Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

FULL DAY SCHOOL (Artikel)


ARTIKEL

FULL DAY SCHOOL
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

            Pejabat negara sekelas menteri tentu saja harus punya program yang jelas. Apalagi menteri yang baru terpilih tentu harus punya prioritas yang harus segera diumumkan pada masyarakat. Apalagi dalam 100 hari programnya ini setidaknya bisa dirasakan oleh masyarakat. Adalah Mendikbud yang baru pengganti Anies Baswedan ketika didesak awak media apa yang harus dilakukan dalam 100 hari kerjanya? Mendibud yang baru Prof.Dr. Muhadjir Effendy yang mantan rektor Universitas Mumammadiyah Malang (UMM) menggagas wacana full day school.
            Sebenarnya full day school bukan barang baru. Ketika masih mendikbudnya M. Nuh juga sudah ada gagagasan seperti ini. Kala itu M. Nuh membuat gebragan sekolah menjadi 5 hari kerja dari Senin sampai Jum’at saja. Dibeberapa kota besar seperti Jakarta program ini sudah diterapkan walau masih ada sekolah yang kemudian menolak 5 hari kerja dengan berbagai alasan. Menjadi ramai di masyarakat adalah ketika rencana program full day school akan diterapkan mulai dari jenjang SD sampai SMP diseluruh tanah air baik negeri ataupun swasta.
            Masyarakat yang hanya menerima informasi setengah-setengah tentu bertanya-tanya seperti apa full day school yang dimaksud Muhadjir? Dari informasi yang didapat dengan adanya full day school sekolah hanya sampai Jum’at dan sekolah menjadi sore pulangnya. Perbincangan dengan sesama teman guru pun bermunculan mengenai wacana full day school ala mendikbud.
            Salah seorang rekan guru yang kebetulan punya anak yang masih balita berang bukan main walau full day school masih wacana. Alasannya  bagaimana dengan si kecil yang masih menyusui? Bagaimana pula pula dengan perkembangan anak-anak yang lainnya kalau seharian anak berada di sekolah? Terus bagaimana pula denga nasib gurunya yang selama ini tidak ada uang lauk pauk tidak seperti pegawai pusat ataupun TNI yang ada uang lauk pauknya, kan ngajarnya juga sampai sore? Pokoknya banyak pertanyaan yang mengemuka tentang full day school.
             Menanggapi pendapat-pemdapat seperti hal tersebut, Muhadjir mengklaim jika konsep full day school tidak seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Menurut dia, program yang akan menyasar sekolah dasar dan menengah pertama tersebut justru akan membuat para siswa senang meskipun seharian ada di sekolah.
Berikut tiga alasan Menteri Muhadjir seperti diunggah Kompas.com : 1. Tidak ada mata pelajaran. Menurut Muhadjir, full day school adalah pemberian jam tambahan. Tapi dalam jam tambahan tersebut tidak ada mata pelajaran yang bisa membuat para siswa bosan. Kegiatan yang dilakukan adalah ekstrakulikuler. Kegiatan ekstrakulikuler tersebut akan merangkum hingga 18 karakter, seperti jujur, toleransi, disiplin, hingga cinta tanah air. Dengan kegiatan tersebut, dia mengatakan para siswa bisa dijauhkan dari pergaulan yang negatif. 2. Orang tua bisa jemput anak ke sekolah. Pertimbangan lain dari program full day school adalah masalah hubungan antara orang tua dan anak. Menurut Muhadjir, untuk masyarakat yang tinggal di perkotaan, pada umumnya orang tua bekerja hingga pukul 5 sore. Dengan program tersebut, kata dia, orang tua bisa menjemput anak mereka di sekolah saat pulang kerja. Saat ini siswa pulang dari sekolah pukul 1 siang, sementara orang tua baru pulang pukul 5 sore. "Antara jam 1 sampai jam 5 kita enggak tahu siapa yang bertanggung jawab pada anak, karena sekolah juga sudah melepas sementara keluarga juga belum ada. 3. Membantu sertifikasi guru. Program full day school dianggap Muhadjir dapat membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar 24 jam per minggu sebagai syarat mendapatkan sertifikasi guru. "Guru yang mencari tambahan jam belajar di sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam itu dari ini.
            Dengan sistem full day school ini, secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari kerja. Tujuan sistem tersebut adalah agar anak tidak sendiri dirumah ketika orangtua masih bekerja. Jika anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan mengaji sampai dijemput orangtuanya usai jam kerja. Tidak menutup kemungkinan anak-anak juga bisa pulang bersama-sama dengan orangtua.
            Pro Kontra 
            Di beberapa kota besar di Indonesia seperti Jakarta misalnya full day school yang sudah diterapkan di SMA dan SMK bisa diterima  namun apakah kondisi sekolah di tiap daerah sama? Apalagi yang akan dterapkan di jenjang SD dan SMP. Di SD yang ada di daerah-daerah anak kalau habis pulang sekolah biasanya sekolah lagi di Madrasah Diniyah (MD) yang waktunya setelah sekolah formal selesai. Bagaimana nanti bila hal ini diterapkan? Tentu yang namanya institusi Madrasah Diniyah bisa bangkut. Wajar bila kemudian beberapa politisi yang menolak gagasan full day school. Full day school masih perlu kajian mendalam untuk bisa diterapkan di SD dan SMP.
            Berikut penulis rangkum dari beberapa nitizen baik yag pro maupun yang kontra tentang konsep full day school seperti yang diwacanakan Muhadjir. Mereka yang pro , dari Prawiro Harto mengungkapkan gagasan bagus untuk meningkatkan kualitas bangsa, dan jangan ada istilah full day school berangkat pagi pulang petang kan hari Jum’at jam 14.00 sudah pulang. Sabtu Minggu anak-anak libur hasil akhirnya anak-anak kritis, cerdas, disiplin, semangat dan masuk di kancah universitas elit dan internasional. Dari Falah Syaifallah mengatakan mantap, mari majukan bangsa, memang banyak tantangan untuk maju pak.
            Mereka yang kontra, dari Vincent yang menulis sudah turun saja lu. Menteri tidak jelas bikin gaduh. Urusin KIP, masih banyal anak yang tidak bisa sekolah. Trus lu mikir tidak sih, anak di daerah itu jalan 2-3 jam. Kalau dipaksa pulang malam malah banyak yang putus sekolah gue jamin. Kasihan yang miskin tidak bisa sekolah, yang kaya di kota pakai mobil. Ada lagi pendapat dari Andri Noverizal yang menulis Menteri yang seret pengalaman (bukan sarat…) baru sebatas UMM doank sok mikirin Indonesia…yaaa begini dech. Ada lagi dari Jefri yang menulis bingung…ganti menteri ganti aturan.
            Program full day school masih terus disosialisasikan. Mulai dari sekolah yang ada di pusat kota sampai daerah terpencil akan mendapatkan penjelasan terkait sistem ini. Selain itu, menurut mendikbud, setelah sosialisasi intensif dilakukan, nantinya akan ada payung hukumnya, yakni Peraturan Menteri (Permen).
Mendikbud menjelaskan, konsep full day school bukan berarti siswa belajar sepenuhnya di sekolah. Namun, siswa dapat mengikuti kegiatan menarik lain, seperti ekstrakurikuler.
            Apapun nanti perkembangannya full day school akan terus dicermati. Sebagai seorang guru, penulis masih berharap kelanjutan dari program 100 hari kerja Muhadjir. Yang paling membanggakan dari perkataan Muhadjir ialah beliau tidak akan mengutak-atik yang namanya sertifikasi. Ini yang paling penting buat guru! Program boleh mentereng setinggi langit tapi jangan sampai merisaukan guru terutama yang menyangkut sertifikasi. Profesionalisme guru harus terus ditingkatkan.

                                                                                                           *) Praktisi Pendidikan
                       

Tidak ada komentar:

Posting Komentar