Cerpen
ZIARAH
Bagian Pertama
Oleh : Nurdin Kurniawan
Pembeli tak pernah sepi walau tak
jauh dari tempat mangkal Mang Kajol terdapat juga tukang nasi goreng. Selera
memang berbeda-beda, rupanya inilah yang membuat nasi goreng Mang Kajol tak
pernah sepi dari para pembeli. Kata yang sudah ketagihan resep nasi goreng Mang
Kajol memang beda dari tukang nasi goreng yang lainnya. Meski sudah ada tukang
nasi goreng yang lain namun nyatanya dagangan Mang Kajol tetap ramai.
Tak habis pikir kenapa dagangan Mang
Kajol ini selalu ramai padahal kalau dilihat dari apa yang disajikan biasa-biasa
saja. Inilah yang membuat tukang nasi goreng yang lain suka merasa iri dengan
apa yang dilakukan Mang Kajol. Mulailah ada yang suka menyelidik apa yang
menyebabkan dagangan Mang Kajol selalu ramai. Orang tak henti-henti untuk mencari
tahu apa penyebabnya. Kalau yang berbaik sangka
mengatakan hal itu sudah merupakan rejeki Mang Kajol, tapi mereka yang tak suka
melihat keberhasilan Mang Kajol suka dikait-kaitkan dengan hal-hal yang kadang diluar
logika.
Belum sampai pukul 21.00 dagangannya
sudah habis. Beres-beres untuk pulang lagi ke rumah. Keringatnya yang masih
terlihat di dahi ia seka dengan handuk
kecil yang tak penah lepas dari lehernya. Dilihat anak, menantu, istri yang ikut membantu dirinya jualan nasi goreng
di pinggir jalan. Setelah dagangannya beres semua Mang Kajol memberikan komando
agar anak buahnya segera pulang.
“Sudah beres semuanya?”
“Kalau sudah beres kita pulang”
Cucu Mang Kajol
yang ikut membantu dagang sudah tertidur
pulas di bangku panjang lalu ia bangunkan.
“Ayo cung kita pulang!”
Rupanya anak ini
tertidur pulas disamping kakeknya yang dari tadi sibuk melayani para pembeli.
Rumah Mang Kajol tak jauh dari
tempat ia mangkal membuka warung nasi goreng. Hanya beberapa menit sudah sampai
di rumah. Masih rumah kong yang tidak hanya dirinya saja yang ada disitu. Ada
pula mertua dan beberapa keponakan yang memang ikut dengan Mang Kajol membantu usaha
dagang nasi goreng. Dalam sekejap rumah yang tadi ramai dengan orang-orang yang
baru datang dari jualan kini sepi. Penghuninya melepas ketegangan dengan tidur malam.
***
Lumayan juga dalam semalam bisa
mengumpulkan uang sampai 700.000 rupiah
lebih. Untuk membeli apa yang akan digunakan esok harinya ia sisihkan 400.000
sisanya berarti penghasilan bersih yang bisa diperoleh dalam semalam. Uang itu juga
dibagi-bagi lagi selain untuk membayar karyawan yang tak lain adalah anggota keluarganya sendiri juga ada yang
memang harus ia bayar karena yang bekerja orang lain. Tak lupa Mang Kajol
sisihkan uang untuk ziarah.
Sudah menjadi kebiasaan dalam
hidupnya kalau apa yang diperoleh dari hasil usaha disisihkan untuk yang
namanya ziarah. Wisata religi yang sengaja diagendakan dalam hidup Mang Kajol.
Mau naik haji butuh uang yang tak sedikit maka kegiatan yang paling mudah untuk
mengejarnya wisata religilah yang paling
dekat dengan kondisi keuangan yang ada.
“Hidup jangan untuk urusan dunia
saja”
“Harus ingat pula dengan yang
namanya akhirat”
“Dengan
berziarah itulah yang namanya akhirat tergambar”
Tak
hanya Mang Kajol yang hasil jerih payahnya disisihkan untuk ziarah. Hampir semua tetangganya tak beda jauh. Baik yang petani ataupun pedagang yang namanya kegiatan ziarah selalu
diagendakan dalam hidupnya. Maka tak heran bila ada majelis taklim yang mengadakan
acara ziarah tak pernah sepi dari peminatnya. Begitu pula dengan Mang Kajol
yang sudah beberapa kali ziarah namun tak pernah bosan dengan apa yang ia lakukan.
“Bagaimana
mau bosan!”
“Yang
namanya ibadah masa sih ada bosannya?”
Kalau sudah ada
acara ziarah inilah Mang Kajol selalu menawarkan pada saudara-saudaranya agar
ikut serta.
Cukup untuk bisa berangkat 3 orang.
Dihitungnya uang yang akan disetorkan ke panitia ziarah. Ada tawaran mau naik
mobil bus yang AC biasa atau yang AC eksekutip. Apa bedanya? Dijelaskan oleh
panitian kalau yang eksekutip duduknya
2-2 sedangkan kalau yang biasa hanya 2-3. Tak tanggung-tanggung agar selama diperjalanan
nyaman maka Mang Kajol lebih memilih yang eksekutip sekalian.
“Yang eksekutip saja sekalian”
“Biar kakinya bisa selonjoran
bebas”, ujar Mang Kajol sambil tertawa.
Giginya yang
ompong semua dibagian atas terlihat lucu. Mang Kajol lalu buru-buru menutupnya
dengan tangan. Buru-buru tangannya merogoh saku di baju kain batiknya yang
terlihat mentereng. Gigi palsunya lalu dipasangkan sambil menutup dengan tangan agar orang lain tak memperhatikan
apa yang sedang ia pasang.
“Mang berangkatnya hari Minggu”
“Jangan lupa bawa apa yang sekiranya
dibutuhkan selama diperjalanan”
“Kumpul di tajugnya Pak Kyai !”
Mang Kajol
menganggguk-anggguk tanda mengerti dengan apa yang disampaikan pihak panitia.
Ada saja gangguan manakala sudah
siap mau berangkat. Kepala Mang Kajol seperti terasa berat. Sedikit pusing
disertai batuk. Memang mendekati keberangkatan yang namanya musim angin kumbang berhembus. Bawaan
sepertinya udara itu terasa grimsang.
Ada angin tetapi terasa panas seperti tak membawa uap air sama sekali. Kulit
juga cepat sekali busiknya, jadi mudah
sekali untuk dicorat-coret itu yang namanya kulit tangan. Mang Kajol berharap
sakitnya hilang dan kondisi badannya bisa pulih sebab dalam beberapa hari ini ziarah
akan berangkat.
***
Banyak juga rombongan yang akan ikut
ziarah. Ziarah Wali Songo Jawa, Madura sampai Bali. Itulah rute yang akan
ditempuh. Sudah terbayang akan memakan waktu yang tidak sedikit. Setidaknya
akan melewati 5 Propinsi. Perjalanan yang spektakuler untuk Mang Kajol yang
sehari-harinya jualan nasi goreng. Sejauh apapun wong ia sudah niati maka tak menjadikan masalah.
Dua bus adalah rombongan dari Gegesik
yang mobilnya 2-3 alias AC biasa, sedangkan untuk yang eksekutip nanti dipadati
dari rombongan yang berasal dari
Padedilan. Mang Kajol yang ikut memilih naik bus 2-2 terpaksa gabung dahulu
dengan bus yang 2-3 menunggu rombongan yang dari Pabedilan bergabung. Tiga bus
yang akan ziarah ini 2 berangkat dari Gegesik sedangkan yang satu bus berangkat dari Pabedilan dan akan bertemu di
tempat ziarah yang pertama yaitu di
Makam Sunan Gunung Djati.
Duduk disamping kanannya adalah sang
istri tercinta dan sang cucu yang ikut serta. Perbekalannya terbilang paling
banyak. Tas ukuran besar saja ada dua belum lagi kardus yang disimpan dibagasi.
Perjalanan yang cukup jauh tentu tidak bisa disamakan dengan perjalanan yang dekat.
Ini butuh persiapan yang matang maka tak heran sesuatu yang harus dibawa dipersiapkan jauh-jauh hari
sebelumnya.
Alhamdulillah
satu obyek ziatah sudah dilalui. Mang Kajol kini harus ganti bus dengan
rombongan yang dari Pabedilan. Duduknya jadi lebih leluasa karena 2-2 tak
seperti bus sebelumnya yang formasinnya 2-3. Duduk dibagian tengah sambil mengatur-atur barang bawaanya
yang cukup banyak. Salaman dengan
beberapa orang yang ada disampingnya. Maklumlah baru kali ini bertemu dengan
mereka yang dari lain desa.
Bus melaju kearah timur. Lokasi yang
kedua katanya menuju kota Demak. Berkunjung ke makam raja-raja Demak pertama
yang ikut menyebarkan agama Islam di tanah Jawa. Baru beberapa menit sudah
terasa mual . Mang Kajol sudah tak tenang duduknya. Ingin sekali muntah dengan
kondisi yang seperti ini. Benar saja dalam hitungan detik apa yang ia makan
tadi dikeluarkan kembali. Ao-ao-ao sepanjang perjalanan membuat apa yang
dilakukan Mang Kajol mendapat perhatian dari penumpang bus yang lainnya. Beberapa
penumpang bahkan menutup hidung tak ingin mual gara-gara sang tetangga ikut
mual.
Perjalanan masih jauh Mang Kajol
berharap bisa menyelesaikan ziarah ini sampai selesai. Sakit yang sedang
dideritanya ini hanyalah sebuah ujian. Ada ritual yang harus ia selesaikan .
Dalam batinnya tetap saja ia mengharap pada Yang Maha Kuasa agar perjalanan ini
bisa membawa berkah. Sepanjang perjalanan ia berdoa pada Yang Maha Kuasa
dagangannya ikut laris. Ia yakini dengan ziarah seperti ini hatinya makin dekat
dengan Yang Kuasa.
Tanpa Mang Kajol bus 3 memang terasa
sepi. Dari orang inilah lelucon-lelucon segar mengalir. Tak terasa sakit yang
ia alami semenjak awal perjalanan tadi kini hilang. Kini badannya bugar bahkan
dapat menghibur penumpang yang lain selama perjalanan.
Kesehatan memang sangatlah mahal.
Siapa nyangka apa yang tadinya direncanakan seindah mungkin bia berantakan
hanya gara-gara nikmat sehat ditarik dari tubuh kita. Beruntung orang-orang
yang selalu dekat dengan Yang Maha Kuasa. Doanya didengar sehingga nikmat sehat
itu bisa dinikmati kembali. Sama dengan perjalanan ziarah yang mermakan waktu, tenaga
bahkan uang yang tidak sedikit. Sudah jauh-jauh hari direncanakan bahkan bisa
berantakan hanya karena salah satu nikmatnya yaitu nikmat sehat dicabut.
Tatapannya jauh ke depan
memperhatikan laju bus yang menuju obyek ziarah yang berikutnya. Ini baru hari
pertama belum menginjak hari-hari berikutnya yang masih panjang. Mang Kajol
selalu berdoa kiranya Allah memberikan kekuatan agar dalam perjalanan ziarahnya
ini memberikan arti tersendiri baik buat sang istri ataupun sang cucu yang ikut
menyertai. Dalam hatinya juga berdoa agar dagangannya ini selalu laris dengan
banyaknya pembeli. Doa dari orang-orang sederhana seperti Mang Kajol dalam memaknai sebuah
perjalanan yang namanya ziarah .
Cirebon, 11 Juli 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar