Artikel
HUJAN ES
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Hujan adalah
anugrah dari Sang Pencipta buat manusia yang berada di muka bumi. Kedatangannya
sangat didamba oleh siapa saja terutama para petani yang akan memulai awal dari
cocok tanam. Manusia kadang hanya bisa mengeluh ketika rahmat yang dicurahkan
kemuka bumi melebihi dari yang dibutuhkan. Hanya dalam hitungan jam hujanpun
melimpah menggenangi lahan-lahan gundul yang sebenarnya oleh manusia juga
dirusak.
Hujan
yang turun Jum’at diakhir bulan Maret membuat setidaknya 4 desa yang dekat
dengah Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciberes terendam banjir. Terhitung 4 desa yang sudah menjadi langganan
banjir seperti Desa Gunung Sari, Desa Ciuyah, Desa Ambit dan dimuara Ciberes
ada Desa Gebangudik kesemuanya berada di Kabupaten Cirebon.
Beberapa
hari sebelumnya mereka yang berada di ibukota Jakarta dikagetkan juga dengan
gejala alam yang kadang datangnya tak terduga. Hujan es yang melanda Jakarta Selatan
setidaknya membuat kaget beberapa bahkan sebagian orang yang pertamakali
mengalami peristiwa alam seperti hujan es. Apalagi Indonesia yang terletak di
daerah tropis jauh dari kemungkinan ada hujan seperti hujan es. Daerah-daerah yang terletak di iklim sub
tropis yang mengalami 4 musim setidaknya fenomena hujan es adalah hal yang
biasa terjadi.
Ada
perubahan iklim apa yang terjadi sehinggga Indonesia yang beriklim tropis
mengalami hujan es? Hujan es sebenarnya
bisa terjadi dimana seja demikian penuturan ahli meteorologi Alustsyah Luthfian
seperti yang dikutip detik.com. Hujan
es terjadi jika memenuhi tiga faktor. Pertama
tersedianya energi potensial di udara, kedua
tersedianya kelembaban yang memadai, dan ketiga
adanya lapisan udara kering yang menumpang di atas lapisan udara lembab dan
panas. Ketiga faktor tersebut akan
sangat mudah ditemui di musim pancaroba seperti saat ini. Di musim pancaroba,
udara lembap berada di bawah udara kering. Pemanasan udara yang kuat dari
permukaan bumi, serta tiupan angin dingin dari gunung pun terjadi di musim
pancaroba. Hal tersebut membuat udara akan menjadi lebih labil dan lekas
'marah'. Salah satu manifestasi kelabilan udara ini adalah awan kumulonimbus,
induk dari puting beliung dan hujan es.
Rasa
cemas akan fenomena alam seperti hujan es jangan diartikan secara berlebihan.
Hujan es seperti yang terjadi di Indonesia tidak berbahaya. Hujan es akan
menimbulkan dampak yang berbahaya jika terjadi di derah yang beriklim sedang
karena bongkahannya bisa sebesar bola tenis. Ukuran es yang besar ini tentu
saja bisa menyebabkan kerugian material karena berakibat pada kerusakan
infrastuktur. Masih beruntung karena hujan es yang terjadi di Jakarta beberapa
minggu yang lalalu hanya sebesar butiran jagung. Bayangkan kalau seperti yang
terjadi di Amerika yang sebesar bola tenis. Berapa orang akan luka dengan
jumlah kerugian yang tidak sedikit tentunya.
Ada
beberapa pertanda yang bisa dijadikan pertanda kalau hujan es akan turun satu
hari sebelum hujan es turun. Udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan
gerah. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan radiasi matahari yang cukup
kuat ditunjukkan nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 . Kelembaban
yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb
(> 60%) .
Sebenarnya
beruntung sekali orang yang berada di Indonesia pernah dan bisa merasakan hujan
es. Setidaknya patut dicatat dalam sejarah hidup bahwa kita telah merasakan
suasana dimana terjadi hujan es. Ini bisa menambah pengalaman hidup. Fenomena
yang tentunya jarang terjadi untuk kita yang berada di daerah tropis. Hujan es
juga dirasinya terbilang pendek. Jadi kalau ada orang Indonesia merasakan sensasi
disaat hujan es terbilang manusia yang seharusnya mampu mensyukuri nikmat yang
berikan Tuhan.
Penulis
pernah merasakan sensasi hujan es ketika masih kuliah di Jakarta. Datangnya
memang tiba-tiba seperti akan terjadinya hujan poyan kalau orang Sunda bilang (hujan zenithal). Begitu terasa
besarnya butiran es yang jatuh (sebesar butiran beras) terasa sekali oleh
orang-orang yang berada di jalanan. Indah nian begitu butiran yang jatuh
menyentuh aspal jalanan. Kristal-kristal yang jatuh itu bagaikan billiran intan yang berserakan.
Beberapa orang malah ikut mengambil buliran yang jatuh ingin mengetahui seperti
apa bentuk yang sesungguhnya. Itulah fenomena yang dirasakan oleh orang yang
pernah menikmati sensasi di saat huja es.
Hanya
saja ada saja kekhawatiran yang berlebihan bila menjumpai fenomena yang
terbilang aneh. Suka juga dikaitkan dengan hal-hal yang diluar akal manusia.
Jadilah mitos-mitos yang kadang tidak masuk akal. Hanya ada satu hujan yang terbilang berbahaya
bila terjadi. Masih ingatkah kejadian hujan di daerah industri padat di Jerman.
Akumulasi asap dari daerah industri berat disana menimbulkan hujan yang
terbilang merusak. Hujan asam yang terbentuk dari akumulasi asap-asap pabrik baja yang berbahan
bakar batubara. Hujan ini bila mengenai besi bisa berakibat karatan, bila
terkena kulit bisa melepuh dan gatal-gatal. Bila terkena tumbuhan mengakibatkan
tumbuhan akan mati kekeringan.
Manusia
dengan segala kekurangan dan kelebihannya selalu saja merasa tidak puas dengan
fenomena yang masih aneh. Semoga saja hujan apapun itu bentuknya baik yang
berupa air biasa ataupun yang berupa butiran ataupun bongkahan es asal jangan
hujan asam tetap menjadikan suatu rahmat bagi manusia sekalian alam.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar