Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 25 Juni 2019

B L O K I R (Cerpen)


Cerpen

B  L  O  K  I  R
Oleh : Nurdin Kurniawan

Dibolak-balik   sambil dilihat apakah barang yang dicari ada disitu atau tidak. Balik lagi mencari disisi lain apakah barangkali ada juga disitu. Beberapa kali balikan namun benda yang dimakud belum juga tidak ditemukan.
“Pah...lihat HP tidak?”
Mashudi yang ada dibelakang rumah tidak mendengar teriakan sang istri. Marni makin kesal sang suami tidak merespon apa yang ia tanyakan . Marni bergegas menuju ke ruang tamu. Barangkali ada di laci meja depan. Dibuka pelan-pelan laci meja depan namun barang yang dimaskud ternyata juga tidak ada. Sambil geleng-geleng mencari alat komunukasi yang satu ini. Ada dimanakah gerangan kok sulit sekali ditemukan disaat butuh. Marni bergegas ke belakanga rumah mencari sang sumi yang sedang mengurusi ayam.
            “Pah...lihat HP tidak?”
Mashudi  menengok kearah sumber suara. Menghentikan sementara memberi pakan ayam kampung yang jumlahnya cukup banyak.
            “Ada apa Mah...?”
            “Lihat HP mamah tidak?”
            “Loh... kan mamah yang pegang kok carinya ke ayah!”
            “Iya ini mamah lupa naronya dimana”
            “Coba bel sama HP papah”
            “Sini pinjam hp papahnya”
            Marni tersenyum sendiri manakala bunyi terdengar dari hp yang ia cari. Setelah di miscall seperti ada di kamar mandi. Marni baru ingat ternyata tadi ia kebelet pipis sambil bawa hp. Hp disimpan di tempat sikat gigi. Seperti inilah kalau yang namanya sudah tua. Bawa sendiri eh, lupa sendiri.
            Dicari nomer seseorang di hp karena sedang butuh pemesanan telor asin. Dilhat di layar hp kalau nomer yang bersangkutan sedang tidak bisa dihubungi. Tertera nomer Marni diblokir oleh nomer yang dituju. Marni tercengang apa sebabnya nomer hpnya diblokir. Ah seperti tidak percaya kalau nomer ini diblokir.
            Dicoba nomer yang lain untuk dihubungi dan ternyata bisa nyambung. Kembali lagi ke nomer yang tadi masih tidak nyambung. Eh... ternyata memang tidak bisa dihubungi. Apa sebabnya nomer Marni tidak diblokir. Harus segera ditanyakan  jangan sampai menimbulkan permasalahan dikemudian hari. Nanti kalau ketemu dengan orangnya akan ditanyakan langsung kenapa nomer dirinya sampai diblokir segala.
            Kalau sedang butuh orangnya selalu sulit dijumpai. Dicari kesana kemari akhirnya sampai juga waktunya. Danang terlihat sedang makan disalah satu rumah makan.
            “Kemana saja Pak Danang?”
            “Saya cari-cari baru bisa bertemu disini”
            “Eh...sya mau tanya”
            “Kenapa nomer saya diblokir oleh situ?”
Danang seperti tak percaya dengan pertanyaan Marni. Danang lalu membuka hp mencoba menghubungi Marni. Ternyata benar juga kalau nomer Marni diblokir. Danang geleng-geleng kepala dan tetap berusaha tenang. Marni yang terlihat kecewa lalu ia dekati.
            “Sepertinya begini bu...”
            “Nomer ibu memang diblokir...”
            “Tapi bukan saya yang memblokirnya”
            “Pasti istri saya...”
            “Memangnya ada apa dengan saya Pak Danang sampai diblokir segala?”
            Danang lalu menjelaskan sedetail mungkin sebab musababnya nomer Bu Marni diblokir. Rupanya ada sms dari Bu Mirna yang mengucapkan kata-kata “sayang”.  Dari kata sayang inilah menjadi permasalahan sebab hp tidak senang dibuka oleh istrinya Danang. Curiga dengan kalimat sayang yang sering ditujukan pada Danang membuat istri Pak Danang marah. Sudah dijelaskan berkali-kali kalau Marni itu hanya sebagai rekan bisnis namun tetap saja tidak bisa diterima. Sampai akhirnya nomer Marni diblokir.
            “Ya sudah...sekarang nomer saya aktifkan kembali”
            “Saya mau pesan telor asin lagi”
            “Wong ada rejeki masa ditolak!”
            “Eh, Pak Dang apa bapak tidak bisa menjelaskan masalah ini?”
            “Itulah istri saya bu....”
            “Orangnya suka tidak percayaan”
            “Memangnya sebelumnya ada masalah apa sehingga istri tidak percaya?”
            “Panjang ceritanya bu...”
Danang Diam tidak bisa memberikan jawaban. Marni sadar kalau hal ini sepertinya salah Pak Danang juga. Suka mencoba main api sehingga sang istri tidak percaya lagi dengan suami. Sampai-sampai hanya karena ucapan sayang saja nomer yang bersangkutan diblokir sang istri.
            Masih menjadi penasaran kalau permasalahan nomer hp ini belum tuntas. Ada keinginan bertemu dengan istrinya Pak Dang. Atau nanti pas ketemu akan diungkapkan saja langsung pada orangnya. Tidak ingin berlarut-larut membiarkan salah komunikasi seperti ini malah makin memperkeruh suasana. Marni berharap istri Pak Danang bisa mengerti dan  hubungan bisnispun kembali berjalan normal.
            Punya nomer istri Pak Danang dari salah seorang teman. Marni mencoba menghubungi nomer yang bersangkutan.
            “Halo dengan Ibu Muslikah?”
            “Ya betul saya sendiri”
            “Dengan siapa ini?”
            “Saya Bu Marni yang biasa memesan telor dari suami ibu”
Terdengar hening beberapa saat seperti yang sedang mencocokan dengan permasalahan yang sedang dihadapi dalam beberapa hari ini dengan sang suami.
            “Ada apa ya?”
            “Begini bu....”
            “Saya mau bertanya kenapa nomer hp saya diblokir sama ibu?”
            “Masa sih saya memblokir nomer ibu?”
            “Itu lhoh bu...”
            “Nomer saya di hp suami ibu tidak bisa dihubungi...”
            “Ternyata diblokir”
Muslikah baru ingat kalau ia memang pernah memblokir beberapa nomer di hp sang suami. Dari beberapa chatingan sang suami suka mengumbar hal-hal yang tidak sepantasnya diucapkan pada orang lain selain dirinya. Kalimat sayang, manis, .... adalah kalimat yang hanya pantas diucapkan sang suami pada istrinya. Kalau suami menerima sms ada kalimat sayang, manis,.... maka membuat ia merasa tersaingi. Muslikah seperti ada yang mempermainkan. Maka Muslikah tidak segan-segan untuk memblokir nomer yang bersangkutan.
            “Saya tidak punya maksud apa-apa dengan suami ibu”
            “Saya juga malah yang banyak memesan telor dari suami ibu”
            “Masa saya neko-neko...”
Muslikah lalu menjelaskan kalau seorang wanita tidak sopan kalau mengungkapkan kata  sayang, manis dan seterusnya selain pada suminya sendiri. Jadi kalau ibu mau blokirannya dibuka maka jangan ungkapkan hal-hal seperti itu pada suami saya. Marni mengerti bahkan ia tersenyum sendiri. Sebegitukah proteksi yang dilakukan Muslikah terhadap orang yang suka mengucapkan kata sayang dan manis. Sesama wanita dirinya juga tidak seperti itu banget lagi. Tapi Marni berusaha mengerti sampai-sampai Muslikah memblokir nomer dirinya.
            Ternyata hati wanita juga macem-macem ketahanannya. Ada yang tidak merasa terjadi apa-apa dengan hp yang selama ini suami gunakan. Ada wanita yang suka membuka-buka hp sang suami untuk sekedar melihat dengan siapa dan apa yang dibicarakan sang suami. Ada tipe yang cuek dengan apa yang selama ini sang suami lakukan diluar. Berangkat dari ketidakpercayaan inilah yang kemudian banyak suami atau istri suka membuka-buka isi hp pasangannya.  Dibuka sendiri, dibaca sendiri, eh...marah-marah sendiri. Itulah hati wanita....
            Diblokir dan membukakannya kembali ternyata membutuhkan proses. Kalau sama-sama mengerti dan kembali pada persoalan awal tentunya dibutuhkan suatu keterbukaan. Manakala sudah terbuka tak akan ada lagi prasangka yang tidak-tidak. Makanya ada suatu pelajaran untuk tidak dengan segampang itu  mengucapkan kata-kata yang berbau sensitif. Kita yang sudah bisa menebak tabiat seseorang mungkin tak akan menjadikan  suatu persoalan. Tapi manakala  tak tahu tabiat seseorang yang berada diluar sana tentu akan menjadi suatu persoalan tersendiri. Yang penting kini blokiran sudah bisa dibuka dan bisa berkomunikasi sebagaimana biasanya.
                                                                                                                                                                                                                                                            Cirebon, 26 Juli 2018


Tidak ada komentar:

Posting Komentar