Cerpen
GARA-GARA JERMAN
Oleh : Nurdin Kurniawan
Hampir tiap malam selama pergelaran
Piala Dunia di Brazil, Kurman selalu melek.
Tiap hari pula jadwal negara yang bakal tanding selalu dilihat.
Pergelaran akbar kali ini banyak memberikan keuntungan. Betapa tidak? Olahraga
sepakbola yang digemarihya sejak kecil banyak memberikan keuntungan. Kurman
memang selalu mengkaitkannya dengan acara taruhan. Orang-orang dikampungnya
menyebutnya dengan istilah totohan
Tidak
banyak informasi yang didapat Kurman untuk menebak siapa yang bakal menang
dalam setiap pertandingan. Ia hanya mendengar dari beberapa teman yang juga
sama-sama suka bola. Kadang apa yang ia dengar memberikan manfaat untuk bisa
menebak negara mana yang bakal menang. Namun tidak jarang pula apa yang ia
dengar justru menjerumuskan karena setelah dipilih ternyata kalah dalam pertandingan.
Tidak seperti para penggila bola yang lain yang mencari-cari informasi sampai
ke internet. Kurman murni mengandalkan analisa sendiri saja. Dari setiap pertandingan yang ia lihat maka
itulah analisa yang diperoleh.
Jadwal
pertndingan dari koran yang sehalaman penuh Kurman tempel di dinding rumahnya.
Hampir tiap hari malam sampai pagi diikuti tim mana yang bakal tanding.
Hasil-hasil pertandingan Kurman isi. Kadang Kurman merenung dengan hasil yang
baru didapat. Kadang Kurman samapai geleng-geleng kepala sebab kesebelasan yang
dijagokannya sampai bisa kalah. Kurman tidak mengerti dengan hasil yang
mengejutkan dimana tim Spanyol yang dibantai di awal pertandingan. Tidak habis
pikir kenapa juara dunia sekelas Spanyol bisa dikalahkan telak. Gara-gara
Spanyol inilah Kurman harus merelakan uangnya yang waktu itu hanya ada Rp.
300.000 pindah tangan ke Rojali.
Kebiasaan
taruhan yang dilakukan Kurman diluar sepengetahuan sang istri. Ruminah sudah
beberapa hari mengeluhkan kegiatan melek yang dilakukan sang suami. Suaminya yang
kalau lagi giat suka mencari katak swike kini banyak ditinggalkan. Hanya untuk
menyaksikan kesebelasan kesayangannya mencari katak swike rela ia tinggalkan.
“Pak…
pak!”
“Masa
tiap malam harus nonton sepakbola terus?”
“Buat
belanjanya mana?”
“Warung
isinya makin kurang kalau bapak hanya nonton bola terus!”
Istri Kurman
memang buka usaha warung kecil-kecilan. Jualan apa saja buat keperluan
sehari-hari. Kadang kalau sang istri ngomel terus Kurman tak mau menimpali.
Kalau ditimpali hanya akan ramai seiisi rumah. Ada perasaan malu juga sebab
rumah yang Kurman tempati sekarang ini masih miliknya mertua.
Kebelakang rumah mencari alat-alat
pancing. Siang ini setidaknya harus ada ikan yang bisa dibawa pulang. Gampang
nanti malam bisa nonton bola lagi. Ini hanya alasan untuk meredakan amarah sang
istri agar tidak terlalu lama nyap-nyap.
Dipaculnya tanah basah yang ada dibelakang rumah. Kurman berharap bisa mendapatkan
cacing tanah sekedar umpan ikan. Setelah dirasa cukup barulah Kurman menuju
sungai yang tak jauh dari rumah mertuanya. Biasa mencari katak swike menjadikan
Kurman hafal tempat-tempat yang banyak ikannya. Dipilihnya tikungan sungai yang
menurut Kurman kalau malam hari sering terlihat ikan yang muncul. Memilih
tempat dibawah pohon mahoni yang condong ke sungai. Tiga jorang yang dibawanya
ditancapkan ke tanah. Kurman sendiri hanya mengawasi tak jauh dari kail yang ia
tancapkan. Rasa kantuk semalam menyaksikan
sekaligus 2 kali pertandingan membuat mata lelah. Sesekali matanya terjaga
lagi sebab mata kailnya ada yang
menyerang. Lumayan juga dari 3 jorang yang ia bawa hampir bergantian
mata kailnya menyangkut di mulut ikan.
Masih terngiang apa yang ia dengar
ketika sang istri ngomel tadi. Anaknya yang pertama akan memasuki SMP. Kata
orang cukup banyak juga biaya yang diperlukan untuk mensekolahkan anaknya di
SMP. Pekerjaan yang digeluti Kurman memang tidak bisa diandalkan. Kadang kalau
lagi dapat banyak lumayan juga untuk menyumbang-nyumbang ke sang istri.
Namun dikala tidak ada katak swike sama
sekali yang didapat maka tidak sepeserpun rupiah yang didapat. Setidaknya buat
pertandingan malam nanti Kurman harus punya uang lagi buat taruhan. Dari
sinilah ia akan mendapatkan
rupiah. Namun kekalahan dari tim yang diunggulkan sepertti Spanyol yang kalah
telak setidaknya menguras dana yang ada. Mudah-mudahan nanti
malam tim yang dijagokan Kurman akan
menjadi pemenang.
Dilihat lumayan juga isi jaring
kecil yang ia bawa sekarang mulai terisi penuh dengan ikan. Kalau dibawa pulang
dijual oleh sang istri di warung tentu uang hasil penjualan akan masuk kas
istri semua. Kurman mulai berfikir bagaimana kalau ikan hasil memancing kali ini bisa jadi uang untuk
taruhan nanti malam. Otaknya mulai jalan siapa kiranya orang yang akan membeli
ikan hasil memancingnya. Dipikirkan pula siapa kiranya orang yang akan menjadi
lawan taruhannya malam ini.
Ruminah nyap-nyap mengetahui sang
suami mancing tanpa membawa hasil seperti yang diperkirakan.
“Kirain berangkat pagi pulang sore
dapat ikan!”
“Ngapain saja di sungai?”
“Tahu seperti ini sih ngejaga warung!”
“Pak…pak!”
Ruminah kesal
dengan ulah sang suami. Kurman hanya diam saja tidak mengomentari ucapan istrinya.
Tak ada perasaan menyesal telah berbohong pada sang istri kalau sebenarnya ikan
yang didapat dari mancing banyak juga. Kalau laporannya mendapat banyak lalu
dijual ke Bi Karti tentu uang hasil penjualan ikan akan diminta. Kurman lebih
enak mengatahkan kalau hari ini tidak dapat ikan. Untuk meyakinkan kalau hari
ini tidak dapat ikan didalam wadah hanya disisakan 2 ekor ikan mujaer. Rupanya
taktik ini berhasil membuat Ruminah percaya. Agar nyap-nyap sang istri tidak berkelanjutan Kirman ikut mencuci piring
kotor. Rupanya apa yang dilakukan berhasil juga. Sang istri akhirnya diam tidak
banyak mengomentari apa yang ia lakukan hari ini.
***
Sudah beberapa kali
pertandingan selama Piala Dunia 2014 di
Brazil berlangsung. Kesebelasan dari tiap negara mulai ada yang angkat koper
karena tersingkir di babak penyisihan. Kali ini sudah memasuki babak perempat
final dimana tim yang kalah otomatis harus angkat koper. Kalah dan memang
selalu bergantian dalam memilih kesebelasan mana yang akan menang dalam taruhan.
Kalau dipikir-pikir maka hampir sama saja modal yang didapat Kurman untuk
taruhan. Antara menang dan kalah hampir seimbang. Inilah yang membuat uang yang
ada di Kurman tidak terlalu banyak seperti rekan-rekannya yang jago memperkirakan
kesebelasan mana yang bakal menang dalam pertandingan.
Dari
dahulu Brazil adalah kesebelasan yang diunggulkan. Termasuk Kurman menjagokan
Brazil akan menjadi pemenang bila bertanding dengan negara Jerman. Eh… tak
disangka-sangka kesebelasan kesayangannya
harus menerima kekalahan telak sampai
kebobolan 7-1 dari Jerman. Uang hasil penjualan ikan dan beberapa rupiah sisa
sebelumnya yang hampir Rp. 500.000 melayang berpindah tangan. Garuk-garuk
kepala tak gatal. Kepikiran kalau sudah seperti ini. Tadi pagi istrinya minta
uang untuk pendaftaran sang anak ke SMP dikatakan tidak punya uang. Kini dirasakan sekali kalau memang uang yang
ada di sakunya melayang berpindah tangan. Sayang sekali kalau uang itu
diberikan buat membeli perlengkapan sekolah anaknya tentu ada beberapa yang
bisa tertutup.
Biasa
ikut taruhan kali ini Kurman hanya ikut mengepul beberapa temannya yang akan taruhan.
Dari kegiatan mengepul uang taruhan ini lumayan juga sebab dapat tip dari orang
yang memenangkan taruhan. Belum lagi sebagai uang pegang yang lumayan. Dari
beberapa pertandingan selama semifinal lumayan
juga untuk bisa bertaruh lagi. Kali ini adalah
puncak dari Piala Dunia. Kesebelasan yang ketemu di final adalah
Argentina melawan Jerman. Idolanya selama ini setelah beberapa kesebelasan yang
dijagokan kalah kini bergantung pada Messi. Ya,
bintang idola Kurman dari Klub Barcelona. Kini Messi harus membela
Argentina sebagai negara asalnya. Tentu
dalam menghadapi Jerman Kurman akan memilih Argentina.
Pasar
taruhan memang banyak ke Jerman sebagai kesebelasan yang tidak pernah kalah
selama Piala Dunia. Namun Kurman juga punya pertimbangan tersendiri kalau ia
hanya akan mengunggulkan Argentina. Ini tak lain karena idola sepakbolanya ada
di tim Argentina. Teman-temannya banyak yang mendukung Jerman dengan taruhan
yang lumayan besar. Kurman yang hanya
ikut kecil-kecilan menjagokan Argentina.
“Berani
berapa Dul?”
Duloh yang dari
awal menjagokan Jerman berani membayar tinggi taruhan dengan Kurman. Kurman
yang hanya punya modal Rp. 500.000 tidak bisa melayani keinginan Duloh.
“Ya sudah 500san juga tidak apa-apa”
“Aturannya sama ya!”
“Pertandingan sampai selesai baru
bisa dikatakan menang atau kalah”
Deal!
Kurman sepakat dengan apa yang diajukan oleh Duloh. Agar sang istri tidak nyap-nyap maka Kurman menonton bolanya
di rumah saja. Kalau nonton bareng sudah berapa kali saja sang sitri cemberut.
Puasa memberikan berkah tersendiri
pada umat yang menjalankannya. Kurman bukan sebagai muslim yang taat. Kalau
boleh dikata masih abangan. Di musim bola seperti sekarang ini imannya juga tak
kuat. Buktinya masih saja ikut taruhan untuk menambah pundi-pundi yang masih
kosong. Informasi kanan-kiri yang menjagokan Jerman seolah tidak didengar.
Kalau sudah ada dalam hatinya negara Argentina maka itulah yang dipilih Kurman.
Apapun yang bakal terjadi nanti Argentinalah yang bakal menang!
Dilihat jadwal mainnya pukul 03.00
namun sampai waktu yang ditentukan belum juga main. Ingin segera tanding agar
ketahuan siapa sebenarnya negara yang bakal juara. Beginilah yang dirasakan
kalau nonton hanya sendirian di rumah. Anak istrinya sudah pada tidur semua.
Hanya sesekali mensruput kopi yang sudah mulai dingin dan sedikit cemilan
kacang. Kadang teriakan orang yang ada di lapangan bulutangkis masih terdengar.
Di lapangan bulutangkis inilah acara gelar nonton bareng. Kalau saja sang istri
tidak nyap-nyap tentu Kurman
sudah nimbrung bareng dengan beberapa
temannya. Menjaga perasaan agar sang istri tidak nyap-nyap lagi maka seperti inilah yang Kurman rasakan.
Saat yang mendebarkan akhirnya
dimulai juga. Riuh rendah suara penonton dari kejauhan terdengar jelas. Kurman juga jantungnya
ikut berdebar-debar manakala Jerman
mulai menyerang kesebelasan Argentina. Kadang Kurman teriak sendirian ketika
kesebelasan Argentina mulai menyerang Jerman.
“Suaranya dipelankan!”, teriak sang
istri dari dalam kamar
Kurman lalu
mengambil remot untuk mengecilkan volume TV. Kadang ia geleng-geleng sendiri
mendengarkan sang istri yang masih saja teriak kalau volumenya masih besar.
1x15 menit di perpanjangan waktu pertama skor
masih menujukkan 0-0. Dilanjutkan dengan 1x15 kedua yang makin mendebarkan. Serangan-serangan dari kedua kesebelasan masih
saja bisa dipatahkan. Sampai waktu tinggal sedikit lagi akhirnya Jerman
berhasil membobol gawang Argentina. Skor berubah menjadi 1-0 untuk Jerman.
Lesu setelah mengetahui kesebelasan
Jerman yang menjadi pemenang. Uang yang hanya tinggal Rp. 500 ribu tidak akan
kembali lagi. Keinginannya untuk belanja keperluan sang anak buat sekolah di SMP
kandas sudah. Gara-gara Jerman apa yang diimpikan tadi pagi hilang sudah.
Sebentar lagi istrinya akan nyap-nyap karena
malam ini tidak ada tangkapan katak swike yang diperoleh seperti biasanya.
Jerman-Jerman!
Cirebon,
14 Juli 2014
nurdinkurniawan@ymail.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar