FENOMENA LIKUIFAKSI PADA GEMPA PALU
Oleh
: Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Gempa
merupakan fenomena alam yang sudah tak asing lagi bagi kita yang tinggal di
Indonesia. Sebagai negara yang terletak di pertemuan 3 lempeng dunia yaitu
Lempeng Eurasia, Lempeng Indo Australia dan Lempeng Pasifik tentunya gempa akan
sering dijumpai. Begitu pula dengan musibah susulan yang diakibatkan oleh gempa
yang terjadi di dasar laut akan memunculkan gelombang besar yang disebut
tsunami.
Peristiwa
gempa bumi yang telah malanda Palu dan Donggala pada hari Jum’at, Tanggal 28
September 2018 memunculkan fenomena lain yang bernama likuifaksi. Apa itu
likuikasi? Menurut Kepala Bagian Humas BMKG, Harry Tirto Djatmiko
"Likuifaksi adalah tanah yang kehilangan kekuatan akibat diguncang oleh
gempa, yang mengakibatkan tanah tidak memiliki daya ikat. Guncangan gempa
meningkatkan tekanan air sementara daya ikat tanah melemah, hal ini menyebabkan
sifat tanah berubah dari padat menjadi cair".
Adapun likuifaksi atau pencairan
tanah yang terjadi saat gempa mengguncang Kota Palu, Sulawesi Tengah, pada
Jumat (28/9) merupakan fenomena baru bagi masyarakat Indonesia. Dalam berbagai
video yang tersebar di media sosial, likuifaksi ditandai dengan bergeraknya
bangunan di atas tanah seolah-olah terseret oleh lumpur, seperti yang terjadi
di Kelurahan Petobo.
Ketika menyaksikan video tanah
bergerak seperti tidak percaya. Bangunan rumah bercat hijau ikut berjalan.
Pohon-pohon kelapa yang kekar dan kuat ikut pula berjalan. Tak hanya itu menara
salah satu seluler yang terlihat kokoh ikut pula berjalan. Hebatnya lagi
tentunya orang yang mengabadikan
fenomena likuifaksi ini tidak merasa takut akan bahaya yang mengancam dirinya.
Ia asyik saja merekan kejadian likuifaksi. Setelah atap seng yang dijadikan ia
berpijak ikut bergerak disamping tanah mulai menyemburkan lumpur barulah ia
lari menyelematkan diri.
Kepala Pusat Data Informasi dan
Hubungan Masyarakat, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB), Sutopo Purwo
Nugroho mengatakan, kejadian likuifaksi di Kota Palu bukanlah yang pertama kali
terjadi. Pada gempa bumi yang terjadi di Lombok, likuifaksi juga terjadi.
Namun, skalanya lebih kecil. Sepeeti dilansir Tempo.co. "Tidak semua tempat yang terjadi gempa, terjadi juga
likuifaksi. Di Lombok terjadi, tapi kecil. Tapi kalau kita melihat di Palu,
likuifaksi yang terjadi begitu besar," kata dia saat konferensi pers di
Graha BNPB.
Menurut Sutopo Purwo Nugroho , terjadinya likuifaksi disebabkan oleh
guncangan gempa. Kondisi material geologi yang ada di tanah juga ikut mempengaruhi.
Ketika guncangan terjadi, tanah menjadi cair karena material air yang tinggi. Dalam
volume air yang besar, kata dia, tanah menjadi gembur. Akibatnya, bangunan di
atas tanah, perumahan, dan pohon, itu berjalan pelan-pelan sampai akhirnya
ambles dan tertimbun oleh lumpur.
Bila diibaratkan likuifaksi ini
seperti kita sedang mengetuk-ngetuk toples untuk memasukkan suatu benda supaya
ada banyak yang masuk ke dalamnya. Ini menyebabkan cairan atau material halus
berada di atas, seperti itulah menggambarkan preses likuifaksi pada peristiawa
gempa bumi.
Perbendaharaan kita tentang fenomena akibat gempa kini bertambah. Ada
istilah baru yang muncul yaitu likuifaksi. Dengan kata lain, likuifaksi
merupakan proses keluarnya lumpur dari lapisan tanah akibat guncangan gempa dan
menyebabkan lapisan tanah yang awalnya kompak, bercampur dengan air menjadi
lumpur. Kekuatan tanah yang berkurang mengakibatkan bangunan di atasnya hancur.
Pada kejadian musibah gempa bumi di beberapa negara ada yang disertai
dengan terjadinya likuifaksi. Lantas, di mana saja likuifaksi ini pernah
terjadi?
1. Sulawesi Tengah. Likuifaksi terjadi sesaat
setelah gempa bermagnitugo 7,4 di Sulawesi Tengah, Jumat (28/9). Rumah dan
pohon amblas akibat likuifaksi. Ada empat lokasi yang mengalami likuifaksi.
Kebanyakan di Kabupaten Sigi. 2. Niigata,
Jepang. Dikutip dari USGS, peristiwa di Niigata (1964) merupakan salah
satu likuifaksi yang paling terkenal. Akibatnya, bangunan apartemen amblas. Fenomena
ini terjadi pada 16 Juni 1964 pascagempa bermagnitudo 7,5. Ada sekitar 2.000
rumah yang dilaporkan hancur total. 3.
Christchurch, Selandia Baru. Gempa bermagnitudo 6,3 terjadi pada tanggal
25 Februari 2011 yang mengakibatkan likuifaksi. Dilansir dari The New Zealand
Herald, sejumlah bangunan rusak akibat likuifaksi. 4. Pohang, Korea Selatan. Fenomena ini terjadi tanggal 15 November
2017. Pemerintah Korea Selatan menyebutkan likuifaksi yang terjadi tidak
menimbulkan kerusakan signifikan di Pohang. Dilansir dari Korea Times, Kementerian
Dalam Negeri dan Keselamatan Korsel mengkonfirmasi lima wilayah telah terkena
pencairan. Tetapi tingkat keseriusan dari empat lainnya bahkan lebih rendah. 5. San Francisco, Amerika Serikat. Sebuah
rumah di Mission District San Francisco mengalami kerusakan akibat likuifaksi
yang terjadi akibat gempa bumi pada 18 April tahun 1906. Guncangan gempa
menyebabkan isi buatan mencair dan kehilangan kemampuannya untuk menyangga
rumah. Likuifaksi juga terjadi di Dore Street, San Francisco di periode yang
sama. Rumah-rumah di lokasi amblas. Dilansir dari USGS, daerah tersebut dulunya
merupakan tanah rawa.
Deretan peristia gempa bumi yang
memimpa Indonesia mudah-mudahan menjadi pembelajaran buat kita semua. Bila Yang
Maha Kuasa sudah berkehendak terjadi maka akan terjadilah. Saudara-saudara kita
yang sedang tertimpa musibah mudah-mudahan diberi kekuatan. Tidak semata-mata
musibah datang namun ada kehendak Yang Kuasa dibalik itu semua. Semoga kita
bisa mengambil hikmahnya.
*) Praktisi Pendidikan
Tinggal di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar