Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

BENTUK KEPRIHATINAN (Cerpen)


Cerpen
BENTUK KEPRIHATINAN
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Hari Senin….
Mulanya hanya bisik-bisik namun lama-kelamaan akhirnya gempar juga. Hampir tak percaya sebagai Guru mendengar kasus yang menimpa salah seoran anak didikku. Konon dalam koran lokal  yang aku baca terjadi tindak pemerkosaan anak dibawah umur sebut saja namanya Bunga. Bunga digilir oleh 2 pria dewasa disalah satu kamar warung yang ada dekat stasiun.
            Jadilah sekolah ini menjadi pembicaraan sebab sekolah tingkat SMP di Kecamatan Pabedilan hanya ada dua. Di koran itu hanya menyebutkan salah satu sekolah yang ada di Pabedilan. Kontan pihak sekolah SMPN 1 dalam hal ini menolak jikalau dikatakan sebagai salah salah satu siswinya yang terlibat. Telaah pembaca akhirnya juga tahu kalau Bunga kemudian berasal dari sekolah ini. Sekolah seperti kebakaran jenggot dengan peristiwa yang cukup menggemparkan ini. Apa betul Bunga diperkosa?
            Sungguh takjub bahkan hampir tidak percaya kemudian pada hari yang sama (Senin) Bunga hadir di sekolah. Ia datang seperti tak memperlihatkan sesuatu yang memberatkan pikiran dia sebagai orang yang sedang banyak dibicarakan . Enjoy saja datang ke sekolah seperti tak terjadi apa-apa. Senin seperti biasa sekolah mengadakan upacara bendera. Bunga ikut upacara seperti halnya murid yang lain. Entah karena masih ada yang dirasa atau efek dari minuman yang ditenggak akhirnya Bunga tak kuat berdiri. Ia jatuh pingsan. Bunga dipisahkan dari barisan untuk ditangani lebih lanjut.
            Hari Selasa…
Berita dari mulut ke mulut mulai santer bahkan sudah hampir semua Guru mengetahui kasus yang dialami Bunga. Karena kasusnya cukup menggemparkan maka mau tak mau akhirnya Bunga dipanggil Guru BP. Walau sudah tahu kasus yang sedang dialami oleh Bunga namun ingin tahu lebih jauh mendalami kasus yang terjadi terhadap anak didiknya.
            Aku yang juga hadir di rung BP dengan beberapa kali punten Guru BP meminta diriku agar meninggalkan ruang BP dahulu. Aku seperti tak ngeh kalau yang lagi ditangani Guru BP adalah apa yang dibaca olehku berita di koran hari Senin yang lalu. Bunga mendapatkan penanganan dari Guru BP. Entah apa yang dibicarakan antara Guru BP dengan anak yang bersangkutan.  Cukup lama aku berada di luar ruangan sekedar membuat teh manis. Ngobrol dengan beberapa rekan Guru yang ada di ruang Guru. Ada keinginan masuk lagi untuk meneruskan membuat cerpen seperti yang sedang aku lakukan tadi.
            Di ruang BP ternyata sudah banyak Guru yang hadir dan beberapa anak yang ternyata ikut ada dilokasi kejadian. Banyak yang ditanyakan seputar kasus yang sedang berkembang. Namun aku tetap berbaik sangka saja jangan menimbulkan masalah yang jauh lebih berat lagi. Apa yang sedang ditangani beberapa Guru biarlah berlangsung sebagaimana mestinya. Dari pertemuan tersebut akhirnya ditindaklanjuti dengan surat pemanggilan terhadap orangtuanya masing-masing.
            Suka timbul pertanyaan dalam hati  ini, sudah sejauh itukah pergaulan anak-anak sekarang? Ini tingkat SMP-loh! Dari cerita-cerita yang berkembang aku sempat merinding, membandingkan anak SMP jamanku dahulu dengan apa yang sedang berkembang di sekolah ini. Mudah-mudahan asumsinya tidak seperti itu. Biarlah pihak  polisi yang bekerja lebih jauh mendalami apa yang sedang terjadi.  Toh kejadiannya diluar sekolah. Sekolah tinggal menerima saja apa yang sedang dilakukan pihak kepolisian.
                                                                        ***
            Hari Sabtu….
Ruang BP mulai didatangi oleh beberapa orangtua yang anaknya terlibat di salah satu warung yang berada dekat stasiun. Meminjam istilah BP maka kegiatan yang seperti ini disebutnya dengan konferensi kasus. Pihak-pihak yang terlibat duduk bersama untuk mengambil kesepakatan apa yang seharusnya diambil, apa yang seharusnya bisa diperbuat agar citra sekolah tetap baik dan anak-anak yang sedang mendapat masalah juga mendapatkan haknya dengan baik pula.
            Aku lihat ada wali kelas, ada Guru BP,  ada beberapa Guru Pembina. Orangtua yang anaknya terlibat sudah duduk dikursinya masing-masing. Termasuk juga anak-anak yang terlibat. Ruangan ini terlihat sesak dengan kumpulnya beberapa eleman masyarakat yang ikut menghadiri konferensi kasus.
            Acara dibuka oleh Guru BP yang membeberkan kronologis peristiwa yang terjadi. Dijelaskan pula bagaimana mengambil langkah yang baik agar nama SMP tetap baik dipandang masyarakat. Lalu dilanjutkan dengan penyampaian yang dilakukan Humas dan terakhir dari walikelas. Hampir semua yang diuduk di kursi paling depan memberikan masukannya masing-masing. Mulailah acara diisi sesi tanyajawab yang  melibatkan para orangtua murid. Forum akhirnya jadi hidup. Masing-masing punya argumennya masing-masing. Sempat memanas juga karena yang angkat bicara ternyata hampir semua orangtua yang dipanggil.
            Namanya orangtua jelas tak akan menjebloskan anaknya kearah yang tidak dikehendaki. Sebisa mungkin agar anaknya terangkat jangan sampai jadi orang yang dirugikan. Orangtua si A mengatakan  anaknya begini-begini dan seterusnya. Demikian pula dengan orangtua si B yang mengemukakan pembelaan terhadap anak-anaknya. Kalau mau disimpulkan tak mau orangtua mendengar anaknya   hal-hal yang negatif.
            Kasus yang seperti ini karena sudah masuk ranah kepolisian maka berdampak pula dengan apa yang ada di sekolah. Sekolah juga menerapkan aturannya tersendiri berkenaan dengan orang-orang yang bermasalah tadi. Mulailah ada yang tidak suka dengan langkah yang akan diambil pihak sekolah. Setidaknya sebagai orangtua tentu tak menghendaki sang anak diberikan sanksi. Apalagi  model Bunga yang sudah dirugikan secara fisik juga dirugikan oleh keputusan yang nantinya bakal membuat dirinya tidak merasakan ketenangan. Setidaknya bakal sanksi yang akan ia terima bisa membuat dirinya makin terkucil dari pergaulan.
            Pembina OSIS yang datang membawa aturan yang berlaku  lalu dibacakan dihadapan sidang. Mulailah yang namanya orangtua gelisah. Akan diberi apa anaknya dengan sanki yang akan diberikan? Sambil menanti rundingan rupanya ada orangtua yang lalu tidak betah di ruang sidang. Ia keluar ruangan entah apa yang akan diberikan pihak sekolah terhadap anaknya. Guru-guru yang hadir juga ikut keluar ruangan. Rupanya ada beberapa pembicaraan yang jangan sampai didengar oleh anak-anak. Orangtua yang ada diruangan  BP akhirnya keluar semua. Hanya ada 3 anak yang bermasalah tadi yang tinggal di ruangan BP.
            Aku menyaksikan ke-3 anak yang ada didalam ruangan tadi. Mereka membaca peraturan tata terbib yang berlaku di sekolah ini. Disitu ada sanksi yang harus diterima kalau melakukan pelanggaran ini dan itu. Kalau aku perhatikan ke-3 anak itu sepertinya tak merasakan adanya penyesalan sama sekali. Mereka malah guyonan setelah membaca aturan yang tertera. Sepertinya apa yang dibaca tadi tak membekas sama sekali. Biarlah apa yang ada dalam aturan tetap aturan sementara mereka bisa melanggar aturan yang sudah berlaku dan baku.
            Tak adanya guru-guru yang masuk ruangan lagi membuat mereka yang ada di ruangan BP menjadi bosan. Mau apa lama-lama dalam ruangan kalau tidak ditangani lebih lanjut? Ketiga anak ini lalu membubarkan diri. Aku tak memperhatikan  lebih jauh karena bukan kewenanganku untuk menghentikan anak-anak ini agar tetap berada di ruangan BP.
            Ruang persidangan rupanya ganti di tempat yang lain. Aku tak tahu apa keputusan dari sidang yang berlangsung   alot ini. Apapun yang akan diambil pihak sekolah aku yakin inilah yang terbaik buat mereka. Aku akan ikut mengamankan hasil keputusan yang diambil pihak sekolah.
                                                                        ***
            Senin, 5 November 2012.
            Brifing kali ini salah satunya adalah membahas apa yang sudah diambil   dalam sidang di hari Sabtu.  Aku baru tahu setelah  Guru BP angkat bicara dalam brifieng. Ternyata Bunga, yang menjadi tokoh dalam beberapa kali  pertemuan akhirnya melalui orangtuanya menyatakan mengundurkan diri dari sekolah. Ini adalah langkah yang paling baik. Tentunya juga agar bisa enak kesana-kemari. Maklumlah sekolah dalam posisi yang juga sulit. Demi nama baik sekolah dan nama baik yang bersangkutan akhirnya  melalui orangtuanya sendiri Bunga menyatakan mengundurkan diri dari sekolah.
            Persoalan yang cukup pelik.  Suara-suara bermunculan. Akhirnya diketahui dari beberapa rekan Guru berita tentang keseharian Bunga. Pola hidup Bunga memang sudah seperti itu. Bunga yang sudah biasa menyanyi di panggung hiburan burok sudah  bergaul terlalu jauh. Ada suara-suara yang menyatakan begini dan begitu. Ternyata kasus perkosaan yang menimpa Bunga tidak sepenuhnya benar! Pihak laki-laki yang digugat mulai mengumpulkan barang bukti untuk pembelaan. Masyarakat ikut dibuat bingung dengan kasus yang ini. Kalau begitu suara versi mana yang benar? Entahlah!
            Pihak-pihak yang dirugikan dalam hal ini orang yang ditangkap polisi atas pengaduan pemerkosaan akhirnya mulai menyusun strategi. Mereka katanya mau menuntut balik dengan apa yang selama ini mereka timpakan. Bakal jadi ramai. Sudah seperti inikah kehidupan di dunia ini?
            Satu suara!
Demikian akhirnya apa yang harus disuarakan pihak sekolah bila mendapatkan pertanyaan tentang si A si B ataupun si C. Harus ada satu kesepakatan dalam hal yang seperti ini. Satu suara! Jangan sampai terpecah belah. Kalau sudah memasuki ranah  hukum biarlah itu diambil alih oleh pihak kepolisian. Sekolah tidak ingin terlibat terlalu jauh. Hanya saja hal yang seperti ini harus menjadikan perhatian kita bersama.
            Mendidik ternyata  jauh lebih sulit dari apa yang diperkirakan sebagian orang. Kalau sudah ada kasus yang mencuat barulah kita yang biasanya disalahkan lebih dulu atas apa yang terjadi. Ini tidak sepenuhnya benar! Ini masih banyak yang harus diluruskan. Pendidikan bukan tanggungjawab Guru semata. Bukankah waktu yang dialami anak-anak jauh lebih banyak di keluarga! Mudah-mudahan orang yang masih  berfikir selalu menyalahkan Guru bisa mengerti dengan apa yang sedang berkembang. Arif-ariflah dalam hal menilai suatu lembaga atau institusi.
            Ikuti perkembangan. Kita tentunya berharap masalah yang sepertti ini bisa berakhir dengan sebaik-baiknya. Pihak-pihak yang terlibat agar merapatkan barisan agar apa yang masih bisa dirundingkan  maka rundingkanlah dengan baik. Semuanya dikembalikan pada masing-masing pihak yang terlibat. Semoga yang terjadi adalah yang terbaik buat mereka semua.
            Hanya bisa mengambil nafas dalam-dalam. Dari setiap langkahnya ada cerita yang sangat menarik. Apapun yang terjadi adalah pelajaran buat kita semua. Semoga kita diberi kemudahan dalam setiap menelaah kasus yang datang. Semoga Allah memberikan jalan yang mudah untuk dilalui oleh semua pihak yang sedang mengalami ujian.

                                                                                                            Cirebon, 5 Novem,ber 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar