GENERASI NYURENG
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)
Ketika berkunjung ke salah seorang
keponakan yang memang masih kecil sambutan pertama yang dilakukan adalah
nyureng, mengerutkan dahi bertingkah seperti harimau yang hendak memangsa korbannya. Keponakan yang satunya lagi menirukan tingkahlaku vampire penghisap darah dengan
memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Aku hanya mesem melihat kejadian
seperti ini. Inilah realita kalau anak-anak sekarang dengan mudah sekali
terjangkiti adegan-adegan di sinteron. Sinetron-sinetron yang bertemakan
manusia jadi-jadian entah itu
jadi-jadian kelelawar (vampire), jadi-jadian serigala atau jadi-jadian harimau.
Boomingnya
sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) yang kemudian disusul dengan munculnya sinetron 7 Manusia Harimau memperkaya
khasanah jagad persinetronan di tanah air. Tema-tema manusia setengah hewan
rupanya sedang menjadi topik yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan orang.
Bila kemudian anak-anak banyak yang meniru perilaku binatang seperti harimau,
kelelawar ataupun srigala memang jauh-jauh hari sudah dicontohkan oleh
sinetron-sinetron tersebut.
Entah latah atau tidak, entah disengaja
atau tidak bila ada salah satu film yang sedang populer di luar negeri langsung
dibuat kembarannya. Mungkin bahasa ini lebih sopan bila kita mau mengatakannya sebagai
plagiat. Itulah yang sedang terjadi di negeri ini. Bila di barat ada film Twilight
yang sedang menduduki puncak perfilman maka tidak aneh bila kemudian dengan
tema yang hampir sama muncul kembarannya di Indonesia. Twilight versi barat maka muncul versi Indonesianya dengan
Ganteng-Ganteng Serigala.
Kedua film tersebut jalan ceritanya
hampir sama begitu pula dengan tokoh-tokohnya seperti jumlah vampire dalam
keluarga serta pertentangan dengan kaum werewolf
(manusia serigala). Haya saja karena dibuat untuk sinetron yang jumlah
episodenya cukup banyak wajar jika kemudian sang penulis skenario menambahkan
dengan adegan-adegan lokal yang tidak ada dalam film Twilight. Ini sekalian untuk menepis kalau Ganteng-Ganteng Srigala
tidak menjiplak 100% dari film Twilight.
Sekedar tahu saja ada beberapa
persamaan anatara film Twilight
dengan GGS seperti : 1.Twilight dan
GGS sama-sama bercerita tentang permusuhan Vampire dengan Werewolf (Serigala). 2.
Keluarga Vampire Cullen di Twilight memiliki
5 anak, yaitu Edward, Rosalie, Emmet, Alice dan Jasper. Anak dari Vampire
Arga di GGS juga ada 5, Tristan, Liora,
Yasha, Thea dan Digo. 3. Edward Cullen dan Tristan sama-sama anak tertua dari
keluarga Vampire.
4. Edward Cullen
dan Tristan juga sama mencintai gadis yang di sukai werewolf. Edward Cullen
mencintai Bella, dan Tristan mencintai Naila. 5. Werewolf dari Twilight
dan GGS merupakan sahabat dari tokoh utama ceweknya. Jacob Black yang merupakan
sahabat Bella dan sangat menyayangi Bella. Dan di GGS si Galang adalah sahabat
Naila yang juga menyayangi Naila dan masih banyak lagi kesamaan lainnya yang
intinya sama-sama menceritakan kisah cinta seorang manusia biasa, vampire, dan
manusia serigala.
Merebut pangsa pasar pecinta
sinteron adalah tantangan tersendiri bagi para stasiun TV. Ketika GGS ratingnya
bagus maka muncul sinetron 7 Mansia Harimau. Sinetron 7 Manusia Harimau
sebelumnya pernah terkenal dengan terlebih dahulu muncul dalam film layar lebar. Film yang diangkat dari
novel karya Motinggo Boesje dulu pernah
terkenal ketika bintang filmnya Ray
Shahetapi. Kini dengan naik daunnya GGS maka film yang bertemakan
manusia-manusia nyureng muncul kembali. Dikatakan nyureng memang bila ketemu lawannya manusia itu saling
mengerutkan dahi, gigi taring terlihat jelas dan geraman-geraman suara mirip binatang harimau, serigala ataupun
vampire.
Jam tayang yang hampir sama antara
GGS dengan 7 Manusia Harimau bisa jadi 7 Manusia Harimau akan menjadi saingan berat GGS. Kini tergantung pada pemirsa mau
memilih yang mana diantara sinetron yang sedang naik daun tersebut. Apalagi
dengan bintang sinetron anak-anak muda yang tentunya ganteng-ganteng membuat
penonton terhipnotis dengan akting sang
bintang. Tidak hanya anak-anak muda yang memang sedang gandrung akan
kegantengan ataupu kecantikan, tidak sedikit ibu-ibu yang sudah berumahtangga
ikut terbuai dengan adegan anak-anak muda tersebut. Katakanlah di GGS ada
Jessica Mila, Ricky Harun, Kevin Julio, Prilly Latuconsina, Aliando Syarif,
Michelle Joan, Dicky Muhammad Prasetya maka di 7 Manusia Harimau ada Samuel
Zylgwyn, Syahnaz Sadiqiah, Leon Dozan, Ochi Rosdiana, Aldisar Syafar, Adji
Pangestu, Ammar Zoni, Boy Hamzah dan lain-lain.
Tidak bisa dipungkiri bila sinetron sudah menjadi santapan sehari-hari
masyarakat Indonesia. Biasanya yang kuat berjam-jam nongkrong didepan layar TV adalah
kalangan ibu-ibu rumahtanggga, pembantu
rumah tangga, hingga mungkin remaja abg. Sudah bukan rahasia lagi anak
laki-laki yang hobi akan bola ataupun berita selalu mengalah kalau sudah
berbarengan jam tayangnya dengan sinetron.
Fenomena
yang diterima oleh anak-anak dengan menirukan adegan binatang yang siap
menerkan lawannnya menjadikan sinetron di Indonesia jauh dari saling sapa,
saling memberikan salam. Anak-anak saja bisa dengan mudahnya memperagakan kalau
ketemu dengan orang lain nyureng, menggeram apalagi namanya kalau bukan ini
akibat dari tayangan-tayangan yang sering mereka saksikan. Generasi nyureng
memang bukan hal yang mustahil. Dari tayangan seperti ini seolah menjadi hal
biasa kalau ketemu dengan anak-anak, teman sebaya ataupun orang yang lebih tua lalu bukannya salam yang didahulukan tapi
nyureng, siap menerkam. Lah, kalau sudah seperti ini mau dibagaimakanan tradisi
salam?
Semoga kedepan para pelaku industri sinetron di Indonesia
lebih mengedepankan nilai-nilai yang lebih bermartabat dan bukan hanya mencari
keuntungan semata, karena kita semua tahu kadang sinetron jauh lebih efektif
mendidik bangsa ini daripada sekolah. Di sekolah anak-anak diharuskan mentaati
tata tertib sekolah dengan menggunakan pakaian seragam yang dimasukkan.
Kesannya rapih dan sesuai dengan tata tertib yang berlaku Disinetron? Tidak ada tayangan anak pelajar di
sinetron yang bajunya dimasukkan, bahkan bajunya menggantung seperti kekuangan
bahan. Kalau sudah seperti ini anak dengan sangat mudahnya meniru artis ataupun
idolanya. Kadang tokoh guru yang ada di sinetron tidak mencerminkan sebagai
seorang guru ataupun pendidik. Guru di sinetron merupakan ajang tertawaan
pemirsa karena tingkahlakunya yang dungu, kocak dan kurang mencerminkan tingkat
keilmuan seorang guru. Tentu hal yang seperti ini bahaya bagi persepsi anak
melihat guru yang sesungguhnya yang berada di kelas. Guru yang berwibawa di
sekolah seolah jauh dari pandangan sinetron-sinetron di Indonesia.
Mudah-mudahan generasi sekarang bisa menfilter
tayangan-tayangan di senetron. Tidak menjadikan sebuah generasi yang dengan
mudahnya nyureng bila melihat orang lain apalagi lawan bicara yang usianya jauh lebih dewasa. Jadilah pemirsa yang
selektif dengan berbagai tayangan yang kiranya bisa mendidik. Jadilah pemirsa
yang bijak yang bisa memilah dan memilih tayangan yang mendidik. Jauhkan
generasi muda kita dari generasi yang dengan mudah nya nyureng! Ngererutkan
dahi hingga berlipat-lipat, mata melotot dan gigi yang dihentakkan. Dampingi putra-putri kita dalam
menyaksikan sinetron agar jangan menjadi korban sinetron.
*) Praktisi Pendidikan
Dimisili di Gebang
Tidak ada komentar:
Posting Komentar