak insitusi yang berkepentingan dalam pengelolaan DAS Cisangggarung, maka perlu dilakukan pengelolaan DAS secara terpadu melalui suatu Forum DAS. Pelibatan masyarakat secara partisispatif dalam proses perencanaan pengelolaan DAS harus dijadikan bagian tidak terpisahkan dalam melahirkan kebijakan pengelolaan DAS.
            Gangguan pada DAS dapat terjadi karena wilayah ini terpengaruh oleh setidaknya empat sektor, yaitu sektor kehutanan, pertanian, sumber daya air, dan permukiman. Di beberapa lokasi, keempat sektor ini masih ditambah dengan sektor pertambangan. Kita tahu di Kecamatan Cidahu , Kabupaten Kuningan yang namanya aktivitas galian C terlihat di beberapa titik. Satu titik habis maka akan muncul perijinan baru di titik yang berbeda. Seperti itu dan seterusnya. Tidak ada lagi hutan sebagai penutup tanah kalau sudah dijadikan bahan galian Golongan C. Bisa dihitung sendiri ratusan dump truck yang lewat setiap hari melalui Kabupaten Cirebon. Berapa ribu kubik saja batu, pasir, tanah yang diangkut dibawa ke kota-kota yang ada di Pulau Jawa. Bekas tambang Galian C menganga sedemikian lebarnya. Upaya mengembalikan seperti yang dijanjikan kontraktor hanya isapan jempol belaka. Begitu terjadi hujan maka air akan membawa material tanah langsung ke sungai. Sungai mengalami pendangkalan dan banjir sudah didepan mata.
            Upaya Pembenahan
            DAS Cisanggarung dari hulu sampai hilir sudah mengalami gangguan. Tugas kita kini melakukan beberapa pembenahan. Seperti disebutkan dimuka bahwa penanganannya harus menyeluruh. Kalau hanya sebagian-sebagian tak akan mengatasi masalah.
                Pada bagian hulu, kegiatan yang bisa dilakukan adalah dengan menjaga fungsi ekologinya, yaitu dengan penanaman pohon, pembersihan hulu sungai dari pembendungan alam, dan bijak dalam pemanfaatan lahan di daerah ini. Bila bagian hulunya bermasalah setidaknya  dangkalnya badan sungai dan mengurangi daya tampung sungai, sehingga manakala terjadi hujan yang lebat, sungai-sungai tidak mampu lagi menampung air dan menyebabkan banjir.
            Pada bagian tengah, kegiatan yang bisa dilakukan adalah penyelamatan sempadan sungai, bersih-bersih sungai, pengelolaan sampah, urban farming, dan pemanfaatan sungai yang memerhatikan kelestariannya.
            Bagian hilir sungai adalah wilayah pesisir dan laut yang rentan dan sangat bergantung pada subsistem lain, yaitu hulu dan tengah. Pengelolaan bagian hulu dan tengah yang baik menentukan baiknya kondisi di bagian hilir.
            Pentingnya posisi DAS sebagai unit pengelolaan yang utuh merupakan konsekuensi logis untuk menjaga kesinambungan pemanfaatan sumberdaya hutan, tanah dan air. Kurang tepatnya perencanaan dapat menimbulkan adanya degradasi DAS yang mengakibatkan lahan menjadi gundul, tanah/lahan menjadi kritis dan erosi pada lereng-lereng curam. Pada akhirnya proses degradasi tersebut dapat menimbulkan banjir yang besar di musim hujan, debit sungai menjadi sangat rendah di musim kemarau, kelembaban tanah di sekitar hutan menjadi berkurang di musim kemarau sehingga dapat  menimbulkan kebakaran hutan, terjadinya percepatan sedimen pada waduk-waduk dan jaringan irigasi yang ada, serta penurunan kualitas air.
            Kerusakan sudah terjadi di DAS Cisanggarung, kini bagaimana sikap kita untuk lebih peka lagi terhadap alam. Rasanya wajar jikalau Cisanggarung marah sebab manusia mulai tak peduli lagi dengan alam. Saatnya untuk merenung kesalahan apa yang telah kita perbuat terhadap Cisanggarung sehinggga Cisanggarung murka. Untuk kita renungkan bersama.

                                                                                                *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                    Domisili di Gebang


           
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar