ARTIKEL
FENOMENA PIALA DUNIA
Oleh
: Nurdin Kurniawan, S.Pd.*)
Gonjang-ganjing
pilkada masih berlangsung namun gaungnya mulai mengendur bersamaan dengan pemberitaan
tentang Piala Dunia yang masih berlangsung. Piala Dunia yang berlangsung di
Rusia menyita banyak perhatian masyarakat. Kalau saja tidak ada Piala Dunia
sepertinya berita tentang pilkada masih saja mendominasi. Masih beruntung ada
kejuaraan dunia sepakbola. Beberapa riak bahkan gelombang akibat pilkada tertelan dengan pemberitaan Piala Dunia.
Sambil
menunggu hasil resmi dari KPU maka pilihan yang terbilang bijak adalah jangan
saling klaim yang menjadi pemenang. Sebagi penonton yang juga telah menunaikan
hak dan kewajiban sebagai warga negara ikut mencoblos dalam pilkada maka kini
tinggal menunggu saja keputusan KPU.
Walau
Indonesia tidak masuk dalam 32 negara
yang ikut berlaga di Rusia namun pandangan mata tetap saja tertuju pada Rusia.
Ingin sekali menyaksikan langsung di beberapa stadion yang ada di Rusia. Namun
apadaya dengan segala keterbatasan akhirnya hanya mampu melihat di layar kaca
televisi.
Beberapa
negara yang tadinya berjumah 32 kini berangsur-angsur pulang meninggalkan
Rusia. Mereka mulai tersisih di babak 16 besar. Negara-negara yang tadinya
dijagokan berpeluang menjadi yang terbaik ternyata pulang lebih awal. Katakan
saja mantan juara dunia 4 tahun sebelumnya yaitu Jerman harus pulang setelah
berada di bawah klasemen group F.
Gelaran
Piala Dunia 2018 yang fenomenal telah menyelesaikan babak penyisihan fase grup.
Mulai 30 Juni 2018, pertandingan sudah memasuki babak 16 besar. Kini hanya
tersisa 16 tim untuk bisa bersaing memperebutkan gelar juara ajang empat
tahunan ini. Sudah mulai terlihat hasilnya Argentina harus pulang kalah dari
Perancis dengan skor 3-4. Gol kemenangan Les Bleus dicetak Antoine Griezmann
(13' penalti), Benjamin Pavard (57'), dan Kylian Mbappe (64', 68'), sedangkan
gol Tim Tango dibukukan Angel Di Maria (41'), Gabriel Mercado (48'), dan Sergio
Aguero (90+3').
Menyusul Portugal juga harus pulang
lebih awal karena tersingkir oleh Uruguay dengan skor 1-2. Gol kemenangan
Uruguay dicetak oleh Edinson Cavani (7', 62') dan gol Portugal disumbangkan
Pepe (55').
Dua pertandingan awal 16 besar Piala
Dunia 2018 mencetak sejarah sebagai gol terbanyak kedua yang dicetak dalam
sehari. Terakhir, tercipta 11 gol dalam sehari terjadi pada semifinal
Piala Dunia 1970.
Masih ada beberapa negara yang akan menyelesaikan babak 16 besar dalam
waktu dekat. Ada Spanyol vs Rusia, Ada Kroasia vs Denmark, ada Brazil vs
Meksiko, ada Belgia vs Jepang, Swedia vs Swiss, Kolombia vs Inggris.
Sebagai negara yang berada di benua Asia tentunya kita mensuport wakil satu-satunya dari Asia
yang masih bertahan yaitu jepang. Sebelumnya wakil dari Benua Asia ada Iran,
Korea selatan, Arab Saudi dan Jepang. Mudah-mudahan
Jepang bisa mencetak prestasi yang gemilang mewakili negara-negara yang ada di
Benua Asia.
Indonesia
di Piala Dunia
Sebagai
penggemar bola tentunya ada sebuah pertanyaan yang kadang menggelitik hati. Kapan
Indonesia akan ikut Piala Dunia? Dalam buku sejarah persepakbolaan Indonesia
konon sewaktu masih bernama Hindia Belanda pernah mengikuti Piala Dunia. Pada penyelenggaraan Piala Dunia di Prancis tahun
1938, keikutsertaan Indonesia waktu itu masih bernama Hindia Belanda (Dutch
East Indies). Pada putaran final Piala Dunia, Indonesia hanya bertahan di
putaran pertama setelah takluk dari Hungaria dengan skor 6-0, dan yang menjadi
juara dunia saat itu adalah Timnas Italia.
Keikutsertaan Indonesia yang kedua ketika Piala Dunia digelar di Jerman
pada tahun 1974. Kali ini yang mewakili bukan Timnas sepakbola Indonesia,
tetapi diwakili oleh sebuah koin "rupiah" tercinta. Konon koin
tersebut dibuat secara khusus sebagai cenderamata oleh percetakan Bank
Indonesia pada tahun 1974 dan hanya ada tiga buah.
Wasit
asal Inggris, Jack Taylor mendapat koin tersebut sebagai cenderamata atas
kontribusinya di sepakbola. Taylor kemudian mendapatkan kehormatan untuk
memimpin pertandingan puncak Piala Dunia 1974 yang mempertemukan tuan rumah
Jerman Barat dengan Belanda, dan kemudian menggunakan koin tersebut untuk
mengundi sebelum Jerman Barat dan Belanda melakukan kick off.
Pada
Piala Dunia 1974, keluar sebagai juara dunia adalah tuan rumah Jerman Barat
setelah mengalahkan Belanda dengan skor 2-1. Walau hanya diwakili oleh sebah
koin yang dibuat bank Indonesia namun ada perasaan bangga berada di tengah-tengah stadion. Itulah
yang namanya sepakbola. Semua mata kini tertuju pada pergelaran akbar yang
berlangsung hanya 4 tahun sekali.
Rusia
sebagai tuan rumah juga melakukan berbagai upaya agar Piala Dunia berjalan
dengan sukses dan meriah. Sebagai tuan rumah Piala Dunia 2018, Rusia melakukan
berbagai hal demi menyemarakkannya. Mulai dari perbaikan stadion, penambahan
jumlah moda transportasi, pembekalan bahasa untuk para sukarelawan, dan tentu
saja memproduksi pernak-pernik menarik.
Salah satu yang paling mengesankan dari upaya tersebut adalah bagaimana Bank Sentral Rusia mencetak uang kertas khusus edisi Piala Dunia 2018. Untuk diketahui, uang kertas tersebut merupakan alat pembayaran yang sepenuhnya sah.
Salah satu yang paling mengesankan dari upaya tersebut adalah bagaimana Bank Sentral Rusia mencetak uang kertas khusus edisi Piala Dunia 2018. Untuk diketahui, uang kertas tersebut merupakan alat pembayaran yang sepenuhnya sah.
Mudah-mudahan ajang bergengsi yang sedang kita saksikan ini
pada perlehatannya berjalan dengan lancar, sukses tanpa ekses. Begitupula
dengan pilkada yang sedang berlangsung segera bisa diketahui hasilnya. Siapapun
yang menang harus bisa merealisasikan janji-janjinya selama kampanye. Begitu
pula yang kalah harus bisa dengan legowo menerima kasil kekalahan.
Adanya Piala Dunia setidaknya bisa
meredam mereka-mereka yang sedang panas menanti hasil pilkada. Pilkada dan
Piala Dunia sama-sama fenomena yang menarik untuk diikuti. Semoga semuanya
berjalan dengan lancar. Apapun hasilnya yang masuk sebagai finalis dan kemudian
menjadi pemenang harus bisa diterima dengan baik.
*)
Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar