Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 24 Juni 2019

ZIARAH Bagian Keempat (Cerpen)


Cerpen
ZIARAH
Bagian Keempat
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Sungguh manusia memang keterlaluan! Kalau tidak menyengajakan diri untuk ziarah sepertinya tak akan ada yang namanya ziarah. Inilah yang aku alami. Betapa tidak! Hampir 6 (1998-2003) tahun aku bertugas di Cirebon Utara mengajar di SMPN I Cirebon Utara. Yang namanya Komplek Pemakaman Sunan Gunung Djati bukanlah hal yang aneh lagi. Hampir tiap hari aku melewatinya. Namun mengapa aku tak pernah terpikirkan untuk ziarah kesana? Baru setelah tahun 2012 keinginan itu terkabul. Pernah memang ketika mengajar disana datang sekali ke komplek pemakaman, namun setelah aku ziarah yang sekarang ternyata yang sebelah utara bukanlah Makam Sunan Gunung Djati. Aku baru tahunya sekarang ini. Walah-walah keterlaluan!
            Rugi sekali kalau orang Cirebonnya sendiri belum pernah ziarah ke Makam Sunan Gunung Djati. Masa Wali Songo yang salah satunya berdakah di Cirebon makamnya sendiri belum pernah didatangi? Bisa dikatakan kurang ajar kalau ada orang Cirebon yang seperti itu. Makanya aku bersyukur bisa ziarah untuk menghormati jasa beliau yang telah banyak mengorbankan waktu dan tenaganya untuk berdakwah di jalan Allah.
            Bus 3 yang aku tumpangi datang lebih awal dari bus 1 dan bus 2 yang masih dalam perjalanan. Maklumlah berangkatnya tidak bersamaan karena berasal dari lain daerah. Bus 1 dan bus 2 banyaknya jamaah dari Gegesik sementara bus 3 dari Pabedilan. Karena  Kyainya dari Gegesik maka jamaah dari bus 3 juga harus menungggu bus 1 dan 2.
            Baru tahu juga kalau area parkir untuk peziarah luas juga. Para peziarah yang menungggu  Kyai dari bus 1 dan bus 2 biasa… belanja dahulu. Di sepanjang jalan menuju areal makam memang banyak sekali orang yang berjualan berbagai cendera mata. Semuanya tentu yang berhubunganh dengan keperluan para jamaah. Mulai dari tasbeh, sarung, pernak-pernik yang bertemakan Sunan Gunung Djati.
            Tak terlalu lama akhirnya Kyai yang ditunggu datang juga. Rombongan dari bus 3 akhirnya bergabung dengan bus satu dan bus dua mengikuti Kyai masuk komplek Makam Sunan Gunung Djati.
            Subhanallah! Decak kagum dan takjub melihat kondisi makam yang tadinya hanya aku lihat di foto dan TV. Sungguh sasak sekali orang yang datang berzaiarah. Rombongan yang datang tak kebagian tempat persis depan pintu  Makam Suanan Gunung Djati. Terpaksa agak ke barat dekat dengan makan istri Sunan Gunung Djati yang berasal dari negeri Cina yaitu Ong Tin Nyoh. Tak apalah tempat bisa dimana saja yang penting masih di komplek Sunan Gunung Djati. Pak Kyai akhirnya memilih tahlilan ditempat ini.
            Ternyata selain umat Islam yang berdoa disini ada juga dari pemeluk agama lain yang sengaja datang untuk sama-sama berdoa. Mereka dari umat Kong Hu Chu atau orang-orang keturunan Cina yang sengaja berdoa menghormati Ong Tin Nyoh yang juga berasal dari Cina.
            Sungguh luar biasa Sunan Gunung Djati ratusan tahun yang lalu telah berbaur dengan orang-orang yang berasal dari berbagai etnis. Salah besar kalau kita mendeskriditkan salah satu suku. Imam kita yang menyebarkan agama Islam di Tanah Jawa ternyata telah mencontohkan kalau pembauran harus dilakukan. Mereka tidak  melihat suku ataupun ras, yang mereka lihat adalah nilai iman dan takwanya di sisi Allah. Subhanallah!
           
            Ada bagian yang unik lainnya setelah acara tahlilan selesai. Jamaah yang tadi berdoa lalu menyawerkan uang logam kekomplek  pemakaman. Jamaah yang tadi ikut beroa tak ada satupun yang berani mengambil uang yang disawerkan. Beda sekali dengan sawer-sawer yang dilakukan pada saat hajatan ataupun orang baru saja  membeli motor atau mobil. Biasanya yang saweran akan diperebutkan oleh banyak orang, tapi kalau yang di makam  ini tak ada satupun jamaah yang tadi ikut berdoa lalu mengambil uang logam ataupun uang kertas yang disawerkan. Takut kewalat barangkali!
            Ada satu hal lagi yang menurutku terlihat rese di Komplek Pemakaman Wali yang satu ini. Banyak sekali orang yang meminta-minta. Hampir di tiap gerbang ada yang meminta-minta baik itu yang resmi untuk kepentingan perawatan ataupun yang untuk kepentingan pribadi. Bisa juga hal ini sulit untuk dihilangkan sebab salah satu wasiat dari Sunan Gunung Djati ialah ingsun titip tajug lan fakir miskin.
                                                                        ***
            Suka merenung dalam hati betapa hebatnya orang yang bernama Sunan Gunung Djati. Menyebarkan agama Islam di tanah Jawa bagian barat. Jauh sebelum orang-orang di tanah Jawa mengenal yang namanya agama tauhid. Betapa banyak hambatan dan rintangan yang dihadapi beliau dalam menyebarkan agama nan agung ini. Berkat kegigihannya Cirebon termasuk daerah yang bisa beliau Islamkan.
            Dilihat dari jamaah yang tak pernah terputus mendoakan beliau menunjukkan bahwa beliau bukan orang sembarangan. Amal ibadahnya akan selalu dikenang dan didoakan orang. Semoga Alllah memberikan sebaik-baiknya tempat bagi beliau, amien.
            Kini  mulai  terbuka akan nilai-nilai ziarah. Kalau tidak diingatkan dari sekarang sepertinya tak akan ada istilah ziarah dalam hidup ini. Bersyukur aku bisa melaksanakan ziarah walau terbersit sekarang-sekarang ini. Kalau dari dulu sudah ada rasanya aku ini sudah beberapa kali ke Gunung Djati. Walau baru sekali namun aku berkehendak hal ini akan bisa dilakukan walau dilain waktu. Kalau hanya baru kali ini tak apalah  Insya Allah dilain kesempatan akan aku ulangi lagi.
            Doa yang mustajab memang salah satunya ada ditempat-tempat khusus seperti kuburan orang-orang soleh. Bukan aku mengeramatkan kuburan tertentu. Kuburan siapa saja  bisa untuk berdoa. Bukan meminta-minta pada kuburan, inilah yang harus dipertegas. Kita ziarah mendoakan orang  yang ada didalam  kubur.
            Ziarah ini adalah acara religi sebelum orang-orang yang punya uang berhaji. Dalam haji juga intinya mengunjungi makam para Nabi . Kebetulan saja lokasinya jauh-jauh ada di luar negeri. Tak ada salahnya kita juga menziarahi orang yang berjasa dalam menyebarkan agama Islam. Mereka itulah yang lebih dikenal dengan nama Wali. Karena di Pulau Jawa yang terkenal ada 9 maka namanya Wali Songo.
                                                                        ***
            Ada semacam kepercayaan kalau kita tahlilan ataupun ziarah di Sunan Gunung Djati setiap jum’atnya selama 40 hari tanpa terputus maka hajatnya akan dikabulkan oleh Allah. Keberadaanku di makam Sunan Gunung Djati bukanlah untuk itu. Kalaupun Allah mengabulkan doa hamba-Nya tentu sangat diharapkan. Aku lagipula tak mau dipusingkan oleh urusan yang seperti itu. Pokoknya aku berziarah ingin berdoa di makam orang-orang yang telah berjasa menyebarkan agama Islam sampai aku dan lingkunganku masuk Islam semua. Ini tentu suatu perjuangan orang yang tidak sembarangan. Orang yang tinggi ilmunya sehingga banyak mempengaruhi pola pikir orang tempo dulu untuk memeluk agama Islam.
            Satu rombongan berdoa akan diikuti rombomgan yang lainnya begitu dan begitu kalau berada di lokasi ziarah. Tak pernah sepi yang namanya makam. Terkadang aku suka memikirkan bagaimana ketika yang bersangkutan masih hidup di dunia dahulu. Makamnya saja tak pernah terhenti didatangi orang. Pasti orang yang sangat luar biasa.
            Diantara orang yang ikut dalam rombongan ternyata ada yang suda beberapa kali ikut ziarah. Rupanya mereka punya kenangan tersendiri dengan acara ziarah ini.
            “Banyak sekali hikmah yang bisa diambil dengan melakukan ziarah”
            “Selain mengingatkan kita akan yang namanya kematian”
            “Ziarah juga bisa memuluskan doa kita”
            “Setidaknya dengan datang ke kekasih Allah doa-doa yang dipanjatkan akan terus langsung ke Allah”
            “Inilah nikmatnya ziarah”
Pantes saja kalau motivasinya seperti itu. Ada yang dirumahnya berdagang maka motivasi ziarahnya ada yang ingin agar dagangannya laris. Ada yang nelayan maka setelah ziarah ini ingin agar hasil tangkapannya meningkat dan banyak lagi alasan yang dikemukakan. Mudah-mudahan apa yang diinginkan itu terkabul. Tapi inti dari ziarah itu sendiri agar kita yang masih hidup ingat akan yang namanya kematian. Dari kematian ini manusia diingatkan untuk tidak serakah. Manusia diingatkan agar dirinya bisa memanfaatkan waktu dengan sebaik-baiknya. Ingat akan Allah yang telah menciptakan dari tiada menjadi ada.
            Berjalan kaki menuju bus banyak sekali yang dilihat. Para fakir miskin berderet sepanjang lokasi ziarah.  Mereka mengharap belas kasihan dari kita yang datang dari jauh. Bagi yang mau berderma tempat-tempat seperti lokasi ziarah memang sangatlah tepat. Usai berdoa kita jangan sampai lupa pada mereka yang nasibnya tidak sebaik kita. Bersodakoh untuk mempererat tali silaturahmi pada mereka yang kurang beruntung.
            Masuk lagi bus untuk melanjutkan ke obyek ziarah yang berikutnya. Alhamdulillah satu lokasi sudah didatangi kini menuju lokasi yang berikutnya. Masih bayak catatan dan cerita yang akan terurai manakala kita melakukan suatu perjalanan . Insya Allah semuanya akan diceritakan agar perjalanan yang kita lakukan bisa membuat kita sadar bahwa masih banyak orang yang juga ingin mendengarkan kisah-kisah yang seperti ini. Kisah religi yang dapat mengetuk hati siapa saja yang ingat akan kematian. Kisah yang akan mengingatkan kita bahwa setelah hidup di dunia ini akan  ada kehidupan berikutnya.
            Ya Allah bimbinglah hamba-Mu yang ingin mengetahui banyak tentang sejarah Wali Songo. Bimbinglah hamba-Mu yang ingin berbagi cerita dengan teman-teman  yang belum sempat mengunjungi para Wali-mu yang dahulu berjuang menyebarkan agama Islam di bumi nusantara. Bimbinglah selalu hamba-Mu yang tak bisa apa-apa ini agar jangan salah. Dari insan yang lemah dan akan kembali pada-Mu.

                                                                                                                        Cirebon, 18 Juli 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar