ARTIKEL
HIDUP TANPA ROKOK
Memperingati Hari Anti Tembakau
Internasional 31 Mei
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Pulang malam melintasi jembatan layang
seperti di fly over Pegambiran
ataupun fly over Gebang terasa
seperti di kota besar. Terang benderang oleh lampu sepanjang jalan mulai dari tanjakan
sampai turun kembali . Diperhatikan lampu-lampu yang menerangi sepanjang jalan
ini bila diperhatikan semuanya merupakan produk iklan. Bila diperhatikan lebih
lanjut ternyata iklan yang muncul mendominasi adalah iklan rokok. Seperti tidak
ada iklan produk lain selain rokok. Lihatlah salah satu artis yang juga berasal
dari Cirebon Charly Van Houten yang memang wajahnya mirip dengan suku Indian
wajahnya terpampang disalah satu iklan rokok apache. Belum lagi iklan-iklan
rokok lainnya yang memperlihatkan ketampanan, kejantanan, kekuatan dari orang
yang merokok.
Sepintas tidak mengundang masalah
dengan iklan-iklan rokok mendominiasi sepanjang fly over. Pengguna jalan sangat diuntungkan dengan kondisi jalanan yang terang benderang. Namun bila diperhatikan
lebih lanjut iklan seperti ini sedikit banyak mengundang kontroversi. Disatu
pihak pemerintah sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan suatu peringatan Hari
Anti Tembakau Internasional yang jatuh pada tanggal 31 Mei namun dilain pihak produsen
rokok tak pernah kalah dalam
mempropagandakan produk rokok. Salah satu produsen rokok berkilah dengan
banyaknya anjuran anti rokok malah produsen rokok berkilah dengan slogannya “mati satu tumbuh seribu”. Artinya kalau ada 1
orang yang berhenti merokok maka dibelakang masih ada 1.000 orang calon
perokok. Gila-gilaan memang namun seperti itulah yang dilakukan oleh produsen
rokok agar produksinya tidak pernah
berhenti.
Rasa-rasanya sudah sepakat semua
orang yang dimintai pendapatnya tentang rokok mengatakan kalau rokok itu
berbahaya dan merusak tubuh. Perokok aktif sendiri yaitu mereka yang sengaja
menghirup rokok mengakui kalau rokok berbahaya. Namun tetap saja apa yang
digembar-gemborkan oleh semua pihak termasuk dalam bungkus rokok itu sendiri
sudah ada tulisan yang mengatakan kalau rokok itu membunuhmu namun perokok
aktif tak bergeming dengan kebiasaan lamanya. Seakan tulisan atau peringatan
pemerintah hanya sebuah himbauan yang boleh tidak dipatuhi.
Pada satu batang rokok kurang lebih
mengandung 7.000 zat yang berbahaya dan 200 diantaranya berdampak memberi kurusakan pada sel dalam tubuh. Maka tidak
heran jika hal ini dapat memicu penyakit kanker yang beragam seperti kanker paru-paru,
emfisema, kanker mulut, pancreas, kandung kemih, dan juga rahim. Itu sebagian
kecil fakta bahwa rokok berdampak sangat fatal bagi kesehatan. Selain itu bahaya
terbesar rokok adalah berasal dari asap rokok yang tidak dihisap karena tidak
terjadi pembakaran tembakau yang sempurna kemudian menimbulkan zat-zat yang ternyata
lebih berbahaya.
Perokok
Pasif Lebih Menderita
Orang
yang tidak merokok atau perokok pasif adalah orang yang jauh lebih menderita
diakibatkan oleh mereka yang sengaja merokok (perokok aktif). Hal ini
disebabkan karena perokok pasif mendapatkan asap rokok dan menghirupnya tanpa
ada filter yang menyaring asap rokok tersebut. Berbeda dengan perokok aktif yang
pada rokoknya terdapat filter untuk menyaring asap rokok tersebut. Akan tetapi
perokok aktifpun secara tidak langsung menjadi perokok pasif juga karena mereka
dengan mengepulkan asap rokok merekapun bernafas mengambil kepulan asap rokok itu kembali.
Kejadian ini membuat perokok pasif terdzolimi oleh mereka yang sengaja merokok
demi kesenangan sendiri sementara penyakitnya disebarkan pada orang-orang yang
tidak merokok.
Di
Indonesia orang dengan mudahnya membeli rokok. Bahkan di warung-warung kecil
orang bisa membeli rokok hanya cukup satu batang. Hanya dengan uang Rp. 200
orang bisa merokok. Banyaknya penjual rokok sepertinya sulit untuk memberantas
apalagi menghilangkan budaya kebiasaan merokok. Mata rantai dari produsen sampai
ke konsumen sudah sedemikian rupa membentuk sel-sel yang paling kecil di
masyarakat yaitu warung-warung kecil.
Rata-rata seorang perokok bisa
menghabiskan Rp. 300-500 ribu setiap bulannya hanya untuk membeli rokok. Dengan
semakin membumbungnya harga rokok setiap hari, tentu ini akan berbahaya bagi
keuangan. Tapi bagi yang sudah kecanduan berapapun mahalnya harga sebatang
rokok akan tetap dibeli. Sudah beberapa kali pemerintah menaikkan harga cukai
rokok yang berakibat naiknya harga rokok namun mereka yang sudah kecanduan
rokok tetap saja akan berusaha untuk membelinya.
Penulis pernah berbincang dengan
orang yang sudah kecandungan dengan rokok. Kebetulan yang bersangkutan masih
ngontrak rumahnya. Penulis mencoba memancing arah pembicaraan agar yang
bersangkutan dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Diibaratkan kalau satu
batang rokok harganya Rp.200 dan harga ini sama dengan harga sebuah batu bata
merah maka setidaknya kalau sebulannya
menghabiskan Rp.500.000 untuk rokok itu artinya sudah bisa membeli 2.500 bata
merah. Dalam setahun sudah bisa 30.000
bata merah terbeli. Jumlah 30.000 bata merah sudah bisa membangun rumah yang
cukup besar. Rumah tipe 36 saja hanya membutuhkan 8.000 bata merah. Ini sudah
lebih besar dari rumah yang diperkirakan.
Gambaran yang sederhana seperti ini
saja tak akan bisa diterima oleh mereka yang sudah kecanduan rokok. Dijawabnya
dengan enteng kalau ada rejeki rumah juga akan bisa terbeli. Merokok ya tetap
merokok urusan rumah lain lagi!
Rejekinya memang untuk pengusaha rokok dan karyawannya katanya dengan enteng.
Lebih prihatin lagi ketika melihat
perokok pemula yang kebanyakan anak-anak. Dilihat mereka masih mengenakan
pakaian seragam sekolah. Bergerombol sembunyi-sembunyi merokok bersama
teman-temannya. Tampak gagah menurut pandangan sendiri saja tanpa menghiraukan
keadaan disekelilingnya. Hanya kepuasaan sesaat demi persahabatan dan kekompakan. Merokok
merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi
masalah nasional, dan bahkan internasional.
Penulis pernah meihat tayangan TV
swasta yang menanyangkan kisah seekor orang utan yang kecanduan rokok. Orang
utan ini berada di kebun binatang. Kecanduan orang utan akan rokok bermula dari
kebiasaan pengunjung yang suka melemparkan puntung rokok ke kandang orang utan.
Melihat kebiasaan pengunjung yang merokok inilah yang rupanya ditiru oleh orang
utan. Puntung rokok ini rupanya dicoba dihirup oleh orang utan. Untuk
menghentikan kebiasaan merokok orang utan ini sampai-sampai orang utan ini
harus direhabilitasi. Kasus orang utan yang merokok ini ditayangkan ke seluruh
dunia. Kebiasaan merokok ternyata tidak hanya oleh manusia namun orang
utanpun ikut merokok.
Bagi anak-anak yang merokok berbagai
penyakit akan menghampiri seperti asma, infeksi paru-paru, peningkatan resiko
berkembangnya tuberkolosis jika terpapar
carrier, alergi, terhambatnya perkembangan otak dan efek perilaku karena
terganggunya sistem syaraf, peningkatan kerusakan gigi, memperbesar peluang penyakit
bronchitis, memperbesar resiko kematian dan kurusakan organ tubuh dan masih
banyak penyakit lainnya akibat rokok.
Berikut ini tips mengurangi resiko
menjadi perokok pasif: 1. Mengusahakan lingkungan rumah yang bebas dari asap
rokok 2. Memastikan bahwa tamu tidak merokok di rumah 3. Menyediakan ruangan
khusus untuk merokok 4. Menjaga jarak dengan
perokok aktif 5. Memastikan seseorang untuk tidak merokok didalam mobil
kita.
Memperingati Hari Anti Tembakau Internasional
di tahun 2016 marilah kita berperilaku hidup sehat. Jauhi kita dan orang-orang
disekitar kita dari bahaya rokok. Cukuplah sudah kasus-kasus orang yang
meninggal akibat penyakit dikarenakan rokok. Stop dari sekarang kebiasaan
merokok!
*)
Praktisi Pendidikan
yang tidak merokok
Tidak ada komentar:
Posting Komentar