Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Selasa, 25 Juni 2019

GARA-GARA JERMAN (Cerpen)


Cerpen

GARA-GARA JERMAN
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Hampir tiap malam selama pergelaran Piala Dunia di Brazil, Kurman selalu melek.  Tiap hari pula jadwal negara yang bakal tanding selalu dilihat. Pergelaran akbar kali ini banyak memberikan keuntungan. Betapa tidak? Olahraga sepakbola yang digemarihya sejak kecil banyak memberikan keuntungan. Kurman memang selalu mengkaitkannya dengan acara taruhan. Orang-orang dikampungnya menyebutnya dengan istilah totohan
Tidak banyak informasi yang didapat Kurman untuk menebak siapa yang bakal menang dalam setiap pertandingan. Ia hanya mendengar dari beberapa teman yang juga sama-sama suka bola. Kadang apa yang ia dengar memberikan manfaat untuk bisa menebak negara mana yang bakal menang. Namun tidak jarang pula apa yang ia dengar justru menjerumuskan karena setelah dipilih ternyata kalah dalam pertandingan. Tidak seperti para penggila bola yang lain yang mencari-cari informasi sampai ke internet. Kurman murni mengandalkan analisa sendiri saja.  Dari setiap pertandingan yang ia lihat maka itulah analisa yang diperoleh.
Jadwal pertndingan dari koran yang sehalaman penuh Kurman tempel di dinding rumahnya. Hampir tiap hari malam sampai pagi diikuti tim mana yang bakal tanding. Hasil-hasil pertandingan Kurman isi. Kadang Kurman merenung dengan hasil yang baru didapat. Kadang Kurman samapai geleng-geleng kepala sebab kesebelasan yang dijagokannya sampai bisa kalah. Kurman tidak mengerti dengan hasil yang mengejutkan dimana tim Spanyol yang dibantai di awal pertandingan. Tidak habis pikir kenapa juara dunia sekelas Spanyol bisa dikalahkan telak. Gara-gara Spanyol inilah Kurman harus merelakan uangnya yang waktu itu hanya ada Rp. 300.000 pindah tangan ke Rojali.
Kebiasaan taruhan yang dilakukan Kurman diluar sepengetahuan sang istri. Ruminah sudah beberapa hari mengeluhkan kegiatan melek yang dilakukan sang suami. Suaminya yang kalau lagi giat suka mencari katak swike kini banyak ditinggalkan. Hanya untuk menyaksikan kesebelasan kesayangannya mencari katak swike rela ia tinggalkan.
“Pak… pak!”
“Masa tiap malam harus nonton sepakbola terus?”
“Buat belanjanya mana?”
“Warung isinya makin kurang kalau bapak hanya nonton bola terus!”
Istri Kurman memang buka usaha warung kecil-kecilan. Jualan apa saja buat keperluan sehari-hari. Kadang kalau sang istri ngomel terus Kurman tak mau menimpali. Kalau ditimpali hanya akan ramai seiisi rumah. Ada perasaan malu juga sebab rumah yang Kurman tempati sekarang ini masih miliknya mertua.
            Kebelakang rumah mencari alat-alat pancing. Siang ini setidaknya harus ada ikan yang bisa dibawa pulang. Gampang nanti malam bisa nonton bola lagi. Ini hanya alasan untuk meredakan amarah sang istri agar tidak terlalu lama nyap-nyap. Dipaculnya tanah basah yang ada dibelakang rumah. Kurman berharap bisa mendapatkan cacing tanah sekedar umpan ikan. Setelah dirasa cukup barulah Kurman menuju sungai yang tak jauh dari rumah mertuanya. Biasa mencari katak swike menjadikan Kurman hafal tempat-tempat yang banyak ikannya. Dipilihnya tikungan sungai yang menurut Kurman kalau malam hari sering terlihat ikan yang muncul. Memilih tempat dibawah pohon mahoni yang condong ke sungai. Tiga jorang yang dibawanya ditancapkan ke tanah. Kurman sendiri hanya mengawasi tak jauh dari kail yang ia tancapkan. Rasa kantuk semalam menyaksikan  sekaligus 2 kali pertandingan membuat mata lelah. Sesekali matanya terjaga lagi sebab mata kailnya ada yang  menyerang. Lumayan juga dari 3 jorang yang ia bawa hampir bergantian mata kailnya menyangkut di mulut ikan.
            Masih terngiang apa yang ia dengar ketika sang istri ngomel tadi. Anaknya yang pertama akan memasuki SMP. Kata orang cukup banyak juga biaya yang diperlukan untuk mensekolahkan anaknya di SMP. Pekerjaan yang digeluti Kurman memang tidak bisa diandalkan. Kadang kalau lagi dapat banyak lumayan juga untuk menyumbang-nyumbang ke sang istri. Namun  dikala tidak ada katak swike sama sekali yang didapat maka tidak sepeserpun rupiah yang didapat. Setidaknya buat pertandingan malam nanti Kurman harus punya uang lagi buat taruhan. Dari sinilah ia           akan mendapatkan rupiah. Namun kekalahan dari tim yang diunggulkan sepertti Spanyol yang kalah telak  setidaknya  menguras dana yang ada. Mudah-mudahan nanti malam tim yang  dijagokan Kurman akan menjadi pemenang.
            Dilihat lumayan juga isi jaring kecil yang ia bawa sekarang mulai terisi penuh dengan ikan. Kalau dibawa pulang dijual oleh sang istri di warung tentu uang hasil penjualan akan masuk kas istri semua. Kurman mulai berfikir bagaimana kalau ikan hasil  memancing kali ini bisa jadi uang untuk taruhan nanti malam. Otaknya mulai jalan siapa kiranya orang yang akan membeli ikan hasil memancingnya. Dipikirkan pula siapa kiranya orang yang akan menjadi lawan taruhannya malam ini.
            Ruminah nyap-nyap mengetahui sang suami mancing tanpa membawa hasil seperti yang diperkirakan.
            “Kirain berangkat pagi pulang sore dapat ikan!”
            “Ngapain saja di sungai?”
            “Tahu seperti ini sih    ngejaga warung!”
            “Pak…pak!”
Ruminah kesal dengan ulah sang suami. Kurman hanya diam saja tidak mengomentari ucapan istrinya. Tak ada perasaan menyesal telah berbohong pada sang istri kalau sebenarnya ikan yang didapat dari mancing banyak juga. Kalau laporannya mendapat banyak lalu dijual ke Bi Karti tentu uang hasil penjualan ikan akan diminta. Kurman lebih enak mengatahkan kalau hari ini tidak dapat ikan. Untuk meyakinkan kalau hari ini tidak dapat ikan didalam wadah hanya disisakan 2 ekor ikan mujaer. Rupanya taktik ini berhasil membuat Ruminah percaya. Agar nyap-nyap sang istri tidak berkelanjutan Kirman ikut mencuci piring kotor. Rupanya apa yang dilakukan berhasil juga. Sang istri akhirnya diam tidak banyak mengomentari apa yang ia lakukan hari ini.
                                                                        ***
            Sudah beberapa kali pertandingan  selama Piala Dunia 2014 di Brazil berlangsung. Kesebelasan dari tiap negara mulai ada yang angkat koper karena tersingkir di babak penyisihan. Kali ini sudah memasuki babak perempat final dimana tim yang kalah otomatis harus angkat koper. Kalah dan memang selalu bergantian dalam memilih kesebelasan mana yang akan menang dalam taruhan. Kalau dipikir-pikir maka hampir sama saja modal yang didapat Kurman untuk taruhan. Antara menang dan kalah hampir seimbang. Inilah yang membuat uang yang ada di Kurman tidak terlalu banyak seperti rekan-rekannya yang jago memperkirakan kesebelasan mana yang bakal menang dalam pertandingan.
Dari dahulu Brazil adalah kesebelasan yang diunggulkan. Termasuk Kurman menjagokan Brazil akan menjadi pemenang bila bertanding dengan negara Jerman. Eh… tak disangka-sangka  kesebelasan kesayangannya harus menerima kekalahan telak  sampai kebobolan 7-1 dari Jerman. Uang hasil penjualan ikan dan beberapa rupiah sisa sebelumnya yang hampir Rp. 500.000 melayang berpindah tangan. Garuk-garuk kepala tak gatal. Kepikiran kalau sudah seperti ini. Tadi pagi istrinya minta uang untuk pendaftaran sang anak ke SMP dikatakan tidak punya uang.  Kini dirasakan sekali kalau memang uang yang ada di sakunya melayang berpindah tangan. Sayang sekali kalau uang itu diberikan buat membeli perlengkapan sekolah anaknya tentu ada beberapa yang bisa tertutup.
Biasa ikut taruhan kali ini Kurman hanya ikut mengepul beberapa temannya yang akan taruhan. Dari kegiatan mengepul uang taruhan ini lumayan juga sebab dapat tip dari orang yang memenangkan taruhan. Belum lagi sebagai uang pegang yang lumayan. Dari beberapa pertandingan selama semifinal  lumayan juga untuk bisa bertaruh lagi. Kali ini adalah  puncak dari Piala Dunia. Kesebelasan yang ketemu di final adalah Argentina melawan Jerman. Idolanya selama ini setelah beberapa kesebelasan yang dijagokan kalah kini bergantung pada Messi. Ya,  bintang idola Kurman dari Klub Barcelona. Kini Messi harus membela Argentina sebagai negara  asalnya. Tentu dalam menghadapi Jerman Kurman akan memilih Argentina.
Pasar taruhan memang banyak ke Jerman sebagai kesebelasan yang tidak pernah kalah selama Piala Dunia. Namun Kurman juga punya pertimbangan tersendiri kalau ia hanya akan mengunggulkan Argentina. Ini tak lain karena idola sepakbolanya ada di tim Argentina. Teman-temannya banyak yang mendukung Jerman dengan taruhan yang lumayan besar. Kurman yang hanya        ikut kecil-kecilan menjagokan Argentina.
“Berani berapa Dul?”
Duloh yang dari awal menjagokan Jerman berani membayar tinggi taruhan dengan Kurman. Kurman yang hanya punya modal Rp. 500.000 tidak bisa melayani  keinginan Duloh.
            “Ya sudah 500san juga tidak apa-apa”
            “Aturannya sama ya!”
            “Pertandingan sampai selesai baru bisa dikatakan menang atau kalah”
Deal! Kurman sepakat dengan apa yang diajukan oleh Duloh. Agar sang istri tidak nyap-nyap maka Kurman menonton bolanya di rumah saja. Kalau nonton bareng sudah berapa kali saja sang sitri cemberut.
            Puasa memberikan berkah tersendiri pada umat yang menjalankannya. Kurman bukan sebagai muslim yang taat. Kalau boleh dikata masih abangan. Di musim bola seperti sekarang ini imannya juga tak kuat. Buktinya masih saja ikut taruhan untuk menambah pundi-pundi yang masih kosong. Informasi kanan-kiri yang menjagokan Jerman seolah tidak didengar. Kalau sudah ada dalam hatinya negara Argentina maka itulah yang dipilih Kurman. Apapun yang bakal terjadi nanti Argentinalah yang bakal menang!
            Dilihat jadwal mainnya pukul 03.00 namun sampai waktu yang ditentukan belum juga main. Ingin segera tanding agar ketahuan siapa sebenarnya negara yang bakal juara. Beginilah yang dirasakan kalau nonton hanya sendirian di rumah. Anak istrinya sudah pada tidur semua. Hanya sesekali mensruput kopi yang sudah mulai dingin dan sedikit cemilan kacang. Kadang teriakan orang yang ada di lapangan bulutangkis masih terdengar. Di lapangan bulutangkis inilah acara gelar nonton bareng. Kalau saja sang istri tidak nyap-nyap tentu Kurman sudah  nimbrung bareng dengan beberapa temannya. Menjaga perasaan agar sang istri tidak nyap-nyap lagi maka seperti inilah yang Kurman rasakan.
            Saat yang mendebarkan akhirnya dimulai juga. Riuh rendah suara penonton dari        kejauhan terdengar jelas. Kurman juga jantungnya ikut berdebar-debar manakala  Jerman mulai menyerang kesebelasan Argentina. Kadang Kurman teriak sendirian ketika kesebelasan Argentina mulai menyerang Jerman.
            “Suaranya dipelankan!”, teriak sang istri dari dalam kamar
Kurman lalu mengambil remot untuk mengecilkan volume TV. Kadang ia geleng-geleng sendiri mendengarkan sang istri yang masih saja teriak kalau volumenya masih besar. 1x15 menit di perpanjangan waktu pertama skor  masih menujukkan 0-0. Dilanjutkan dengan 1x15 kedua yang makin mendebarkan.  Serangan-serangan dari kedua kesebelasan masih saja bisa dipatahkan. Sampai waktu tinggal sedikit lagi akhirnya Jerman berhasil membobol gawang Argentina. Skor berubah menjadi 1-0 untuk Jerman.
            Lesu setelah mengetahui kesebelasan Jerman yang menjadi pemenang. Uang yang hanya tinggal Rp. 500 ribu tidak akan kembali lagi. Keinginannya untuk belanja keperluan sang anak buat sekolah di SMP kandas sudah. Gara-gara Jerman apa yang diimpikan tadi pagi hilang sudah. Sebentar lagi istrinya akan nyap-nyap karena malam ini tidak ada tangkapan katak swike yang diperoleh seperti biasanya. Jerman-Jerman!

                                                                                                Cirebon, 14 Juli 2014
                                                                                                nurdinkurniawan@ymail.com
              
           

Tidak ada komentar:

Posting Komentar