Cerpen
ZIARAH
Bagian Kesepuluh
Sunan Giri
Oleh : Nurdin Kurniawan
Alhamdulillah makam waliyullah satu lagi dapat aku kunjungi.
Satu per satu ziarah wali songo ini dapat aku kunjungi. Setidaknya ketika
mereka masih hidup tentunya jarak yang terpaut cukup jauh dengan kita. Dengan
mengunjungi makamnya setidaknya kini ada suatu ikatan batin. Ada suatu
persamaan dalam menjunjung dan menyebarluaskan syiar Islam.
Perjalanan malam dilanjutkan
kembali. Pak supir yang senantiasa sabar mengantarkan kami pada komplek pemakaman
berikutnya. Kali ini yang menjadi tujuan kita adalah Makam Sunan Giri masih di
Kota Gresik.
Makam Sunan Giri
Jam sudah menunjukkan pukul 22.00
bus memasuki terminal yang menjadi transit para peziarah. Bus-bus pariwisata
sudah memadati area parkir. Disitu sudah banyak tukang ojeg yang siap mengantar
peziarah. Selain tukang ojeg ada juga delman. Ongkos naik ojek ke lokasi Makam
Sunan Giri hanya Rp. 5.000. Bila dilihat ongkosnya yang cuma segitu
diperkirakan menuju lokasi tak terlalu jauh. Berhubung malam hari dan aku tak
tahu lokasinya maka enaknya naik ojeg saja. Angin malam begitu terasa dingin
menusuk tulang. Tukang ojeg di daerah wisata tak ada yang pelan membawa
penumpang, semuanya ngebut mengantarkan peziarah ke lokasi makam. Benar saja
tak terlalu lama di jok tukang ojeg aku sudah ada dilokasi ziarah. Makamnya ada
di atas jadi harus jalan kaki dahulu. Seperti biasa undak-undakkan teras yang
menuju ke lokasi. Tapi tak sejauh dengan undak-undakkan yang ada di Sunan Muria.
Lokasi sudah dipenuhi oleh peziarah
dari daerah lain. Mencari-cari tempat yang sedikit luang untuk tahlilan.
Dapatlah tempat bagian belakang dari cungkup makam. Ditempat inilah rombongan
melakukan doa. Sunggguh nikmat bisa berdoa di tempat kekasih Allah. Gema dari orang-orang
yang berdoa terasa hidmat. Makin malam bukannya makin sepi tapi makin
berdatangan jamaah dari tempat-tempat lain.
Siapakah
Sunan Giri ini sehingga makamnya banyak diziarahi orang? Marilah kita cari tahu
sipakah gerangan beliau ini! Beliau
lahir di Blambangan tahun 1442. Sunan Giri memiliki banyak nama seperti Raden
Paku, Raden Ainul Yakin, dan Joko Samudro. Sunan Giri merupakan buah pernikahan dari Maulana Ishak dengan Dewi
Sekardadu, putri Prabu Menak Sembuyu penguasa wilayah Blambangan. Kelahiran
Giri diangggap telah membawa kutukan berupa wabah penyakit di wilayah tersebut.
Maka ia dipaksa ayahanda Dewi Sekardadu (Prabu
Menak Sembuyu) untuk membuang anak yang baru lahirnya itu. Lalu, Dewi Sekardadu
menghanyutkan anaknya ke laut (Selat Bali).
Bayi yang dilarung ke laut itu
diketemukan oleh sekelompok awak kapal
dan lalu dibawa ke Gresik. Di Gresik ia diadopsi sorang saudagar perempuan
pemilik kapal Nyai Gede Pinatih. Karena diketemukan di laut maka ia lalu diberi
nama Joko Samudra.
Ketika dewasa Joko Samudro dibawa
ibunya ke Ampel Denta untuk belajar agama ke Sunan Ampel. Tak seberapa lama
setelah mengajarnya Sunan Ampel
mengetahui identitas sebenarnya dari murid kesayangannya itu. Kemudian Sunan
Ampel mengirimnya beserta Makdum Ibrahim
(Sunan Bonang) untuk mendalami ajaran Islam di Pasai. Mereka diterima Maulana
Ishak yang tak lain adalah ayah Joko Samudro. Disinilah Joko Samudro yang ternyata
Raden Paku mengetahui asal-usul dan alasan mengapa ia dibuang.
Itulah kisah dari Sunan Giri yang
cukup mengggugah hati. Sunan Giri
disebutkan memiliki 2 orang istri yaitu Dewi Murtasiah binti Sunan Ampel dan
Dewi Wardah .
Sunan Giri mendirikan Pesantren Giri
yang kemudian berkembang menjadi salah satu pusat kekuasaan yang disebut Giri
Kedaton. Giri Kedaton tumbuh menjadi pusat politik yang penting di P. Jawa.
Ketika Raden Patah melepaskan diri dari Majapahit, Sunan Giri malah bertindak
sebagai penasihat dan panglima militer
Kesultaan Demak. Demak tak lepas dari pengaruh Sunan Giri. Ia juga diakui sebagai
mufti, pemimpin tertingggi keagamaan se tanah Jawa.
Dalam bidang agama Sunan Giri
pengetahuannya luas dalam hal ilmu fiqih. Orang-orang menyebutnya sebagai
Sultan Abdul Faqih. Ia juga pencinta karya seni yang luar biasa. Permainan anak-anak seperti jelungan dan cublak suweng
disebut sebagai kreasi Sunan Giri. Demikian pula gending Asmarandana dan Pucung yang bernuansa Jawa
namun syarat dengan ajaran Islam.
Usai berdoa di Makam Sunan Giri
perjalanan pulang seperti biasa meniti anak tangga yang cukup lumayan. Aku
sempatkan dulu mampir di minimarket yang bukanya 24 jam. Membeli air mineral
dan cemilan ala kadarnya. Di tempat tukang ojeg ngumpul sudah banyak ditungggu
oleh peziarah yang hendak balik kembali. Aku coba memberhentikan tukang ojeg
yang tugasnya hanya dari tempat parkir ke lokasi makam. Distop pun mereka tak
mau. Rupanya sudah ada pembagian tugas yang jelas. Tukang ojeg yang hanya
mengantar dari parkir ke lokasi ziarah tugasnya hanya mengantar dan pulangnya
tak boleh membawa penumpang. Demikian pula
dari yang habis dari makam tugasnya hanya untuk mengantarkan peziarah ke
lokasi parkir bus, sebaliknya ia juga tak boleh membawa penumpang. Suatu pembagian
yang tegas dan bagus. Kalau yang seperti ini berjalan untuk sesama tukang ojeg rasa-rasanya bagus sekali.
Tidak saling rebutan penumpang antar sesama tukang ojeg.
Pukul 22.45 sudah berada lagi di
lokasi bus di parkir. Siap melanjutkan perjalanan berikutnya ke lokasi makam
Sunan Ampel. Udara malam mulai menusuk tulang. Aku langsung masuk lagi ke bus
yang siap mengantarkan kami ke lokasi makam Sunan Ampel yang masih jauh.
Satu lagi lokasi salah seorang
waliyullah telah aku datangi. Suatu kehormatan bagiku bisa mengunjungi orang
yang sangat berjasa dalam mengembangkan agama Islam di Pulau Jawa. Makamnya
yang banyak sekali diziarahi sunggguh
memperlihatkan betapa besar jasanya bagi pengembangan agama Islam. Tak
heran ketika meningggalnya pun makam beliau dipadati peziarah. Subhanallah! Semoga Allah senantiasa
memberikan nikmat kubur dan menerima segala amal ibadanya, amien.
Bus yang kami tumpangi mulai sepi
lagi. Perjalanan yang sangat panjang. Suara-suara tak terdengar lagi, hanya
bapak supir yang tetap terjaga mengantarkan kami ke lokasi ziarah berikutnya.
Perjalanan malam yang sunggguh sangat menyenangkan . Semoga ini menjadi bukti sebagai
bentuk ketaatan kami sebagai manusia biasa dapat bersilaturahmi mengunjungi
makam para kekasih Allah.
Cirebon, 10 Agustus 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar