Cerpen
B L O K I R
Oleh
: Nurdin Kurniawan
Dibolak-balik sambil dilihat apakah barang yang dicari ada
disitu atau tidak. Balik lagi mencari disisi lain apakah barangkali ada juga
disitu. Beberapa kali balikan namun benda yang dimakud belum juga tidak
ditemukan.
“Pah...lihat HP tidak?”
Mashudi
yang ada dibelakang rumah tidak mendengar teriakan sang istri. Marni makin
kesal sang suami tidak merespon apa yang ia tanyakan . Marni bergegas menuju ke
ruang tamu. Barangkali ada di laci meja depan. Dibuka pelan-pelan laci meja
depan namun barang yang dimaskud ternyata juga tidak ada. Sambil geleng-geleng
mencari alat komunukasi yang satu ini. Ada dimanakah gerangan kok sulit sekali
ditemukan disaat butuh. Marni bergegas ke belakanga rumah mencari sang sumi yang
sedang mengurusi ayam.
“Pah...lihat HP tidak?”
Mashudi menengok kearah sumber suara. Menghentikan
sementara memberi pakan ayam kampung yang jumlahnya cukup banyak.
“Ada apa Mah...?”
“Lihat HP mamah tidak?”
“Loh... kan mamah yang pegang kok carinya
ke ayah!”
“Iya ini mamah lupa naronya dimana”
“Coba bel sama HP papah”
“Sini pinjam hp papahnya”
Marni tersenyum sendiri manakala
bunyi terdengar dari hp yang ia cari. Setelah di miscall seperti ada di kamar mandi. Marni baru ingat ternyata tadi
ia kebelet pipis sambil bawa hp. Hp disimpan di tempat sikat gigi. Seperti
inilah kalau yang namanya sudah tua. Bawa sendiri eh, lupa sendiri.
Dicari nomer seseorang di hp karena sedang
butuh pemesanan telor asin. Dilhat di layar hp kalau nomer yang bersangkutan
sedang tidak bisa dihubungi. Tertera nomer Marni diblokir oleh nomer yang
dituju. Marni tercengang apa sebabnya nomer hpnya diblokir. Ah seperti tidak
percaya kalau nomer ini diblokir.
Dicoba nomer yang lain untuk
dihubungi dan ternyata bisa nyambung. Kembali lagi ke nomer yang tadi masih tidak
nyambung. Eh... ternyata memang tidak bisa dihubungi. Apa sebabnya nomer Marni
tidak diblokir. Harus segera ditanyakan
jangan sampai menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Nanti kalau
ketemu dengan orangnya akan ditanyakan langsung kenapa nomer dirinya sampai
diblokir segala.
Kalau sedang butuh orangnya selalu
sulit dijumpai. Dicari kesana kemari akhirnya sampai juga waktunya. Danang
terlihat sedang makan disalah satu rumah makan.
“Kemana saja Pak Danang?”
“Saya cari-cari baru bisa bertemu
disini”
“Eh...sya mau tanya”
“Kenapa nomer saya diblokir oleh
situ?”
Danang
seperti tak percaya dengan pertanyaan Marni. Danang lalu membuka hp mencoba
menghubungi Marni. Ternyata benar juga kalau nomer Marni diblokir. Danang
geleng-geleng kepala dan tetap berusaha tenang. Marni yang terlihat kecewa lalu
ia dekati.
“Sepertinya begini bu...”
“Nomer ibu memang diblokir...”
“Tapi bukan saya yang memblokirnya”
“Pasti istri saya...”
“Memangnya ada apa dengan saya Pak
Danang sampai diblokir segala?”
Danang lalu menjelaskan sedetail
mungkin sebab musababnya nomer Bu Marni diblokir. Rupanya ada sms dari Bu Mirna
yang mengucapkan kata-kata “sayang”.
Dari kata sayang inilah menjadi permasalahan sebab hp tidak senang dibuka
oleh istrinya Danang. Curiga dengan kalimat sayang yang sering ditujukan pada
Danang membuat istri Pak Danang marah. Sudah dijelaskan berkali-kali kalau
Marni itu hanya sebagai rekan bisnis namun tetap saja tidak bisa diterima.
Sampai akhirnya nomer Marni diblokir.
“Ya sudah...sekarang nomer saya
aktifkan kembali”
“Saya mau pesan telor asin lagi”
“Wong ada rejeki masa ditolak!”
“Eh, Pak Dang apa bapak tidak bisa
menjelaskan masalah ini?”
“Itulah istri saya bu....”
“Orangnya suka tidak percayaan”
“Memangnya sebelumnya ada masalah
apa sehingga istri tidak percaya?”
“Panjang ceritanya bu...”
Danang
Diam tidak bisa memberikan jawaban. Marni sadar kalau hal ini sepertinya salah
Pak Danang juga. Suka mencoba main api sehingga sang istri tidak percaya lagi
dengan suami. Sampai-sampai hanya karena ucapan sayang saja nomer yang bersangkutan
diblokir sang istri.
Masih menjadi penasaran kalau
permasalahan nomer hp ini belum tuntas. Ada keinginan bertemu dengan istrinya
Pak Dang. Atau nanti pas ketemu akan diungkapkan saja langsung pada orangnya.
Tidak ingin berlarut-larut membiarkan salah komunikasi seperti ini malah makin
memperkeruh suasana. Marni berharap istri Pak Danang bisa mengerti dan hubungan bisnispun kembali berjalan normal.
Punya nomer istri Pak Danang dari
salah seorang teman. Marni mencoba menghubungi nomer yang bersangkutan.
“Halo dengan Ibu Muslikah?”
“Ya betul saya sendiri”
“Dengan siapa ini?”
“Saya Bu Marni yang biasa memesan
telor dari suami ibu”
Terdengar
hening beberapa saat seperti yang sedang mencocokan dengan permasalahan yang
sedang dihadapi dalam beberapa hari ini dengan sang suami.
“Ada apa ya?”
“Begini bu....”
“Saya mau bertanya kenapa nomer hp
saya diblokir sama ibu?”
“Masa sih saya memblokir nomer ibu?”
“Itu lhoh bu...”
“Nomer saya di hp suami ibu tidak
bisa dihubungi...”
“Ternyata diblokir”
Muslikah
baru ingat kalau ia memang pernah memblokir beberapa nomer di hp sang suami.
Dari beberapa chatingan sang suami suka mengumbar hal-hal yang tidak
sepantasnya diucapkan pada orang lain selain dirinya. Kalimat sayang, manis,
.... adalah kalimat yang hanya pantas diucapkan sang suami pada istrinya. Kalau
suami menerima sms ada kalimat sayang, manis,.... maka membuat ia merasa
tersaingi. Muslikah seperti ada yang mempermainkan. Maka Muslikah tidak
segan-segan untuk memblokir nomer yang bersangkutan.
“Saya tidak punya maksud apa-apa
dengan suami ibu”
“Saya juga malah yang banyak memesan
telor dari suami ibu”
“Masa saya neko-neko...”
Muslikah
lalu menjelaskan kalau seorang wanita tidak sopan kalau mengungkapkan kata sayang, manis dan seterusnya selain pada suminya
sendiri. Jadi kalau ibu mau blokirannya dibuka maka jangan ungkapkan hal-hal
seperti itu pada suami saya. Marni mengerti bahkan ia tersenyum sendiri.
Sebegitukah proteksi yang dilakukan Muslikah terhadap orang yang suka
mengucapkan kata sayang dan manis. Sesama wanita dirinya juga tidak seperti itu
banget lagi. Tapi Marni berusaha mengerti sampai-sampai Muslikah memblokir
nomer dirinya.
Ternyata hati wanita juga
macem-macem ketahanannya. Ada yang tidak merasa terjadi apa-apa dengan hp yang
selama ini suami gunakan. Ada wanita yang suka membuka-buka hp sang suami untuk
sekedar melihat dengan siapa dan apa yang dibicarakan sang suami. Ada tipe yang
cuek dengan apa yang selama ini sang suami lakukan diluar. Berangkat dari
ketidakpercayaan inilah yang kemudian banyak suami atau istri suka membuka-buka
isi hp pasangannya. Dibuka sendiri,
dibaca sendiri, eh...marah-marah sendiri. Itulah hati wanita....
Diblokir dan membukakannya kembali ternyata
membutuhkan proses. Kalau sama-sama mengerti dan kembali pada persoalan awal
tentunya dibutuhkan suatu keterbukaan. Manakala sudah terbuka tak akan ada lagi
prasangka yang tidak-tidak. Makanya ada suatu pelajaran untuk tidak dengan
segampang itu mengucapkan kata-kata yang
berbau sensitif. Kita yang sudah bisa menebak tabiat seseorang mungkin tak akan
menjadikan suatu persoalan. Tapi
manakala tak tahu tabiat seseorang yang
berada diluar sana tentu akan menjadi suatu persoalan tersendiri. Yang penting
kini blokiran sudah bisa dibuka dan bisa berkomunikasi sebagaimana biasanya.
Cirebon,
26 Juli 2018
Tidak ada komentar:
Posting Komentar