Cerpen
BESAR PASAK DARI TIANG
Oleh
: Nurdin Kurniawan
Mata terasa berat untuk dibuka walau
matahari sudah mulai meninggi. Badan terasa sakit untuk digerakkan, sendi-sendi
seperti ada perekat yang membuatnya kaku
untuk digerakkan. Duduk ditepi ranjang hanya menatap ubin yang mulai pudar
warna putihnya. Sedikit bergerak untuk melangkahkan kaki menuju kamar mandi.
Memegangi tembok agar badan tetap bisa berdiri tegak. Pagi yang teramat berat
untuk beraktivitas.
Mencoba merenungi kehidupan yang
sedang digeluti. Sepertinya hari-hari ini begitu beratnya untuk dilewati.
Semenjak dililit hutang yang cukup banyak Hambali banyak berdiam diri. Tak
seperti sebelumnya yang dengan mudah mengumbar senyum. Walau demikian Hambali
tetap berusaha tegar menghadapi kenyataan. Telponnya tak pernah berhenti dari
orang-orang ataupun lembaga keuangan yang menagih harus bayar ini dan itu. Tak
mau pusing dengan dering telpon yang tak pernah berhenti Hambali akhirnya menonaktifkan
HP. Biar nanti kalau suasananya lebih baik tentunya akan diaktifkan lagi.
Ada secercah harapan dengan
mendekati salah seorang temannya yang belum meminjam di koperasi. Setelah melalui
lobi yang cukup mendebarkan akhirnya dicapai kata sepakat ‘bisa’ meminjamkan
uang. Itupun harus melalui koperasi dengan meminjam namamnya. Kalau saja belum
pernah pinjam tentu akan lebih mudah. Pengurus koperasi lalu dihubungi dan
menjanjikan besok bisa dicairkan.
Menunggu adalah pekerjaan yang sangat
melelahkan. Setelah hari yang dijanjikan eh, yang bersangkutan tidak datang ke
tempat kerja. Ada anaknya yang diwisuda. Aduh....lagi butuh seperti ini namun
ada saja hambatannya. Merenung sambil memijit-mijit kening. Baiklah masih ada
satu hari lagi sebelum akhirnya ganti bulan. Kalau besok seperti hari ini juga
berarti siap-siap saja berdebat lagi dengan lising. Atau sudah seperti ini saja
yang dirasakan, memijit-mijit sambil merenung harus seperti apa lagi. Hambali pusing tujuh keliling memikirkan hutang yang
tercecer dimana-mana..
Teringat dengan ucapan salah seorag
motivator disalah satu grup WA. Kalau rejeki ternyata tidak sama dengan gaji.
Gaji itu sudah jelas hitungannya namuan rejeki kadang tidak jelas bagaimana
menghitungnya. Gaji sudah pasti namun rejeki kadang tidak bisa dipastikan.
Usaha kesana kemari yang dilakukan Hambali untuk meminjam merupakan bagian dari
usaha mencari rejeki. Diburu walau terasa jauh agar hidup sedikit bisa tenang.
Kalau belum rejekinya walau diburu jauh-jauh namun belum bisa memberikan hasil
yang diinginkan.
Kemarin pihak lising sudah ngebel
berkali-kali. Bosen dengan hanya menjanjikan akhirnya berani untuk menjanjikan
kalau besok boleh datang ke rumah.
“Besok datang ke rumah”
“Mau bayar angsuran....”
“Tapi belum bisa semua ...”
Orang
lising juga tahu kalau tidak semua itu artinya ada beberapa sisanya yang nanti
dibayar pada bulan berikutnya. Itu juga tentunya dengan suatu perjanjian kapan
sisanya akan dibayarkan.
Setelah ganti hari namun dari
koperasi orangnya belum berangkat juga. Tidak ada jamnya atau ada keperluan lain
lagi. Hambali sudah berdoa yang intinya ingin masalah hutang ini bisa diatasi
dengan baik. Berdoa pula agar pengurus yang memegang masalah keungan bisa hadir
di Hari jum’at bertepatan dengan pihak lising yang akan menagih ke rumah.
Harapan tinggal harapan, doa
tingggal doa. Bila yang diatas belum berkehendak sepertinya sambil nangispun tak bisa mengubah keadaan.
Inilah yang hari ini terjadi, harus berfikir mencari jalan yang lainnnya lagi.
Kapan hati bisa tenang kalau hutang yang menganga terbuka lebar dimana-mana.
Besar pasak daripada tiang. Itulah
gambaran yang cocok untuk diungkapkan pada kehidupan Hambali. Gaji sudah
habis untuk membayar ini dan itu yang
itemnya sangat banyak. Harapan satu-satunya adalah tunjangan fungsional. Kali
inipun harus menghirup dada dalam-dalam. Ya Allah kenapa ujian ini begitu
terasa berat! Tertutup salah satu namun tersibak dilain tempat. Begitu dan
begitu sampai akhirnya yang namanya ibadah tak terasa indah lagi seperti
dahulu. Banyak yang dipikirkan untuk bisa terfokus pada salah satu titik namun bayang-bayang hutang tak bisa dilepaskan
begitu saja.
Kini terpikirkan bagaimana bisa menghasilkan uang tambahan buat
keseharian. Bukan berarti apa yang sedang dikerjakan tidak menghasilkan uang.
Ada, tetapi dengan melihat kondisi yang seperti sekarang ini sudah bukan
harapan yang indah lagi. Tetap saja harus berfikir ada penghasilan
tambahan. Ingin bergabung dengan salah satu usaha paytrend namun tetap saja terkendala
dengan uang . Segala sesuatunya memang harus dengan uang.
Berpikir positif, berpikir positif!
Itulah yang membuat Hambali tetap bekerja seperti biasanya. Pikiran memang
sedang bercabang-cabang. Inginnya satu per satu masalah yang sedang dihadapi
bisa tuntas. Sandaran horisontal sedang dibina, sandaran vertikal tidak
bosan-bosannya meminta dengan berdoa.
Tinggal sekarang bagaimana kelanjutannya? Ya...tentunya hanya dengan menunggu sambil
berusaha. Kiranya Allah Yang Maha Pemberi Rejeki bisa membantu persoalan yang sedang dihadapi Hambali.
Ya Allah berikanlah kemudahan dalam
membayar hutang-hutang, demikian Hambali memohon pada Yang Kuasa. Minta
diberikan kemudahan dalam mengarungi kehidupan dunia dan akhirat.
Cirebon, 31 Agustus 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar