ARTIKEL
“D
U R I” A N
Oleh
: Nurdin Kurniwan, S.Pd. *)
Buah asli Indonesia yang satu ini
memang punya keistimewaan yang membedakannya dengan buah-buahan dari dearah
tropis yang lain. Aromanya yang khas tidak semua orang bisa menerimanya. Bahkan ada orang-orang tertentu yang dari
jauh mencium baunya saja sudah mual-mual. Namun bagi yang sudah hobi banget
dengan buah yang satu ini jauh-jauh akan didatangi juga kalau sudah ingin.
Begitu di suatu daerah akan ada
festival durian kontan sudah ancang-ancang memberi tahu sesama teman akan
menghadiri. Iklannya melalui media sosial memang gencar sekali. Seperti pesan
berantai yang tak henti-hentinya sambung –menyambung. Tertulis dengan jelas
hanya dengan uang cukup Rp. 50.000 saja sudah bisa menyantap durian sepuasnya.
Sudah terbayang akan terasa kenyang sekali kalau bisa makan sepuasnya. Sudah
ada dalam benak akan makan durian kelas super, durian unggulan yang hanya ada di Majalengka. Tentu bukan durian
sembarangan sebab yang akan membuka festival juga bukan orang sembarangan.
Setingkat menteri yang tentunya orang yang seperti ini hanya akan datang untuk
festival-festival kelas nusantara.
Konon durian ini merupakan durian lokal
yang sangat super. Durian Sinapeul merupakan durian
lokal super yang memiliki rasa manis legit, beraroma menyengat khas, dan
bertekstur lembut. Durian ini disebut-sebut hanya ada di Sindangwangi, salah
satu kecamatan yang memiliki tanaman durian terluas di Kabupaten Majalengka
sehingga dijadikan lokasi Festival Durian. Luas tanaman durian di daerah ini
mencapai 2190,50 Ha, luas panen durian 810,30 Ha, dan hasil produksinya
mencapai 6.265,10 ton.
Melihat
poster-poster yang berseliweran disekitar jalan menuju lokasi memang sangat
meyakinkan. bakal makan durian sekenyangnya dengan hanya membawa uang untuk
membeli tiket seharga Rp. 50.000. Panitia dalam baliho dan posternya hanya
menyediakan waktu hanya 2 hari yaitu tanggal 9 dan 10 Desember 2017. Sungguh
waktu yang sangat sebentar bagi pecinta buah durian. Sayang sekali kalau dilewatkan
dengan begitu saja.
Dalam susunan acara yang diterima melalaui WA anggota
tertera selain acaranya makan durian nanti akan ada acara orkes panen raya
durian, funs games durian, durian award, live music, pertunjukan seni tradisi
dan helaran. Sungguh sebuah perhelatan yang sangat dinanti-nantikan.
Festival Durian Kawit
Wangi Sindangwangi menjadi kesempatan untuk memperkenalkan Kawasan Wisata
Sindangwangi atau yang dikenal Kawitwangi. Festival Durian Sindangwangi
didukung Kementrian Pariwisata dan merupakan salah kalender wisata dari 100
event Pesona Indonesia tahun 2017. Kegiatan ini juga diselenggarakan dalam
rangka mewujudkan Kecamatan Sindangwangi sebagai Kawasan Pariwisata Terpadu
Berbasis Alam, Pendidikan serta Agrowisata yang Produktif Berdaya Saing dan
berkelanjutan. Diharapkan berikutnya acara ini mampu mendistribusikan
pengetahuan pariwisata, agribisnis dan kebudayaan lokal lewat festival. Selain
itu, juga demi mendorong kreativitas individu dan masyarakat secara mandiri
dengan adanya festival sehingga mampu mendorong semangat para kelompok petani
durian sekaligus mempromosikan pariwisata Kawasan Wisata Sindangwangi
(Kawitwangi) di Kabupaten Majalengka.
Dinas terkait dalam
hal ini Dinas Pariwisata dan Kebudayaan mempersiapkan diri demi ajang bergengsi
Festival
Durian Kawit Wangi Sindangwangi.
Masyarakat Kecewa
Sebuah pagelaran
yang promosinya begitu gencar se-Nusantara tentu didengar dan dibaca hampir semua pengguna media sosial.
Berduyun-duyunlah orang yang gemar akan durian mengunjungi Majalengka. Jalanan
menuju lokasi pagelaran macet total. Untuk bergerak saja susah apalalagi bisa
hadir di depan pasar ikan yang dijadikan tempat pagelaran festival. Orang
berduyun-duyun untuk bisa datang di
pasar Ikan Lengkong Kecamatan Sindangwangi, Kabupaten
Majalengka.
Ribuan pengunjung Festival Duren Kawitwangi, di pasar Ikan
Lengkong Kecamatan Sindangwangi, memadati Kabupaten Majalengka. Sebagian besar
mereka mengaku kecewa karena event yang dijanjikan dua hari hanya digelar satu
hari, Sabtu (9/12) saja. Bahkan ada yang datang dari luar kota baru datang tak
kebagian tiket. Lebih kecewa lagi apa yang dilihat dilapangan tak sesuai dengan
apa yang diiklankan. Panitia kewalahan menghadapi banyaknya pengunjung
festival. Stok durian ternyata tak sebanyak yang dijanjikan.
Penulis mendapatkan video dari salah seorang teman group WA.
Ada ibu-ibu pengendara motor yang habis dari festival menyatakan kekesalannya.
Ia yang datang dari jauh hanya mendapatkan durian kecil-kecil sebanyak 4 buah
seharga 4 kupon yang berarti Rp. 200.000. Si ibu tadi menjelaskan kalau durian
yang ia tuker dari tiket yang dibeli ternyata bukan durian sinapeul asli
Majalengka. Ini durian Jawa. Si ibu tadi minta agar jangan sekali-kali
mengadakan festival kalau belum siap. Janjinya makan durian sepuasnya eh…pantia
membatas waktunya hanya 10 menit. Itupun di tempat yang sempit, pengap sehingga boro-boro menikmati enaknya durian
yang ada juga terasa diburu-buru , tempatnya panas dan tidak menyenangkan.
Besoknya koran lokal banyak memberitakan tentang festivakl
durian di Majalengka “Gagal”. Panitia akhirnya hanya mampu sehari saja
pelaksanaannya dari 2 hari yang dijanjikan. Banyak pihak yang kecewa dengan
festival durian sinapeul yang tidak sesuai dengan harapan. Orang nomer 1 di Majalengka
Dr. H. Sutrisno, MSi. akhirnya ikut bicara. Beliau ikut kecewa dengan pihak
panitia festival durian.
Festival
Durian Kawit Wangi Sindangwangi gagal dalam mengenyangkan para pecinta durian.
Masyarakat mengkritik kegiatan yang dinilai
kurang maksimal dan membuat banyak ratusan hingga ribuan pengunjung kecewa.
Mulai dari lokasi yang dinilai kurang representatif, akses masuk yang macet
parah, hingga keterbatasan tiket.
Waktu
pelaksanaan Festival Durian Kawit Wangi Sindangwangi dinilai kurang tepat.
Petani yang menanam durian panen rayanya di Bulan Oktober sementara festival
berlangsung di Bulan Desember. Stok yang ada sudah pasti tinggal sedikit.
Durian yang beredar di Sidangwangi justru durian-durian yang didatangkan dari
Jawa. Disinilah masyarakat merasa dibohongi oleh pihak panitia.
Masyarakat
yang datang jauh-jauh dari berbagai daerah ingin mencicipi
duren asli Sinapeul Majalengka akhirnya hanya bisa gigit jari. Benar apa yang
dikatajan ibu-ibu yang videonya menyebar melalui WA. Seharusnya panitia hanya
mengadakan festival untuk warga lokal saja jangan nusantara-nusantara segala.
Tidak mengajak petani durian dengan baik
sehinggga tak tahu waktu panen kapan. Stok hanya 3 ribuan berani mengiklankan
ke seluruh nusantara. Pengunjung hari pertama saja 10 ribu lebih dan panitia
tak sanggup lagi mendatangkan durian asli Majalengka.
Penulis yang berencana akan datang di hari kedua mengamati
berita yang ada di media lokal. Sudah tentu ikut kecewa karena di hari pertama
langsung ditutup karena banyak pihak yang merasa kecewa. Walau tidak ngebet
banget sama durian namun dengan adanya kejadian seperti ini tentunya patut
disayangkan. Kalau belum mampu membuat festival tingkat nusantara boya jangan
berani-berani. Beginilah akibatnya yang ada saling menyalahkan. Pemda mengaku
tidak diikutrsertakan padahal ada Dinas
Pariwisata dan Kebudayaan yang tak lain kepanjangan tangan dari Pemda. Kalau
gagal enaknya memang saling menyalahkan tak mau berani berkata saya
bertanggungjawab.
Pengunjung yang tak kebagian durian langsung mengembalikan
tiket pada panitia. Baru hari pertama saja durian sudah tidak ada apalagi kalau
diteruskan pada hari kedua. Langkah menutup festival di hari pertama sungguh
tepat daripada menjanjikan yang tidak-tidak sementara durian yang beredar
disekitar lokasi festival saja banyak yang dari Jawa. Sungguh suatu kebohongan
publik.
Berbuntut
Menyenglenggarakan suatu event yang tidak sesuai dengan
iklannya sangatlah menyengsarakan. Buntut dari festival durian ini tentu banyak
masyarakat yang dirugikan. Iklannya ternyata tak sesuai dengan yang dijanjikan.
YLKI dalam hal ini mencium bau yang tidak beres dari panitia penyelenggara.
YLKI akan memperkarakan pihak panitia yang iklannnya jauh dari harapan malah
menyesatkan bagi para pecinta durian.
Iklannya disebutkan bahwa pengunjung bisa makan durian sepuasnya tanpa harus
khawatir kehabisan karena panitia menyediakan 10.000 durian untuk pengunjung.
Nyatanya….? Durian yang dihadirkan pun bukan buah sembarangan. Hanya durian
khas lokal, Durian Sinapeul. Inilah durian khas dari Kecamatan Sindangwangi.
Buahnya besar. Dagingnya tebal. Untuk rasa, tidak usah diragukan lagi. Dijamin
ketagihan. Nyatanya….?
Belajar dari “gagalnya” festival durian di Majalengka
mudah-mudahan bisa mengedukasi semuanya bahwa menyelenggarakan suatu event
nasional harus diperhitungkan matang-matang. Memilih waktu yang tepat yang
sekiranya jumlah stok durian di bulan panen raya ada di bulan apa. Jangan
seperti yang sudah-sudah akhirnya stok yang ada habis duluan.
Dari peristiwa ini pecinta durian sudah pasti sangat kecewa tapi jangan sampai keterusan.
Mudah-mudahan di lain tempat akan ada festival serupa walau tempatnya bukan di
Majelangka. Indonesia kaya akan beberapa varietas durian lokal yang rasanya
sangat enak. Ada durian petruk, durian bawor, durian candimulyo, durian tembaga,
durian matahari, durian merah, durian ajimah, durian pelangi, durian sunan,
durian raja udang, durian terong, durian otong. Daerah-daerah penghasil durian
tersebut bisa mempersiapkan diri untuk membuat festival durian yang tentunya
dengan persiapan yang sangat matang. Pecinta durian akan selalu menunggu.
*) Praktisi Pendidikan
Domisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar