Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 24 Juni 2019

ZIARAH Bagian Kesepuluh Sunan Giri (Cerpen)


Cerpen
ZIARAH
Bagian Kesepuluh
Sunan Giri 
Oleh : Nurdin Kurniawan

                Alhamdulillah  makam waliyullah satu lagi dapat aku kunjungi. Satu per satu ziarah wali songo ini dapat aku kunjungi. Setidaknya ketika mereka masih hidup tentunya jarak yang terpaut cukup jauh dengan kita. Dengan mengunjungi makamnya setidaknya kini ada suatu ikatan batin. Ada suatu persamaan dalam menjunjung dan menyebarluaskan syiar Islam.
            Perjalanan malam dilanjutkan kembali. Pak supir yang senantiasa sabar mengantarkan kami pada komplek pemakaman berikutnya. Kali ini yang menjadi tujuan kita adalah Makam Sunan Giri masih di Kota Gresik.

Makam Sunan Giri

            Jam sudah menunjukkan pukul 22.00 bus memasuki terminal yang menjadi transit para peziarah. Bus-bus pariwisata sudah memadati area parkir. Disitu sudah banyak tukang ojeg yang siap mengantar peziarah. Selain tukang ojeg ada juga delman. Ongkos naik ojek ke lokasi Makam Sunan Giri hanya Rp. 5.000. Bila dilihat ongkosnya yang cuma segitu diperkirakan menuju lokasi tak terlalu jauh. Berhubung malam hari dan aku tak tahu lokasinya maka enaknya naik ojeg saja. Angin malam begitu terasa dingin menusuk tulang. Tukang ojeg di daerah wisata tak ada yang pelan membawa penumpang, semuanya ngebut mengantarkan peziarah ke lokasi makam. Benar saja tak terlalu lama di jok tukang ojeg aku sudah ada dilokasi ziarah. Makamnya ada di atas jadi harus jalan kaki dahulu. Seperti biasa undak-undakkan teras yang menuju ke lokasi. Tapi tak sejauh dengan undak-undakkan yang ada di Sunan Muria.
            Lokasi sudah dipenuhi oleh peziarah dari daerah lain. Mencari-cari tempat yang sedikit luang untuk tahlilan. Dapatlah tempat bagian belakang dari cungkup makam. Ditempat inilah rombongan melakukan doa. Sunggguh nikmat bisa berdoa di tempat kekasih Allah. Gema dari orang-orang yang berdoa terasa hidmat. Makin malam bukannya makin sepi tapi makin berdatangan jamaah dari tempat-tempat  lain.
Siapakah Sunan Giri ini sehingga makamnya banyak diziarahi orang? Marilah kita cari tahu sipakah gerangan beliau ini!        Beliau lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki banyak nama seperti Raden Paku, Raden Ainul Yakin, dan Joko Samudro. Sunan Giri merupakan  buah pernikahan dari Maulana Ishak dengan Dewi Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan. Kelahiran Giri diangggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut. Maka ia dipaksa ayahanda  Dewi Sekardadu (Prabu Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru lahirnya itu. Lalu, Dewi Sekardadu menghanyutkan anaknya ke laut (Selat Bali).
            Bayi yang dilarung ke laut itu diketemukan oleh  sekelompok awak kapal dan lalu dibawa ke Gresik. Di Gresik ia diadopsi sorang saudagar perempuan pemilik kapal Nyai Gede Pinatih. Karena diketemukan di laut maka ia lalu diberi nama Joko Samudra.
            Ketika dewasa Joko Samudro dibawa ibunya ke Ampel Denta untuk belajar agama ke Sunan Ampel. Tak seberapa lama setelah mengajarnya  Sunan Ampel mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian Sunan Ampel  mengirimnya beserta Makdum Ibrahim (Sunan Bonang) untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima Maulana Ishak yang tak lain adalah ayah Joko Samudro. Disinilah Joko Samudro yang ternyata Raden Paku mengetahui asal-usul dan alasan mengapa ia dibuang.
            Itulah kisah dari Sunan Giri yang cukup mengggugah hati. Sunan  Giri disebutkan memiliki 2 orang istri yaitu Dewi Murtasiah binti Sunan Ampel dan Dewi Wardah .
            Sunan Giri mendirikan Pesantren Giri yang kemudian berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri Kedaton. Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di P. Jawa. Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak sebagai penasihat  dan panglima militer Kesultaan Demak. Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia juga diakui sebagai mufti, pemimpin tertingggi keagamaan se tanah Jawa.
            Dalam bidang agama Sunan Giri pengetahuannya luas dalam hal ilmu fiqih. Orang-orang menyebutnya sebagai Sultan Abdul Faqih. Ia juga pencinta karya seni yang luar biasa. Permainan  anak-anak seperti jelungan dan cublak suweng disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula gending  Asmarandana dan Pucung yang bernuansa Jawa namun syarat dengan ajaran Islam.
            Usai berdoa di Makam Sunan Giri perjalanan pulang seperti biasa meniti anak tangga yang cukup lumayan. Aku sempatkan dulu mampir di minimarket yang bukanya 24 jam. Membeli air mineral dan cemilan ala kadarnya. Di tempat tukang ojeg ngumpul sudah banyak ditungggu oleh peziarah yang hendak balik kembali. Aku coba memberhentikan tukang ojeg yang tugasnya hanya dari tempat parkir ke lokasi makam. Distop pun mereka tak mau. Rupanya sudah ada pembagian tugas yang jelas. Tukang ojeg yang hanya mengantar dari parkir ke lokasi ziarah tugasnya hanya mengantar dan pulangnya tak boleh membawa penumpang. Demikian pula  dari yang habis dari makam tugasnya hanya untuk mengantarkan peziarah ke lokasi parkir bus, sebaliknya ia juga tak boleh membawa penumpang. Suatu pembagian yang tegas dan bagus. Kalau yang seperti ini berjalan untuk  sesama tukang ojeg rasa-rasanya bagus sekali. Tidak saling rebutan penumpang antar sesama tukang ojeg.
            Pukul 22.45 sudah berada lagi di lokasi bus di parkir. Siap melanjutkan perjalanan berikutnya ke lokasi makam Sunan Ampel. Udara malam mulai menusuk tulang. Aku langsung masuk lagi ke bus yang siap mengantarkan kami ke lokasi makam Sunan Ampel yang masih jauh.
            Satu lagi lokasi salah seorang waliyullah telah aku datangi. Suatu kehormatan bagiku bisa mengunjungi orang yang sangat berjasa dalam mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. Makamnya yang banyak sekali diziarahi sunggguh  memperlihatkan betapa besar jasanya bagi pengembangan agama Islam. Tak heran ketika meningggalnya pun makam beliau          dipadati peziarah. Subhanallah! Semoga Allah senantiasa memberikan nikmat kubur dan menerima segala amal ibadanya, amien.
            Bus yang kami tumpangi mulai sepi lagi. Perjalanan yang sangat panjang. Suara-suara tak terdengar lagi, hanya bapak supir yang tetap terjaga mengantarkan kami ke lokasi ziarah berikutnya. Perjalanan malam yang sunggguh sangat menyenangkan . Semoga ini menjadi bukti sebagai bentuk ketaatan kami sebagai manusia biasa dapat bersilaturahmi mengunjungi makam para kekasih Allah.

                                                                                                                 Cirebon, 10 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar