Cerpen
BEBERENGKES
Oleh : Nurdin Kurniawan
Masih terbayang dengan tugas keseharian
di sekolah yang lama, masih banyak yang harus
aku benahi. Masih banyak barang-barang yang harus aku beresi untuk
ditata di rumah. Aku masih disibukkan dengan mengurusi barang-barang yang
hendak dibawa pulang. Orang Sunda
mengatakan kegiatan yang demikian itu dengan istilah beberengkes. Nggak apa-apa dalam beberapa hari ini aku disibukkan
dengan yang seperti itu. Tokh yang seperti ini tidak setiap tahun terjadi.
Kebetulan pada tahun ini aku terkena
rotasi. Rotasi yang dari dulu aku harapkan dan baru kali ini dikabulkan oleh
Allah.
Sudah 3 kali balik namun belum
sepenuhnya selesai. Pokoknya setiap aku dari sekolahan maka aku pulangnya
membawa barang yang harus segera berada di rumah. Ternyata koleksi tulisanku
yang sudah aku bendel jumlahnya banyak juga. Aku kalau sudah menulis dan sudah
memenuhi jumlah yang seharusnya aku tutup maka akan aku bukukan dengan dijilid.
Alhamdulillah dari beberapa tahun kebelakang
jumlahnya cukup banyak juga. Tinggal mengoreksi yang lainnya saja dan setelah
itu aku bendel lagi.
Kemarin aku sudah menghadap sekolah
yang baru. Intinya aku melaporkan diri bahwa aku sudah berhenti dari sekolah yang
dulu karena ada SK mutasi dan kini aku
sudah melapor. Adapun dalam waktu dekat belum bisa bertugas di tempat yang baru
karena memang di tempat yang lama juga masih banyak agenda yang belum selesai.
Intinya menunggu sampai dengan tahun ajaran baru. Nanti kalau tahun ajaran lama
selesai maka aku sudah harus menempati
posisi di tempat yang baru.
Belum banyak yang aku sapa di sekolah yang baru namu aku sudah hafal beberapa personilnya. Sepintas
saja memang sudah terlihat akrab. Mudah-mudahan selanjutnya juga akrab karena
memang sudah seperti itu yang diharuskan. Bekerja dengan siapa saja yang penting
bisa menjalin kerjasama.
Satu per satu persoalan sudah aku laksanakan. Rasanya bangga bisa menyelesaikan
satu per satunya. Memang ada saja yang belum tuntas namun aku berusaha untuk
bisa menuntaskannya semua. Namanya juga hidup jadi memang harus seperti ini.
Datang satu setelah yang lain selesai. Ada saja yang membuat otak ini harus
terus berputar. Namanya juga kehidupan jadi hal-hal seperti ini sudah merupakan
suatu yang biasa.
Tadi ke sekolah seperti biasa aku
ngobrol tentang seputar kedinasan. Ada saja yang baru kalau aku berada di
sekolah. Apalagi topiknya kali ini adalah sesuatu yang sangat ramai-ramainya
diperbincangkan orang. Lagi ramai-ramainya membicarakan mutasi. Sebagai objek
dan sebagai subyek aku ikuti saja arah kemana pemikiran tersebut berjalan. Enak
memang bisa mengikuti arah pembicaraan. Kadang aku tidak mengerti dengan adanya
orang yang belum juga lapor di sekolah yang baru. Wah-wah… rupanya jabatan yang
lagi enak-enaknya ditempat lama lalu dipindah. Tapi dengarkan saja kalau ada
orang yang seperti ini. Aku ingin tahu seperti apa kelanjutannya dari mereka
yang suka menunda-nunda laporan di tempat yang baru.
***
Silih bergantinya siang dan malam
adalah salah satu tanda-randa kebesaram Allah. Mutasi ini juga sebagai salah
satu tanda kebesaran Allah yang aku rasakan. Alhamdulillah aku masih bisa menikmati salah satu nikmat yang
diberikan Allah. Mensyukuri apa yang telah Allah berikan.
Masih ada satu lagi kegiatan yang
harus aku selesaikan. Selain menunggu kelulusan juga ada acara perpisahan. Kalau sudah selesai semuanya tentu aku merasa
plong. Mudah-mudahan saja hal ini cepat selesai. Kalau ada suatu kegiatan yang
mengambang seperti ini aku masih merasannya sebagai hutang. Insya Allah hari Sabtu sudah harus dirampungkan
semuanya.
Usai sholat dhuhur aku sempat
bincang-bincang dengan Pak Kasmali. Beliau sama-sama terkena mutasi namun
makin jauh dari tempatnya bertugas. Tapi
beliau ini termasuk orang yang selalu bersyukur. Bersyukur atas apa yang
sedang berjalan. Mutasi ia laksanakan
dengan baik, beliau langsung melapor esok harinya begitu berada di tempat
yang baru. Tidak menunda-nunda dengan apa yang sedang terjadi. Inilah sikap
syukur yang baik seharusnya dilakukan oleh yang terkena mutasi ataupun rotasi.
Menyegerakan apa yang seharusnya segera dilakukan bukan malah menunda-nunda.
Pak Kasmali memang salah satu orang
yang vokal dengan sekolah ini . Ada baiknya sekolah mempunyai guru seperti tipe
Kasmali. Enak didengar omongannya dan tanpa ragu suka ceplas-ceplos. Kini harus
berpisah lagi karena tugas yang berbeda. Tak apalah yang penting nanti juga
bisa ketemu dalam beberapa peristiwa. Badan boleh berjauhan namun ide-ide jangan sampai berjauhan. Ada sesuatu
yang kadang bisa menyatukan kita untuk bisa lebih berkreasi. Tempatnya entah
dimana saja yang jelas bisa mempertemukan kita kembali.
Satu dua langkah sedang dijalani dan
harus berlalu sampai pada suatu titik. Inilah kehidupan yang sedang aku
lakukan. Masalah yang datang silih berganti adalah ciri dinamika suatu kehidupan. Jangan anggap hal yang sulit. Kita
bikin mudahnya saja nanti juga ada hal yang bisa kita kerjakan bersama.
Bernafas sebentar …kadang aku suka
tersenyum sendiri kalau sudah berada di depan lap top. Menuangkan apa yang
sedang terjadi hari ini. Aku yang sedang berada di jalan menuju sekolah yang
baru teramat unik untuk diceritakan. Nanti juga akan menambah banyak lagi cerita.
Tinggal menunggu saja cerita-cerita itu berjalan pada sesuatu yang lebih besar
lagi. Pokoknya enak untuk diikuti kisah selanjutnya. Semoga saja apa yang sedang aku
hadapi ini bisa menambah wawasan diriku kedepan plus menambah arti sebuah kehidupan.
Kumandang adzan ashar sudah aku
dengar. Kita sudahi saja apa yang aku tuangkan pada hari ini. Mudah-mudahan apa
yang dituangkan ini bisa menggugah diriku dan siapa saja yang nanti membacanya
bahwa ada suatu perjalanan yang harus ditempuh. Perjalanan yang masih teramat
panjang. Hanya Allah yang tahu akhir dari kesudahan cerita ini. Tentunya kita
memohon pada Allah kiranya mendapatkan kemudahan dari setiap langkah yang kita
tempuh, amien.
Cirebon, 30 Mei
2013
Tidak ada komentar:
Posting Komentar