Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 25 Juni 2019

BESAR PASAK DARI TIANG (Cerpen)


Cerpen

BESAR PASAK DARI TIANG
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Mata terasa berat untuk dibuka walau matahari sudah mulai meninggi. Badan terasa sakit untuk digerakkan, sendi-sendi seperti ada perekat yang membuatnya  kaku untuk digerakkan. Duduk ditepi ranjang hanya menatap ubin yang mulai pudar warna putihnya. Sedikit bergerak untuk melangkahkan kaki menuju kamar mandi. Memegangi tembok agar badan tetap bisa berdiri tegak. Pagi yang teramat berat untuk beraktivitas.
            Mencoba merenungi kehidupan yang sedang digeluti. Sepertinya hari-hari ini begitu beratnya untuk dilewati. Semenjak dililit hutang yang cukup banyak Hambali banyak berdiam diri. Tak seperti sebelumnya yang dengan mudah mengumbar senyum. Walau demikian Hambali tetap berusaha tegar menghadapi kenyataan. Telponnya tak pernah berhenti dari orang-orang ataupun lembaga keuangan yang menagih harus bayar ini dan itu. Tak mau pusing dengan dering telpon yang tak pernah berhenti Hambali akhirnya menonaktifkan HP. Biar nanti kalau suasananya lebih baik tentunya akan diaktifkan lagi.
            Ada secercah harapan dengan mendekati salah seorang temannya yang belum meminjam di koperasi. Setelah melalui lobi yang cukup mendebarkan akhirnya dicapai kata sepakat ‘bisa’ meminjamkan uang. Itupun harus melalui koperasi dengan meminjam namamnya. Kalau saja belum pernah pinjam tentu akan lebih mudah. Pengurus koperasi lalu dihubungi dan menjanjikan besok bisa dicairkan.
            Menunggu adalah pekerjaan yang sangat melelahkan. Setelah hari yang dijanjikan eh, yang bersangkutan tidak datang ke tempat kerja. Ada anaknya yang diwisuda. Aduh....lagi butuh seperti ini namun ada saja hambatannya. Merenung sambil memijit-mijit kening. Baiklah masih ada satu hari lagi sebelum akhirnya ganti bulan. Kalau besok seperti hari ini juga berarti siap-siap saja berdebat lagi dengan lising. Atau sudah seperti ini saja yang dirasakan, memijit-mijit sambil merenung harus seperti apa lagi.  Hambali  pusing tujuh keliling memikirkan hutang yang tercecer dimana-mana..
            Teringat dengan ucapan salah seorag motivator disalah satu grup WA. Kalau rejeki ternyata tidak sama dengan gaji. Gaji itu sudah jelas hitungannya namuan rejeki kadang tidak jelas bagaimana menghitungnya. Gaji sudah pasti namun rejeki kadang tidak bisa dipastikan. Usaha kesana kemari yang dilakukan Hambali untuk meminjam merupakan bagian dari usaha mencari rejeki. Diburu walau terasa jauh agar hidup sedikit bisa tenang. Kalau belum rejekinya walau diburu jauh-jauh namun belum bisa memberikan hasil yang diinginkan.
            Kemarin pihak lising sudah ngebel berkali-kali. Bosen dengan hanya menjanjikan akhirnya berani untuk menjanjikan kalau besok boleh datang ke rumah.
            “Besok datang ke rumah”
            “Mau bayar angsuran....”        
            “Tapi belum bisa semua ...”
Orang lising juga tahu kalau tidak semua itu artinya ada beberapa sisanya yang nanti dibayar pada bulan berikutnya. Itu juga tentunya dengan suatu perjanjian kapan sisanya akan dibayarkan.
            Setelah ganti hari namun dari koperasi orangnya belum berangkat juga. Tidak ada jamnya atau ada keperluan lain lagi. Hambali sudah berdoa yang intinya ingin masalah hutang ini bisa diatasi dengan baik. Berdoa pula agar pengurus yang memegang masalah keungan bisa hadir di Hari jum’at bertepatan dengan pihak lising yang akan menagih ke rumah.
            Harapan tinggal harapan, doa tingggal doa. Bila yang diatas belum berkehendak sepertinya  sambil nangispun tak bisa mengubah keadaan. Inilah yang hari ini terjadi, harus berfikir mencari jalan yang lainnnya lagi. Kapan hati bisa tenang kalau hutang yang menganga terbuka lebar dimana-mana.
            Besar pasak daripada tiang. Itulah gambaran yang cocok untuk diungkapkan pada kehidupan Hambali. Gaji sudah habis       untuk membayar ini dan itu yang itemnya sangat banyak. Harapan satu-satunya adalah tunjangan fungsional. Kali inipun harus menghirup dada dalam-dalam. Ya Allah kenapa ujian ini begitu terasa berat! Tertutup salah satu namun tersibak dilain tempat. Begitu dan begitu sampai akhirnya yang namanya ibadah tak terasa indah lagi seperti dahulu. Banyak yang dipikirkan untuk bisa terfokus pada salah satu titik namun  bayang-bayang hutang tak bisa dilepaskan begitu saja.
            Kini terpikirkan bagaimana  bisa menghasilkan uang tambahan buat keseharian. Bukan berarti apa yang sedang dikerjakan tidak menghasilkan uang. Ada, tetapi dengan melihat kondisi yang seperti sekarang ini sudah bukan                                                    harapan yang indah lagi. Tetap saja harus berfikir ada penghasilan tambahan. Ingin bergabung dengan salah satu usaha paytrend namun tetap saja terkendala dengan uang . Segala sesuatunya memang harus dengan uang.
            Berpikir positif, berpikir positif! Itulah yang membuat Hambali tetap bekerja seperti biasanya. Pikiran memang sedang bercabang-cabang. Inginnya satu per satu masalah yang sedang dihadapi bisa tuntas. Sandaran horisontal sedang dibina, sandaran vertikal tidak bosan-bosannya meminta  dengan berdoa. Tinggal sekarang bagaimana kelanjutannya? Ya...tentunya hanya dengan menunggu sambil berusaha. Kiranya Allah Yang Maha Pemberi Rejeki bisa membantu persoalan yang sedang                dihadapi Hambali.
            Ya Allah berikanlah kemudahan dalam membayar hutang-hutang, demikian Hambali memohon pada Yang Kuasa. Minta diberikan kemudahan dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.

                                                                                                            Cirebon, 31 Agustus 2018
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar