ARTIKEL
FULL DAY SCHOOL
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Pejabat negara sekelas menteri tentu
saja harus punya program yang jelas. Apalagi menteri yang baru terpilih tentu
harus punya prioritas yang harus segera diumumkan pada masyarakat. Apalagi
dalam 100 hari programnya ini setidaknya bisa dirasakan oleh masyarakat. Adalah
Mendikbud yang baru pengganti Anies Baswedan ketika didesak awak media apa yang
harus dilakukan dalam 100 hari kerjanya? Mendibud yang baru Prof.Dr. Muhadjir Effendy yang mantan rektor Universitas Mumammadiyah
Malang (UMM) menggagas wacana full day
school.
Sebenarnya
full day school bukan barang baru.
Ketika masih mendikbudnya M. Nuh juga sudah ada gagagasan seperti ini. Kala itu
M. Nuh membuat gebragan sekolah menjadi 5 hari kerja dari Senin sampai Jum’at
saja. Dibeberapa kota besar seperti Jakarta program ini sudah diterapkan walau
masih ada sekolah yang kemudian menolak 5 hari kerja dengan berbagai alasan.
Menjadi ramai di masyarakat adalah ketika rencana program full day school akan diterapkan mulai dari jenjang SD sampai SMP
diseluruh tanah air baik negeri ataupun swasta.
Masyarakat
yang hanya menerima informasi setengah-setengah tentu bertanya-tanya seperti
apa full day school yang dimaksud
Muhadjir? Dari informasi yang didapat dengan adanya full day school sekolah hanya sampai Jum’at dan sekolah menjadi
sore pulangnya. Perbincangan dengan sesama teman guru pun bermunculan mengenai
wacana full day school ala mendikbud.
Salah
seorang rekan guru yang kebetulan punya anak yang masih balita berang bukan
main walau full day school masih
wacana. Alasannya bagaimana dengan si
kecil yang masih menyusui? Bagaimana pula pula dengan perkembangan anak-anak
yang lainnya kalau seharian anak berada di sekolah? Terus bagaimana pula denga
nasib gurunya yang selama ini tidak ada uang lauk pauk tidak seperti pegawai
pusat ataupun TNI yang ada uang lauk pauknya, kan ngajarnya juga sampai sore?
Pokoknya banyak pertanyaan yang mengemuka tentang full day school.
Menanggapi pendapat-pemdapat seperti hal
tersebut, Muhadjir mengklaim jika konsep full
day school tidak seperti yang dikhawatirkan masyarakat. Menurut dia,
program yang akan menyasar sekolah dasar dan menengah pertama tersebut justru
akan membuat para siswa senang meskipun seharian ada di sekolah.
Berikut
tiga alasan Menteri Muhadjir seperti diunggah Kompas.com : 1. Tidak ada mata pelajaran. Menurut Muhadjir, full day school adalah pemberian jam
tambahan. Tapi dalam jam tambahan tersebut tidak ada mata pelajaran yang bisa
membuat para siswa bosan. Kegiatan yang dilakukan adalah ekstrakulikuler. Kegiatan
ekstrakulikuler tersebut akan merangkum hingga 18 karakter, seperti jujur,
toleransi, disiplin, hingga cinta tanah air. Dengan kegiatan tersebut, dia
mengatakan para siswa bisa dijauhkan dari pergaulan yang negatif. 2. Orang tua
bisa jemput anak ke sekolah. Pertimbangan lain dari program full day school adalah masalah hubungan
antara orang tua dan anak. Menurut Muhadjir, untuk masyarakat yang tinggal di
perkotaan, pada umumnya orang tua bekerja hingga pukul 5 sore. Dengan program
tersebut, kata dia, orang tua bisa menjemput anak mereka di sekolah saat pulang
kerja. Saat ini siswa pulang dari sekolah pukul 1 siang, sementara orang tua
baru pulang pukul 5 sore. "Antara jam 1 sampai jam 5 kita enggak tahu
siapa yang bertanggung jawab pada anak, karena sekolah juga sudah melepas
sementara keluarga juga belum ada. 3. Membantu sertifikasi guru. Program full day school dianggap Muhadjir dapat
membantu guru untuk mendapatkan durasi jam mengajar 24 jam per minggu sebagai
syarat mendapatkan sertifikasi guru. "Guru yang mencari tambahan jam
belajar di sekolah nanti akan mendapatkan tambahan jam itu dari ini.
Dengan sistem full day
school ini, secara perlahan anak didik akan terbangun karakternya dan tidak
menjadi 'liar' di luar sekolah ketika orangtua mereka masih belum pulang dari
kerja. Tujuan sistem tersebut adalah agar anak tidak sendiri dirumah ketika
orangtua masih bekerja. Jika anak-anak tetap berada di sekolah, mereka bisa
menyelesaikan tugas-tugas sekolah dan mengaji sampai dijemput orangtuanya usai
jam kerja. Tidak menutup kemungkinan anak-anak juga bisa pulang bersama-sama
dengan orangtua.
Pro Kontra
Di beberapa kota besar di Indonesia
seperti Jakarta misalnya full day school yang
sudah diterapkan di SMA dan SMK bisa diterima
namun apakah kondisi sekolah di tiap daerah sama? Apalagi yang akan
dterapkan di jenjang SD dan SMP. Di SD yang ada di daerah-daerah anak kalau
habis pulang sekolah biasanya sekolah lagi di Madrasah Diniyah (MD) yang
waktunya setelah sekolah formal selesai. Bagaimana nanti bila hal ini
diterapkan? Tentu yang namanya institusi Madrasah Diniyah bisa bangkut. Wajar
bila kemudian beberapa politisi yang menolak gagasan full day school. Full day school masih perlu kajian mendalam untuk
bisa diterapkan di SD dan SMP.
Berikut
penulis rangkum dari beberapa nitizen baik yag pro maupun yang kontra tentang
konsep full day school seperti yang
diwacanakan Muhadjir. Mereka yang pro , dari Prawiro Harto mengungkapkan gagasan bagus untuk meningkatkan kualitas
bangsa, dan jangan ada istilah full day school berangkat pagi pulang petang kan
hari Jum’at jam 14.00 sudah pulang. Sabtu Minggu anak-anak libur hasil akhirnya
anak-anak kritis, cerdas, disiplin, semangat dan masuk di kancah universitas
elit dan internasional. Dari Falah Syaifallah mengatakan mantap, mari majukan bangsa, memang banyak
tantangan untuk maju pak.
Mereka yang
kontra, dari Vincent yang menulis sudah
turun saja lu. Menteri tidak jelas bikin gaduh. Urusin KIP, masih banyal anak
yang tidak bisa sekolah. Trus lu mikir tidak sih, anak di daerah itu jalan 2-3
jam. Kalau dipaksa pulang malam malah banyak yang putus sekolah gue jamin.
Kasihan yang miskin tidak bisa sekolah, yang kaya di kota pakai mobil. Ada
lagi pendapat dari Andri Noverizal yang menulis Menteri yang seret pengalaman (bukan sarat…) baru sebatas UMM doank sok
mikirin Indonesia…yaaa begini dech. Ada lagi dari Jefri yang menulis bingung…ganti menteri ganti aturan.
Program full day school masih terus
disosialisasikan. Mulai dari sekolah yang ada di pusat kota sampai daerah
terpencil akan mendapatkan penjelasan terkait sistem ini. Selain itu, menurut
mendikbud, setelah sosialisasi intensif dilakukan, nantinya akan ada payung
hukumnya, yakni Peraturan Menteri (Permen).
Mendikbud menjelaskan, konsep full day school bukan berarti siswa belajar sepenuhnya di sekolah. Namun, siswa dapat mengikuti kegiatan menarik lain, seperti ekstrakurikuler.
Mendikbud menjelaskan, konsep full day school bukan berarti siswa belajar sepenuhnya di sekolah. Namun, siswa dapat mengikuti kegiatan menarik lain, seperti ekstrakurikuler.
Apapun
nanti perkembangannya full day school akan
terus dicermati. Sebagai seorang guru, penulis masih berharap kelanjutan dari
program 100 hari kerja Muhadjir. Yang paling membanggakan dari perkataan
Muhadjir ialah beliau tidak akan mengutak-atik yang namanya sertifikasi. Ini
yang paling penting buat guru! Program boleh mentereng setinggi langit tapi
jangan sampai merisaukan guru terutama yang menyangkut sertifikasi.
Profesionalisme guru harus terus ditingkatkan.
*) Praktisi Pendidikan
Tidak ada komentar:
Posting Komentar