Cerpen
K E B E L E T
Oleh : Nurdin Kurniawan
Nafas
terasa berat tersengal-sengal sambil berhenti lari sambil mengurutkan dada.
Mata masih melihat ke arah semak-semak melihat anak-anak yang berlarian. Dullah
hanya bisa mengurutkan dada melihat anak didiknya yang berhamburan seperti kuda
yang baru keluar dari istal. Sesekali berhenti untuk mengambil nafas
dalam-dalam. Baru disadari kini dirinya tak muda lagi. Sudah hampir 20 tahun
menjadi guru baru kali ini mempunyai tantangan yang cukup berat. Mengejar anak-anak yang bolos
berlarian tak tentu arah.
Dilihat
masih ada satu anak yang tak lari walau teman-teman yang lainnya lari
terbirit-birit. Instingnya masih bisa mengejar anak yang satu ini walau jarak
yang masih jauh. Dengan segala upaya walau dengan tertatih-tatih akhirnya
sampai juga dibelakang si anak.
“Mau
lari kemana kamu?”
Anak ini santai saja seolah tak ada
kesalahan sedikitpun berbalik badan menghadap wajah Pak Dullah.
“Kenapa
kamu melompat pagar?”
“Saya
kebelet pak ingin BAB”
“Bukannya
disekolah ada WC?”
Anak ini wajahnya mulai memerah,
berkeringat dan merasakan beban yang
terasa berat.
“Maaf
pak saya ingin segera buang hajat”
Anak ini mulai tergesa-gesa meninggalkan
Pak Dullah. Dari belakang Pak Dullah
mulai yakin kalau anak yang satu ini memang sedang ingin BAB. Instingnya
sebagai guru mengatakan kalau anak yang satu ini memang tidak bohong. Dia
memang sedang ingin BAB sehingga melanggar tindakan disiplin dengan lompat
pagar.
Pertanyaan
yang belum terjawab dari sang anak menjadi bahan renungan tersendiri bagi
Dullah. Sebagai guru piket disetiap Hari Kamis
Pak Dullah memang sering
menghadapi beberapa anak yang suka minta ijin keluar halaman sekolah.
Diperhatikan dari satu anak ke anak yang
lainnya kini sudah ada jawaban yang bisa
ia dapat. Untuk menyakinkan jawaban ia
panggil anak yang baru keluar minta ijin.
“Kamu
keluar ijin mau kemana?”
“Habis
BAB pak”
“Loh...
apakah disekolah tidak ada WC?”
“Kan
banyak!”
Sambil garuk-garuk anak yang bernama
Kaprawi ini menjelaskan kenapa ia sampai minta ijin untuk keluar halaman
sekolah.
“Bapak...”
“WC
yang ada di sekolah tidak berfungsi semua”
“Coba
bapak masuk WC siswa”
“Yang
ada WCnya tidak ada yang berfungsi”
“Semuanya
mampet”
“Ah
...masa?”
“Bapak
lihat sendiri saja...”
Mulailah
terawab kenapa anak sering sekali minta
ijin keluar. Ternyata WC yang ada di sekolah tidak berfungsi dengan baik. WC
kotor bahkan tidak terawat. Salah satu kebutuhan dasar yang harus terpenuhi di
sekolah ternyata tidak berfungsi dengan baik. Pantas saja dua hari yang lalu
ada merebot masjid yang datang ke sekolah. Ia terlihat kesal mau bertemu dengan
kepala sekolah namun kepala sekolah tidak bisa ditemui karena sedang ada rapat
di kabupaten. Akhirnya yang menerima adalah Wakasek Kesiswaan.
“Saya
kesini mau lapor”
“Ini
anak-anak SMP ini sering ngotori kamar
mandi masjid”
“Apa
sekolah tidak punya kamar mandi?”
Pak Jamroni sebagai Wakasek Kesiswaan
mencoba membela diri dengan aduan dari merebot masjid.
“Barangkali
anak dari SMP lain pak?”
“Ah,
tidak wong anak SMP ini kok”
“Sama
persis dengan seragam dari anak-anak disini”
“Persoalannya
kenapa Pak Kamdi?”
“Saya
bosen bersih-bersih WC masjid setiap digunakan anak-anak sekolah”
“Kalau
habis digunakan kadang suka tidak dibanjur lagi!”
“Apa
sekolah tidak punya WC?”
Wah...pertanyaan telak dari seorang
penjaga masjid yang punya tugas ekstra sebagai marebot.
“Begini
Pak Kamdi ...”
“Laporan
bapak kami terima dan nanti akan saya teruskan pada pimpinan”
“Ya
sudah hanya itu yang ingin saya laporkan”
“Kasih
tahu anak-anak sekolah jangan BAB lagi menggunakan WC masjid”
“Masa
sekolah tidak punya WC!”
Persoalan
WC yang rusak akhirnya sampai juga ke telinga kepala sekolah. Dalam sebuah
rapat dinas di sekolah salah seorang guru mengajukan permasalahan ini.
Ditimpali juga oleh guru-guru yang lainnnya.
“Benar
pak...”
“WC
yang ada disekolah ini tidak terawat dengan baik”
“Kalau
kemarin ada merebot masjid yang marah-marah rasanya wajar”
“Anak-anak
kita banyak yang menggunakan WC masjid untuk keperluan BAB dan sebagainya”
Setelah diputuskan salah satu point
dalam hasil rapat adalah dengan segera memperbaiki WC-WC yang rusak.
***
Udara
pagi terasa sejuk dengan semilir angin yang terasa menyejukkan mata. Kalau mengingat kejadian di belakang sekolah beberapa bulan yang lalu Dullah tertawa sendiri. Mengejar anak-anak sampai
jauh dengan nafas yang tersengal-sengal. Anak yang dikejarnya ternyata tidak
lari atau merasa takut sedikitpun. Setelah ditanya ternyata si anak sedang kebelet.
Anak ingin BAB walau harus dengan melompat
pagar tembok. Ternyata setelah ditanya
anak ini sengaja melompat tembok karena
sudah tidak tahan ingin BAB.
Kalau
menggunakan tenaga seperti kala muda
dahulu mungkin anak ini mengalami trauma. Setidaknya akan ia marahi karena sudah
melompat tembok. Umur memang tidak bisa dibohongi. Sejalan dengan tambah usia
maka memarahi anak sudah mulai ditinggalkan. Lagipula sekolah sekarang harus
hati-hati. Jangan sampai ada guru yang dilaporkan oleh orangtua si anak
gara-gara mengambil tindakan disiplin. Setidaknya kalau lagi apes akan balik ke
guru yang bersangkutan. Beruntung masih bisa mengendalikan hawa nafsu.
Anggaran
pendidikan bertambah namun nyatanya masih banyak sarana dan pra sarana sekolah
yang tidak terawat dengan baik. Lihatlah! Masih banyak ruang kelas yang tidak
ada kuncinya. Bila malam hari bahkan ada orang luar yang kadang masuk
menggunakan fasilitas sekolah. Itu semua karena memang sekolah tidak
menempatkan satpam di malam hari. Bahkan ada kalanya orang gila ikut nginap di
salah satu sudut sekolah.
Dulllah
mulai legowo dengan tingkah anak-anak yang diluar kemampuannya suka minta ijin
keluar sekolah. Untuk urusan yang satu ini Dullah terpaksa mengijinkan. Kalau
sudah kebelet siapa sih yang mau menahan-nahan? Ya, seperti itulah kondisi
sekolah yang WC siswanya tidak terawat dengan baik. Mudah-mudahan kedepan tidak
ada siswa yang suka minta ijin keluar sekolah hanya karena ingin BAB.
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar