Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Senin, 24 Juni 2019

ZIARAH Bagian Kesebelas Sunan Ampel (Cerpen)


Cerpen
ZIARAH
Bagian Kesebelas
Sunan Ampel  
Oleh : Nurdin Kurniawan

            Tulang mulai terasa dingin, memasuki pergantian hari rombongan menuju makam Sunan Ampel. Berada di tengah Kota Surabaya membuat makam yang satu ini tak pernah sepi dari para peziarah. Dari tempat mobil di parkir kita harus jalan kaki menuju makam Sunan Ampel.
            Pemandangannya sungguh indah. Dari terminal ke makam banyak sekali  penjual makanan  dan oleh-oleh khas Sunan Ampel. Kalau mau belanja sarung, minyak wangi dan segala keperluan sholat memang disinilah tempatnya. Sayang sekali aku tak membawa uang banyak sehingga kesempatan untuk belanja sedikit sekali. Lain kali kalau ada acara yang seperti ini jangan lupa untuk menyediakan anggaran yang cukup agar perjalanan bisa dirasakan mantap.
            Diantara makam-makam pawa Wali memang yang terlihat langsung dan tak ada bagunan penutupnya (cungkup) adalah makamnya Sunan Ampel. Tidak ada cungkup yang menutupi sehingga peziarah dengan leluasa menatap makam Sunan Ampel. Di komplek pemakaman ini memang banyak sekali kuburan. Didalam pagar ada berapa makam salah satu diantaranya ada yang paling bagus. Kemungkinan yang paling bagus dan besar inilah makam Sunan Ampel.
Jamaah daduk mengambil posisi disebelah kiri. Rombongan dari jamaah lain pun sudah melingkar disetiap sudut makam. Udara yang dingin tak menghalangi kami untuk berdoa. Terasa sekali hikmad  bila berdoa dilakukan secara berjamaah.
            Siapasih Sunan Ampel itu? Sunan Ampel nama aslinya adalah Raden Rahmat sedangkan nama Ampel sendiri dinisbatkan pada tempat tinggalnya yaitu di Ampel Denta. Sunan Ampel adalah Bapak para Wali. Ayah Sunan Ampel sendiri bernama Maulana Malik Ibrahim atau Maulana Maghribi atau lebih dikenal dengan Sunan Gresik. Dua  anak Sunan Ampel dari istri keduanya juga adalah Sunan yaitu Sunan Bonang dan Sunan Drajat. Sunan Giri dan Sunan Kudus adalah menantu dari Sunan Ampel. Raden Patah yang merupakan anak Brawijaya V yang merupakan Raja Majapahit sendiri adalah murid dari Sunan Ampel. Wajar kalau Sunan Ampel adalah Bapaknya para Wali.
            Silsilah Sunan Ampel sendiri  akhirnya sampai pada Imam Husain, Ali bin Abi Thalib dengan Fatimah Azzahra ke Rasulullah Muhammad, SAW.
            Sunan Ampel menikah dengan  Nyi Ageng Manila, putri Adipati di Tuban yang bernama Arya Teja. Mereka dikaruniai 4 orang anak yaitu: Putri Nyai Ageng Maloka, Maulana Makdum Ibrahim (Sunan Bonang), Syarifuddin (Sunan Drajat) dan Syarifah yang merupakan istri dari Sunan Kudus.
            Sunan Ampel pulalah yang mendirikan Masjid Agung Demak yang salah satu tiangnya merupakan tatalan kayu. Sampai kini masih berdiri kokoh.
            Sunan Ampel diperkirakan wafat tahun 1481 di Demak dan dimakamkan di sebelah barat Masjid Ampel, Surabaya.
                                                                        ***
            Ada hal membuatku takjub dengan apa yang aku lihat disekitar Ampel Denta. Ada beberapa bagian wilayah Ampel Denta atau sekitar makam Sunan Ampel yang menurutku aku    pernah datang dan berada disitu. Aku inga-ingat kembali kapan? Diingat-ingat terus akhirnya sampai pada suatu kesimpulan kalau aku pernah didatangkan pada tempat itu lewat mimpi. Hal ini persis sama dengan apa yang aku lihat di makam Sunan Bonang.
            Subhanallah! Dalam perjalanan-perjalanan seperti ini ada saja yang kadang diluar jangkauan. Ternyata lewat sebuah mimpi apa yang aku lihat ternyata disana cocok sekali. Kadang aku juga tak suka habis pikir kok bisa seperti itu juga ya? Inilah karunia Allah yang patut disyukuri. Bisa melihat nyatanya walau sebelumnya juga pernah lihat meski hanya lewat sebuah mimpi.

           
Makam Sunan Ampel

            Di samping kanan dari Masjid  Sunan Ampel ada makam lagi yaitu makam Mbah Soleh. Menurut cerita Mbah Soleh ini adalah santri yang juga tukang sapu di masjid Sunan Ampel. Beliau ini pernah mengalami suatu kematian sampai 7 X  dan yang ke-8 ini  mati dengan sesunggguhnya. Tak heran apabila makamnya berjumlah 8. Yang paling ujung itulah makam yang ada jenazahnya.
            Masih tak jauh dari Masjid Sunan Ampel pula ada satu makam Pahlawan Nasional K.H. Mas Mansur. Beliau ini adalah tokoh pergerakan kemerdekaan yang jasanya terhadap proklamasi kemerdekaan bangsa ini begitu besar.
            Jamaah tahlilan di makam Sunan Ampel lalu tahlilan pula di makam Mbah  Soleh lalu kembali lagi ke bus yang sudah menungggu di terminal. Perjalanan siap-siap lagi dilanjutkan ke Pulau Madura.
            Sepanjang lorong dari Makam Sunan Ampel banyak penjual kurma. Dilihat memang ada berbagai macam dan jenis kurma. Wilayah ini memang sangat terkenal dengan oleh-oleh yang bernuansa Timur Tengah.  Kalau dilihat yang namanya kain sarung saja terdapat berbagai merk terkenal. Sunggguh  pemandangan yang sangat mengasyikkan kalau  punya uang banyak sih. Baru tahu kalau objek  wisata ziarah juga ternyata sudah merupakan asset nasional. Didalamnya banyak orang yang diuntungkan dengan adanya makam-makam orang sholeh. Lingkungan juga jadi kebagian berkahnya.
            Satu lagi makan Sunan penyebar agama di Pulau Jawa dapat aku kunjungi. Suatu kebahagiaan bisa berkunjung ke tempat yang membawaku pada dunia nyata. Tadinya tempat yang seperti ini pernah       aku datangi, Hanya saja beberapa kali aku mengingat ternyata tak pernah      ketemu. Setelah aku       ziarah barulah aku sadar kalau perjalanan yang aku lakukan dahulu hanyalah sebuah kimpi. Beruntung kali ini mimpi itu ditampakkan! Bukankah itu karunia Allah!
            Jam di HP suda menujukkan pukul 01.15 dan bus kini mulai bergerak menuju Pulau Madura. Tak terasa jam demi jam  perjalanan ini bisa dilalui. Perjalanan panjang yang tak ada mengenal kata istirahat. Dari satu makam ke makam lainnya untuk mencari ridho Alllah. Ikut mendoakan orang yang sudah dekat sekali hatinya dengan Allah. Mengunjungi makam orang-orang yang sudah dianggap kekasih Allah.
            Satu perjalanan yang akan selalu aku kenang. Kini  bus akan melanjutkan ke Pulau Madura. Kalau yang ini bisa aku lalui berarti aku akan menambah koleksi pulau yang berhasil aku kunjungi. Selama ini memang baru 2 pulau yang berhasil aku kunjungi yaitu P. Jawa dan Pulau Bali. Kalau Madura bisa ditapaki merupakan suatu kebanggaan tersendiri. Mudah-mudahan dalam waktu dekat aku bisa menapakinya, amien.
            Banyak-banyak mengucapkan hamdallah. Baru kali ini perjalanan yang aku rasakan sangat panjang . Ada beberapa tempat yang berhasil aku datangi. Kalau tidak menyengajakan diri seperti ini rasa-rasanya aku tak akan kemana-mana. Beruntung Allah meluluskan niatku untuk ikut serta ziarah ke tempat-tempat yang sangat bagus untuk berdoa. Makam-makam para kekasih Allah yang dahulu jasanya sangat besar dalam rangka menyebarkan agama Islam di Pulau Jawa.
            Walau    fisik capai namun yang namanya mata ini tidak bisa juga dipejamkan. Kalaupun terpejam yang namanya suara-suara orang yang ngobrol selalu saja terdengar. Inilah kelemahan diriku yang kalau tidur harusnya terlentang saja. Dengan posisi duduk seperti ini tidak bisa. Tapi tak mengapa yang jelas aku jadi bertambah pengalaman dengan mengunjungi tempat-tempat yang sangat bersejarah.
            Ya Allah kiranya perjalanan yang aku tempuh ini bisa bermanfaat. Bisa menambah pengalamanku, bisa untuk dijadikan cerita, bisa untuk macam-macam tujuan. Ya Allah permudahkanlah jalan menujuju makam waliyullah yang lainnnya, amien.

                                                                                                                   Cirebon, 8 Agustus 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar