Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 26 Juni 2019

GENERASI NYURENG (Artikel)


GENERASI NYURENG
Oleh : Nurdin Kurniawan, S.Pd. *)

           
            Ketika berkunjung ke salah seorang keponakan yang memang masih kecil sambutan pertama yang dilakukan adalah nyureng, mengerutkan dahi bertingkah seperti harimau yang hendak memangsa korbannya.  Keponakan yang satunya lagi menirukan  tingkahlaku vampire penghisap darah dengan memperlihatkan gigi taringnya yang tajam. Aku hanya mesem melihat kejadian seperti ini. Inilah realita kalau anak-anak sekarang dengan mudah sekali terjangkiti adegan-adegan di sinteron. Sinetron-sinetron yang bertemakan manusia jadi-jadian  entah itu jadi-jadian kelelawar (vampire), jadi-jadian serigala atau jadi-jadian harimau.
            Boomingnya sinetron Ganteng-Ganteng Serigala (GGS) yang kemudian disusul dengan munculnya  sinetron 7 Manusia Harimau memperkaya khasanah jagad persinetronan di tanah air. Tema-tema manusia setengah hewan rupanya sedang menjadi topik yang sedang hangat-hangatnya dibicarakan orang. Bila kemudian anak-anak banyak yang meniru perilaku binatang seperti harimau, kelelawar ataupun srigala memang jauh-jauh hari sudah dicontohkan oleh sinetron-sinetron tersebut.
            Entah latah atau tidak, entah disengaja atau tidak bila ada salah satu film yang sedang populer di luar negeri langsung dibuat kembarannya. Mungkin bahasa ini lebih sopan bila kita mau mengatakannya sebagai plagiat. Itulah yang sedang terjadi di negeri ini. Bila di barat ada film  Twilight yang sedang menduduki puncak perfilman maka tidak aneh bila kemudian dengan tema yang hampir sama muncul kembarannya di Indonesia. Twilight versi barat maka muncul versi Indonesianya dengan Ganteng-Ganteng Serigala.
            Kedua film tersebut jalan ceritanya hampir sama begitu pula dengan tokoh-tokohnya seperti jumlah vampire dalam keluarga serta pertentangan dengan kaum werewolf (manusia serigala). Haya saja karena dibuat untuk sinetron yang jumlah episodenya cukup banyak wajar jika kemudian sang penulis skenario menambahkan dengan adegan-adegan lokal yang tidak ada dalam film Twilight. Ini sekalian untuk menepis kalau Ganteng-Ganteng Srigala tidak menjiplak 100% dari film Twilight.
            Sekedar tahu saja ada beberapa persamaan anatara film Twilight dengan GGS seperti : 1.Twilight dan GGS sama-sama bercerita tentang permusuhan Vampire dengan Werewolf (Serigala). 2. Keluarga Vampire Cullen di Twilight memiliki 5 anak, yaitu Edward, Rosalie, Emmet, Alice dan Jasper. Anak dari Vampire Arga  di GGS juga ada 5, Tristan, Liora, Yasha, Thea dan Digo. 3. Edward Cullen dan Tristan sama-sama anak tertua dari keluarga Vampire.
4. Edward Cullen dan Tristan juga sama mencintai gadis yang di sukai werewolf. Edward Cullen mencintai Bella, dan Tristan mencintai Naila. 5. Werewolf dari Twilight dan GGS merupakan sahabat dari tokoh utama ceweknya. Jacob Black yang merupakan sahabat Bella dan sangat menyayangi Bella. Dan di GGS si Galang adalah sahabat Naila yang juga menyayangi Naila dan masih banyak lagi kesamaan lainnya yang intinya sama-sama menceritakan kisah cinta seorang manusia biasa, vampire, dan manusia serigala.
            Merebut pangsa pasar pecinta sinteron adalah tantangan tersendiri bagi para stasiun TV. Ketika GGS ratingnya bagus maka muncul sinetron 7 Mansia Harimau. Sinetron 7 Manusia Harimau sebelumnya pernah terkenal dengan terlebih dahulu muncul dalam  film layar lebar. Film yang diangkat dari novel karya  Motinggo Boesje dulu pernah terkenal ketika  bintang filmnya Ray Shahetapi. Kini dengan naik daunnya GGS maka film yang bertemakan manusia-manusia nyureng muncul kembali. Dikatakan nyureng memang bila  ketemu lawannya manusia itu saling mengerutkan dahi, gigi taring terlihat jelas dan geraman-geraman suara  mirip binatang harimau, serigala ataupun vampire.
            Jam tayang yang hampir sama antara GGS dengan 7 Manusia Harimau bisa jadi 7 Manusia Harimau akan menjadi saingan  berat GGS. Kini tergantung pada pemirsa mau memilih yang mana diantara sinetron yang sedang naik daun tersebut. Apalagi dengan bintang sinetron anak-anak muda yang tentunya ganteng-ganteng membuat penonton  terhipnotis dengan akting sang bintang. Tidak hanya anak-anak muda yang memang sedang gandrung akan kegantengan ataupu kecantikan, tidak sedikit ibu-ibu yang sudah berumahtangga ikut terbuai dengan adegan anak-anak muda tersebut. Katakanlah di GGS ada Jessica Mila, Ricky Harun, Kevin Julio, Prilly Latuconsina, Aliando Syarif, Michelle Joan, Dicky Muhammad Prasetya maka di 7 Manusia Harimau ada Samuel Zylgwyn, Syahnaz Sadiqiah, Leon Dozan, Ochi Rosdiana, Aldisar Syafar, Adji Pangestu, Ammar Zoni, Boy Hamzah dan lain-lain.
            Tidak bisa dipungkiri bila sinetron sudah menjadi santapan sehari-hari masyarakat Indonesia. Biasanya yang kuat berjam-jam nongkrong didepan layar TV adalah kalangan ibu-ibu  rumahtanggga, pembantu rumah tangga, hingga mungkin remaja abg. Sudah bukan rahasia lagi anak laki-laki yang hobi akan bola ataupun berita selalu mengalah kalau sudah berbarengan jam tayangnya dengan sinetron.
            Fenomena yang diterima oleh anak-anak dengan menirukan adegan binatang yang siap menerkan lawannnya menjadikan sinetron di Indonesia jauh dari saling sapa, saling memberikan salam. Anak-anak saja bisa dengan mudahnya memperagakan kalau ketemu dengan orang lain nyureng, menggeram apalagi namanya kalau bukan ini akibat dari tayangan-tayangan yang sering mereka saksikan. Generasi nyureng memang bukan hal yang mustahil. Dari tayangan seperti ini seolah menjadi hal biasa kalau ketemu dengan anak-anak, teman sebaya ataupun orang yang lebih tua  lalu bukannya salam yang didahulukan tapi nyureng, siap menerkam. Lah, kalau sudah seperti ini mau dibagaimakanan tradisi salam?          
Semoga kedepan para pelaku industri sinetron di Indonesia lebih mengedepankan nilai-nilai yang lebih bermartabat dan bukan hanya mencari keuntungan semata, karena kita semua tahu kadang sinetron jauh lebih efektif mendidik bangsa ini daripada sekolah. Di sekolah anak-anak diharuskan mentaati tata tertib sekolah dengan menggunakan pakaian seragam yang dimasukkan. Kesannya rapih dan sesuai dengan tata tertib yang berlaku  Disinetron? Tidak ada tayangan anak pelajar di sinetron yang bajunya dimasukkan, bahkan bajunya menggantung seperti kekuangan bahan. Kalau sudah seperti ini anak dengan sangat mudahnya meniru artis ataupun idolanya. Kadang tokoh guru yang ada di sinetron tidak mencerminkan sebagai seorang guru ataupun pendidik. Guru di sinetron merupakan ajang tertawaan pemirsa karena tingkahlakunya yang dungu, kocak dan kurang mencerminkan tingkat keilmuan seorang guru. Tentu hal yang seperti ini bahaya bagi persepsi anak melihat guru yang sesungguhnya yang berada di kelas. Guru yang berwibawa di sekolah seolah jauh dari pandangan sinetron-sinetron di Indonesia.
Mudah-mudahan generasi sekarang bisa menfilter tayangan-tayangan di senetron. Tidak menjadikan sebuah generasi yang dengan mudahnya nyureng bila melihat orang lain apalagi lawan bicara yang usianya  jauh lebih dewasa. Jadilah pemirsa yang selektif dengan berbagai tayangan yang kiranya bisa mendidik. Jadilah pemirsa yang bijak yang bisa memilah dan memilih tayangan yang mendidik. Jauhkan generasi muda kita dari generasi yang dengan mudah nya nyureng! Ngererutkan dahi hingga berlipat-lipat, mata melotot dan gigi yang  dihentakkan. Dampingi putra-putri kita dalam menyaksikan sinetron agar jangan menjadi korban sinetron.

                                                                                              *) Praktisi Pendidikan
                                                                                                  Dimisili di Gebang

Tidak ada komentar:

Posting Komentar