Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 26 Juni 2019

HUJAN ES (Artikel)


Artikel

HUJAN   ES
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)


                Hujan adalah anugrah dari Sang Pencipta buat manusia yang berada di muka bumi. Kedatangannya sangat didamba oleh siapa saja terutama para petani yang akan memulai awal dari cocok tanam. Manusia kadang hanya bisa mengeluh ketika rahmat yang dicurahkan kemuka bumi melebihi dari yang dibutuhkan. Hanya dalam hitungan jam hujanpun melimpah menggenangi lahan-lahan gundul yang sebenarnya oleh manusia juga dirusak.
Hujan yang turun Jum’at diakhir bulan Maret membuat setidaknya 4 desa yang dekat dengah Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciberes terendam banjir.  Terhitung 4 desa yang sudah menjadi langganan banjir seperti Desa Gunung Sari, Desa Ciuyah, Desa Ambit dan dimuara Ciberes ada Desa Gebangudik kesemuanya berada di Kabupaten Cirebon.
Beberapa hari sebelumnya mereka yang berada di ibukota Jakarta dikagetkan juga dengan gejala alam yang kadang datangnya tak terduga. Hujan es yang melanda Jakarta Selatan setidaknya membuat kaget beberapa bahkan sebagian orang yang pertamakali mengalami peristiwa alam seperti hujan es. Apalagi Indonesia yang terletak di daerah tropis jauh dari kemungkinan ada hujan seperti hujan es.  Daerah-daerah yang terletak di iklim sub tropis yang mengalami 4 musim setidaknya fenomena hujan es adalah hal yang biasa terjadi.
Ada perubahan iklim apa yang terjadi sehinggga Indonesia yang beriklim tropis mengalami hujan es?  Hujan es sebenarnya bisa terjadi dimana seja demikian penuturan ahli meteorologi Alustsyah Luthfian seperti yang dikutip detik.com. Hujan es terjadi jika memenuhi tiga faktor. Pertama tersedianya energi potensial di udara, kedua tersedianya kelembaban yang memadai, dan ketiga adanya lapisan udara kering yang menumpang di atas lapisan udara lembab dan panas. Ketiga faktor tersebut  akan sangat mudah ditemui di musim pancaroba seperti saat ini. Di musim pancaroba, udara lembap berada di bawah udara kering. Pemanasan udara yang kuat dari permukaan bumi, serta tiupan angin dingin dari gunung pun terjadi di musim pancaroba. Hal tersebut membuat udara akan menjadi lebih labil dan lekas 'marah'. Salah satu manifestasi kelabilan udara ini adalah awan kumulonimbus, induk dari puting beliung dan hujan es.
Rasa cemas akan fenomena alam seperti hujan es jangan diartikan secara berlebihan. Hujan es seperti yang terjadi di Indonesia tidak berbahaya. Hujan es akan menimbulkan dampak yang berbahaya jika terjadi di derah yang beriklim sedang karena bongkahannya bisa sebesar bola tenis. Ukuran es yang besar ini tentu saja bisa menyebabkan kerugian material karena berakibat pada kerusakan infrastuktur. Masih beruntung karena hujan es yang terjadi di Jakarta beberapa minggu yang lalalu hanya sebesar butiran jagung. Bayangkan kalau seperti yang terjadi di Amerika yang sebesar bola tenis. Berapa orang akan luka dengan jumlah kerugian yang tidak sedikit tentunya.
Ada beberapa pertanda yang bisa dijadikan pertanda kalau hujan es akan turun satu hari sebelum hujan es turun. Udara pada malam hingga pagi hari terasa panas dan gerah. Udara terasa panas dan gerah diakibatkan radiasi matahari yang cukup kuat ditunjukkan nilai perbedaan suhu udara antara pukul 10.00 dan 07.00 . Kelembaban yang cukup tinggi ditunjukkan oleh nilai kelembaban udara di lapisan 700 mb (> 60%) .
Sebenarnya beruntung sekali orang yang berada di Indonesia pernah dan bisa merasakan hujan es. Setidaknya patut dicatat dalam sejarah hidup bahwa kita telah merasakan suasana dimana terjadi hujan es. Ini bisa menambah pengalaman hidup. Fenomena yang tentunya jarang terjadi untuk kita yang berada di daerah tropis. Hujan es juga dirasinya terbilang pendek. Jadi kalau ada orang Indonesia merasakan sensasi disaat hujan es terbilang manusia yang seharusnya mampu mensyukuri nikmat yang berikan Tuhan.
Penulis pernah merasakan sensasi hujan es ketika masih kuliah di Jakarta. Datangnya memang tiba-tiba seperti akan terjadinya hujan poyan kalau orang Sunda bilang (hujan zenithal). Begitu terasa besarnya butiran es yang jatuh (sebesar butiran beras) terasa sekali oleh orang-orang yang berada di jalanan. Indah nian begitu butiran yang jatuh menyentuh aspal jalanan. Kristal-kristal yang jatuh  itu bagaikan billiran intan yang berserakan. Beberapa orang malah ikut mengambil buliran yang jatuh ingin mengetahui seperti apa bentuk yang sesungguhnya. Itulah fenomena yang dirasakan oleh orang yang pernah menikmati sensasi di saat huja es.
Hanya saja ada saja kekhawatiran yang berlebihan bila menjumpai fenomena yang terbilang aneh. Suka juga dikaitkan dengan hal-hal yang diluar akal manusia. Jadilah mitos-mitos yang kadang tidak masuk akal.  Hanya ada satu hujan yang terbilang berbahaya bila terjadi. Masih ingatkah kejadian hujan di daerah industri padat di Jerman. Akumulasi asap dari daerah industri berat disana menimbulkan hujan yang terbilang merusak. Hujan asam yang terbentuk dari  akumulasi asap-asap pabrik baja yang berbahan bakar batubara. Hujan ini bila mengenai besi bisa berakibat karatan, bila terkena kulit bisa melepuh dan gatal-gatal. Bila terkena tumbuhan mengakibatkan tumbuhan akan mati kekeringan.
Manusia dengan segala kekurangan dan kelebihannya selalu saja merasa tidak puas dengan fenomena yang masih aneh. Semoga saja hujan apapun itu bentuknya baik yang berupa air biasa ataupun yang berupa butiran ataupun bongkahan es asal jangan hujan asam tetap menjadikan suatu rahmat bagi manusia sekalian alam.

                                                                                                                                                     *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                                      Domisili di Gebang 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar