Cerpen
DAPAT REHAB
Oleh : Nurdin Kurniawan
Kondisi bangunan yang sudah tua
sudah seharusnya mendapatkan perbaikan atau rehab. Bila dibiarkan lapuk dimakan
usia tentu akan membahayakan siapa saja yang ada didalamnya. Tahun 2012 ini
SMPN 2 Pabedilan mendapatlan 5 rehab untuk 5 kelas. Kelas yang bagian
timur ada 4 ruang yang direhab. Sebelumnya
memang sudah 2 ruang yang direhab, itu artinya kini jajaran ruang yang ada di
belelah timur direhab semua, ditambah yang sebelah barat ada 1 ruangan.
Ada senangnya ruangan mendapat rehab
yang artinya kondisi sekolah jadi bangus lagi. Namun dalam beberapa hari ini
ada saja yang dibuat pusing oleh kedatangan para wartawan bodrex. Mereka inilah
yang datang hanya tengak-tengok tanpa ada yang diliput atau diwartakan. Kedatangan
mereka ini hanya membuat pusing pihak tuan rumah. Bagaimana tidak pusing?
Setiap datang hanya
mencari-cari kesalahan, dan ujung-ujungnya minta duit. Inilah yang
disebut dengah wartawan bodrex, mereka yang datangnya selalu bikin pusing.
Selama proses rehab ini yang namanya
wartawan bodrex datang hampir tiap hari. Mereka datang dari berbagai kelompok.
Bila satu kelompok sudah pergi maka akan datang kelompook yang berikutnya.
Begitu dan begitu yang terjadi. Otomatis tuan rumah yang menghadapi tadi ikut
dibikin pusing. Kalaulah kedatanganya mau meliput silahkan-silahkan saja. Tapi
yang ada mereka ini tidak ada yang bawa kamera, tidak ada yang bawa kertas
untuk mencatat. Kalau datang ke ruangan tamu justru tidak sopan, slonang-slonong seperti rumahnya sendiri.
Akibat dari tingkahlaku yang seperti ini yang membuat tuan rumah jadi sungkan
untuk menemui mereka. Bar bir ber
kalau ada yang namanya wartawan bodrex.
Siapakah yang dicari wartawan
bodrex? Ya…pasti jawabannya adalah Kepala, Sekolah. Kepala Sekolah inilah yang
selalu ditanyakan oleh si bodrex. Sebab percumah kalau datang tidak ketemu dengan
Kepala Sekolah sebab pulangnya dipastikan tidak akan diberi ongkos. Niatnya
juga tidak akan meliput atau mencari berita. Niat mereka sudah jelas mau cari
amplop. Jadi pimpinanlah yang dicari.
“Ada Bapak Kepala Sekolahnya?”
Guru yang tahu
Kepsek dari pagi tidak datang mengatakan dengan sesungguhnya.
“Dari pagi belum datang Pak”
Si Wartawan CNN melihat
jam seolah-olah meyakinkah kalau ada pejabat yang jam seginian belum juga datang
itu namanya keterlaluan. Geleng-geleng kepala seperti benar-benar kecewa.
“Jam berapa biasanya datang?”
“Kurang tahu ya Pak”
Lalu si wartawan
tadi keliling ke beberapa ruangan mencari-cari yang namanya Kepala Sekolah.
Percumah dicari-cari juga sebab memang pimpinan tidak ada di tempat.
“Itu mobilnya ada!”
Di halaman parkir
memang ada beberapa mobil. Disangkanya kalau yang memiliki mobil hanya Kepala
Sekolah. Sekarang ini yang namanya mobil bukan barang mewah lagi. Guru juga bisa
beli mobil sih walau dapat kridit atau pinjam hasil gadean.
“Itu punya Guru”
Dijelaskan seperti itu seperti tak percaya . Ya terserah
kalau memang dia tidak percaya. Antara Kepala Sekolah dengan Guru malahan di
sekolah ini gurunya ada yang lebih kaya, sebab ada Guru yang punya penghasilan
tambahan yang justru penghasilan tambahannya itu bisnis yang sudah jadi. Tak
heran kalau mobil adalah kebutuhan yang sudah sangat mendesak. Diberitahu
seperti itu masih juga tidak percaya. Masih juga tengak-tengok tak percaya
mencari-cari yang namanya Kepala Sekolah.
Begitulah situasinya kalau sekolah
sedang mendapat rehab. Tamu datang silih berganti, ada yang mengatakan LSM, ada
yang mengatakan dari yayasan ini dan itu, pokoknya mereka –mereka yang tidak
biasanya datang kini pada bertamu. Sudah jelas kalau yang namanya wartawan
bodrex sih hampir tiap jam mereka nongol.
Entah kenapa pula yang namanya
Kepala Sekolah seperti sembunyi dari para wartawan bodrex ini. Kalau saja
dihadapi dan kemukakan argument sepertinya mereka juga akan capai sendiri lalu
pulang. Karena ada ‘dosa’ sebelumnya yang masih saja diingat maka siapapun yang datang seperti akan menanyakan
hal itu tadi. Seakan-akan mengorek keterangan tentang masa lalu. Sudah jelas yang
namanya si bodrex tadi kerjanya hanya mencari kesalahan. Kalau sudah ketemu
kesalahannya? Ya sudah jelas… ini yang disebut makanan empuk. Sasaran untuk
mendapatkan amplop akan makin jelas saja. Maka menghindar adalah jalan sementara
yang paling ampuh. Kalau bisa jangan datang lagi ke sekolah. Biar teman-teman
Guru dikontek agar jangan sampai mengeluarkan pernyataan yang tidak seragam.
Semuanya harus satu suara, satu kata.
Tahu yang dicarinya tidak ada si wartawan
bodrex tadi akhirnya pulang. Buat apa menungggu lama-lama juga kalau yang
ditungggunya tidak nongol-nongol.
Keinginan untuk mendapatkan amplop berlalu begitu saja.
Bila hari ini tak juga mendapatkan
yang diinginkan bukan berarti berhenti sampai disini. Besok akan ada perburuan
lagi. Masih banyak hari selagi apa yang dinginkan belum terkabul. Pokoknya cari
dan cari sampai si Kepala
Sekolah ketemu.
Ada si wartawan bodrex yang saking
kesalnya sudah beberapa kali ingin ketemu Kepala Sekolah namun tidak juga
bertemu lalu ia marah-marah.
“Masa setiap kali saya kesini tidak
ada?”
“Yang pengertian saja…”
“Kondisikan begitu!”
Guru yang
menghadapinya kebetulan juga tak mengerti dengan keinginan si wartawan bodrex
tadi, justru malah bertanya maksud dari kalimat ‘kondisikan’.
“Maksudnya bagimana Pak?”
Wartawan bodrex
tadi tersenyum pahit seolah meledek sang Guru.
“Ya… Bapak mengerti sajalah”
“Kami datang dari jauh, masa tidak
pengertian”
“Masa tidak ada uang bensinnya!”
Guru tadi
akhirnya mengeri kalau ternyata ujung-ujungnya si wartawan bodrex tadi minta
duit. Karena mintanya untuk beli bensin lalu sang Guru berbisik pada bendahara
yang dari tadi ikut dipusingkan oleh tamu tak diundang ini.
“Amplopi saja Rp. 50.000”
Tak lama kemudian
si bendahara membawa amplop yang tentunya sudah diisi sesuai dengan permintaan
buat beli bensin. Dipikir si bendahara uang tersebut sudah lebih dari
cukup bahkan masih ada sisanya kalau
untuk beli bensin motor sih. Biar si
wartawan bodrex cepat pulang maka amplop lalu diberikan. Bukannya malah
berterimakasih malah menerima amplop juga seperti masih penasaran. Itu yang
namanya amplop dibuka disitu juga. Tahu
isinya hanya Rp. 50.000 si wartawan bodrex itu
sangat kecewa.
“Masa segini?”
“Yang benar saja!”
Uang itu
dikewer-kewer seperti tak berguna masa sekali. Pak Guru yang jelas menganggap
si wartawan bodrex ini keterlaluan lalu mengambil lagi uang yang dikewer-kewer
tadi.
“Ya sudah kalau Bapak tidak mau”
“Masih banhyak kok yang mau duit
ini!”
Uang itu lalu
dimasukkan lagi ke saku celana. Lumayan bisa buat beli pisang goreng dan
diletakkan di meja Guru pasti akan laris manis. Dari pada diberikan pada orang
yang seperti ini yang tidak tahu rasa syukur. Orang tadi akhirnya keluar
ruangan sambil menggerutu entah apa yang digerutukan karena suaranya juga tidak jelas.
Kejadian seperti itu disaksikan oleh
Bapak dan Ibi Guru yang lain. Ulah yang
membuat rekan-rekan malah jadi tidak
simpatik. Wong diberi amplop malah dibuka ditempat dan mengatakan terlalu
kecil. Memangnya berapa sih kalau diberi di tempat lain? Oh …inilah rupanya
yang membuat si wartawan bodrex tadi membuka isi amplop. Rupa-rupanya sebelum
ini si wartawan radi pernah datang ke tempat yang sama dan pernah diberi uang
lebih besar dari yang ia terima sekarang ini. Rupanya itulah yang dijadikan
patokan. Kalau uangnya lebih rendah akan dikembalikan. Wah…sombong amat! Segitu
diberi dan tanpa ada pekerjaan apa-apa yang ia lakukan. Malah minta lebih dari
yang seharusnya. Kebiasaan jelek yang membuat ia ketagihan untuk kembali datang
kesini dan tentunya meminta uang dengan jumlah yang lebih besar lagi. Enak
banget! Duwite ki Mardiah tah!
Ada gula ada semut, itulah daya
tarik kalau suatu sekolah sedang mendapatkan rehab ataupun mendapatkan Ruang
Kelas Baru (RKB). Ada saja yang tahu kalau suatu sekolah sedang ada proyek.
Baunya cepat tersebar dan dengan mudahnya lalat-lalat itu hinggap. Pembangunan seperti
dianggap barang bancakan. Tal til tul
yang membuat jumlahnya makin berkurang
dari semestinya, yang akibatnya mengurangi dari jumlah yang seharusnya
diterima.
Selama belum selesai pembangunan ini
rasa-rasanya ucing-ucingan masih akan berlanjut. Mana saja yang sembunyinya
paling lama maka itulah yang akan menang. Geleng-geleng kepala dengan banyaknya
tamu yang tak diundang. Ditatapnya pembangunan kelas yang belum selesai. Ingin
agar cepat selesai biar lalat dan kumbang pergi secepatnya. Biarlah angin saja
yang membawa khabar berita menggembirakan.
Cirebon, 27 September 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar