Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 26 Juni 2019

HIDUP TANPA ROKOK (Artikel)


ARTIKEL

HIDUP TANPA ROKOK
Memperingati Hari Anti Tembakau Internasional 31 Mei

Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


            Pulang malam melintasi jembatan layang seperti di fly over Pegambiran ataupun fly over Gebang terasa seperti di kota besar. Terang benderang oleh lampu sepanjang jalan mulai dari tanjakan sampai turun kembali . Diperhatikan lampu-lampu yang menerangi sepanjang jalan ini bila diperhatikan semuanya merupakan produk iklan. Bila diperhatikan lebih lanjut ternyata iklan yang muncul mendominasi adalah iklan rokok. Seperti tidak ada iklan produk lain selain rokok. Lihatlah salah satu artis yang juga berasal dari Cirebon Charly Van Houten yang memang wajahnya mirip dengan suku Indian wajahnya terpampang disalah satu iklan rokok apache. Belum lagi iklan-iklan rokok lainnya yang memperlihatkan ketampanan, kejantanan, kekuatan dari orang yang merokok.
            Sepintas tidak mengundang masalah dengan iklan-iklan rokok mendominiasi sepanjang fly over. Pengguna jalan sangat diuntungkan dengan kondisi jalanan  yang terang benderang. Namun bila diperhatikan lebih lanjut iklan seperti ini sedikit banyak mengundang kontroversi. Disatu pihak pemerintah sedang gencar-gencarnya mengkampanyekan suatu peringatan Hari Anti Tembakau Internasional yang jatuh pada tanggal 31 Mei namun dilain pihak produsen rokok tak pernah kalah dalam  mempropagandakan produk rokok. Salah satu produsen rokok berkilah dengan banyaknya anjuran anti rokok malah produsen rokok berkilah dengan slogannya  “mati satu tumbuh seribu”. Artinya kalau ada 1 orang yang berhenti merokok maka dibelakang masih ada 1.000 orang calon perokok. Gila-gilaan memang namun seperti itulah yang dilakukan oleh produsen rokok agar produksinya  tidak pernah berhenti.
            Rasa-rasanya sudah sepakat semua orang yang dimintai pendapatnya tentang rokok mengatakan kalau rokok itu berbahaya dan merusak tubuh. Perokok aktif sendiri yaitu mereka yang sengaja menghirup rokok mengakui kalau rokok berbahaya. Namun tetap saja apa yang digembar-gemborkan oleh semua pihak termasuk dalam bungkus rokok itu sendiri sudah ada tulisan yang mengatakan kalau rokok itu membunuhmu namun perokok aktif tak bergeming dengan kebiasaan lamanya. Seakan tulisan atau peringatan pemerintah hanya sebuah himbauan yang boleh tidak dipatuhi.
            Pada satu batang rokok kurang lebih mengandung 7.000 zat yang berbahaya dan 200 diantaranya berdampak memberi  kurusakan pada sel dalam tubuh. Maka tidak heran jika hal ini dapat memicu penyakit kanker yang beragam seperti kanker paru-paru, emfisema, kanker mulut, pancreas, kandung kemih, dan juga rahim. Itu sebagian kecil fakta bahwa rokok berdampak sangat fatal bagi kesehatan. Selain itu bahaya terbesar rokok adalah berasal dari asap rokok yang tidak dihisap karena tidak terjadi pembakaran tembakau yang sempurna kemudian menimbulkan zat-zat yang ternyata lebih berbahaya.

Perokok Pasif Lebih Menderita
Orang yang tidak merokok atau perokok pasif adalah orang yang jauh lebih menderita diakibatkan oleh mereka yang sengaja merokok (perokok aktif). Hal ini disebabkan karena perokok pasif mendapatkan asap rokok dan menghirupnya tanpa ada filter yang menyaring asap rokok tersebut. Berbeda dengan perokok aktif yang pada rokoknya terdapat filter untuk menyaring asap rokok tersebut. Akan tetapi perokok aktifpun secara tidak langsung menjadi perokok pasif juga karena mereka dengan mengepulkan asap rokok merekapun bernafas  mengambil kepulan asap rokok itu kembali. Kejadian ini membuat perokok pasif terdzolimi oleh mereka yang sengaja merokok demi kesenangan sendiri sementara penyakitnya disebarkan pada orang-orang yang tidak merokok.
Di Indonesia orang dengan mudahnya membeli rokok. Bahkan di warung-warung kecil orang bisa membeli rokok hanya cukup satu batang. Hanya dengan uang Rp. 200 orang bisa merokok. Banyaknya penjual rokok sepertinya sulit untuk memberantas apalagi menghilangkan budaya kebiasaan merokok. Mata rantai dari produsen sampai ke konsumen sudah sedemikian rupa membentuk sel-sel yang paling kecil di masyarakat yaitu warung-warung kecil.
Rata-rata seorang perokok bisa menghabiskan Rp. 300-500 ribu setiap bulannya hanya untuk membeli rokok. Dengan semakin membumbungnya harga rokok setiap hari, tentu ini akan berbahaya bagi keuangan. Tapi bagi yang sudah kecanduan berapapun mahalnya harga sebatang rokok akan tetap dibeli. Sudah beberapa kali pemerintah menaikkan harga cukai rokok yang berakibat naiknya harga rokok namun mereka yang sudah kecanduan rokok tetap saja akan berusaha untuk membelinya.
Penulis pernah berbincang dengan orang yang sudah kecandungan dengan rokok. Kebetulan yang bersangkutan masih ngontrak rumahnya. Penulis mencoba memancing arah pembicaraan agar yang bersangkutan dapat menghentikan kebiasaan merokoknya. Diibaratkan kalau satu batang rokok harganya Rp.200 dan harga ini sama dengan harga sebuah batu bata merah maka setidaknya  kalau sebulannya menghabiskan Rp.500.000 untuk rokok itu artinya sudah bisa membeli 2.500 bata merah. Dalam setahun  sudah bisa 30.000 bata merah terbeli. Jumlah 30.000 bata merah sudah bisa membangun rumah yang cukup besar. Rumah tipe 36 saja hanya membutuhkan 8.000 bata merah. Ini sudah lebih besar dari rumah yang diperkirakan.
Gambaran yang sederhana seperti ini saja tak akan bisa diterima oleh mereka yang sudah kecanduan rokok. Dijawabnya dengan enteng kalau ada rejeki rumah juga akan bisa terbeli. Merokok ya tetap merokok urusan rumah lain  lagi! Rejekinya memang untuk pengusaha rokok dan karyawannya katanya dengan enteng.
Lebih prihatin lagi ketika melihat perokok pemula yang kebanyakan  anak-anak. Dilihat mereka masih mengenakan pakaian seragam sekolah. Bergerombol sembunyi-sembunyi merokok bersama teman-temannya. Tampak gagah menurut pandangan sendiri saja tanpa menghiraukan keadaan disekelilingnya. Hanya kepuasaan sesaat demi  persahabatan dan kekompakan. Merokok merupakan salah satu masalah yang sulit dipecahkan. Apalagi sudah menjadi masalah nasional, dan bahkan internasional.
Penulis pernah meihat tayangan TV swasta yang menanyangkan kisah seekor orang utan yang kecanduan rokok. Orang utan ini berada di kebun binatang. Kecanduan orang utan akan rokok bermula dari kebiasaan pengunjung yang suka melemparkan puntung rokok ke kandang orang utan. Melihat kebiasaan pengunjung yang merokok inilah yang rupanya ditiru oleh orang utan. Puntung rokok ini rupanya dicoba dihirup oleh orang utan. Untuk menghentikan kebiasaan merokok orang utan ini sampai-sampai orang utan ini harus direhabilitasi. Kasus orang utan yang merokok ini ditayangkan ke seluruh dunia. Kebiasaan merokok ternyata tidak hanya oleh manusia namun orang utanpun  ikut merokok.
Bagi anak-anak yang merokok berbagai penyakit akan menghampiri seperti asma, infeksi paru-paru, peningkatan resiko berkembangnya  tuberkolosis jika terpapar carrier, alergi, terhambatnya perkembangan otak dan efek perilaku karena terganggunya sistem syaraf, peningkatan kerusakan gigi, memperbesar peluang penyakit bronchitis, memperbesar resiko kematian dan kurusakan organ tubuh dan masih banyak penyakit lainnya akibat rokok.
Berikut ini tips mengurangi resiko menjadi perokok pasif: 1. Mengusahakan lingkungan rumah yang bebas dari asap rokok 2. Memastikan bahwa tamu tidak merokok di rumah 3. Menyediakan ruangan khusus untuk merokok 4. Menjaga jarak dengan  perokok aktif 5. Memastikan seseorang untuk tidak merokok didalam mobil kita.
 Memperingati Hari Anti Tembakau Internasional di tahun 2016 marilah kita berperilaku hidup sehat. Jauhi kita dan orang-orang disekitar kita dari bahaya rokok. Cukuplah sudah kasus-kasus orang yang meninggal akibat penyakit dikarenakan rokok. Stop dari sekarang kebiasaan merokok!

                                                                                                        *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                             yang tidak merokok

Tidak ada komentar:

Posting Komentar