Cerpen
DEMOKRASI ALA GURU
Oleh : Nurdin Kurniawan
Perut masih tarasa
melilit sehabis melakukan perjalanan kemarin yang sungguh melelahkan. Waktu
masih pagi aku naik motor ke Sumber dengan pakaian berkendara seadanya. Kemarin
saja sewaktu mengikuti Konkab di hari pertama aku sempat ke WC dua kali. Entah
masuk angin atau ada yang tidak enak dengan kondisi perut sehinggga aku
buang-buang air. Namun beruntung segalanya bisa aku atasi sehingga aku masih
bisa mengikuti Konkab di hari pertama.
Hari kedua ini aku harus mempersiapkan
segala sesuatunya. Makanya aku meminum 2 tablet entrostop agar si perut ini
tidak seperti kemarin. Alhamdulillah
tidak bunyi lagi seperti yang aku rasakan seperti kermarin. Usai mengantar anak-anak
ke sekolahnya masing-masing maka motor ini langsung saja aku pacu ke Sumber.
Untuk urusan dinasku aku sudah tenang karena aku sudah melayangkan surat
dispensasi yang berasal dari PGRI Cabang.
Tidak buru-buru seperti pada hari
pertama. Aku sudah tahu jadwal yang aku bawa dihari pertama kemarin. Malah kalau
dibilang masih ada waktu yang cukup untuk ngobrol dahulu dengan teman-teman yang
aku jumpai kemarin. Obrolan-obrolan yang mulai menjurus pada siapa sosok yang
bakal memimpin PGRI Kabupaten untuk 5 tahun mendatang.
Waktu di tingkat Cabang memang kami
sudah rapat pleno sebelumnya tentang siapa-siapa yang bakal diajukan menjadi
calon. Posisi F1, F2 dan F3 sudah diatur sedemikian rupa. Tidak ada yang mempermasalahkan
siapa saja yang bakal maju memimpin PGRI Kabupaten dalam 5 tahun kedepan. 10 nama
yang bakal diusung Cabang bahkan sudah dilaporkan ke Kabupaten. Terserah
nantinya apakah 10 nama yang diusung ini akan dipilih menjadi pengurus atau
tidak. Sepenuhnya diserahkan pada formatur yang terpilih nanti.
Agenda di hari kedua ini diantaranya
adalah pemaparan pengurus lama dihadapan pleno. Dalam pemaparan ditanyakan juga
tentang masa tugas kepengurusan lama .
Setidaknya dalam bentuk laporan pertanggungjawaban. Pleno kali ini dipimpin
oleh Bapak Drs. Endin Suhaedin, MM.
Ketua PGRI yang lama memaparkan perjalanan PGRI 5 tahun kebelakang lalu diminta
oleh pimpinan sidang kalau pemaparan ini sebagai bentuk dari pertanggungjawaban
pengurus. Ketua sidang lalu menanyakan pada sidang pleno apakah hal ini bisa
diterima sebagai pertanggungjawaban atau tidak.
“Dengan tidak mengurangi rasa
hormat”
“Dengan mengingat kondisi Ketua”
“Apakah laporan pertanggungjawaban
tadi bisa diterima?”
Pleno yang
dihadiri lebih dari 160 utusan itu dengan aklamasi menjawab.
“Diterimaaaa…..”
Kontan anggota
PGRI yang memenuhi Gedung PGRI bertepuk tangan. Satu bentuk pertanggungjawaban
Ketua PGRI selama 5 tahun yang lalu akhirnya bisa diterima sidang.
Sidang di skor sebentar. Kali ini
pimpinan sidang diserahkan pada Pengurus PGRI Propinsi. Dalam aturannya seperti
yang ada di AD/ART memang demikian, setiap akan diselenggarakan pemilihan Tingkat
Kabupaten maka panitianya adalah dari Pengurus PGRI Propinsi. Bapak-Bapak dari
pengurus Propinsi yang akhirnya naik di panggung. Memandu agar jalannya
pemilihan Ketua PGRI Kabupaten dapat berjalan sebagaimana mestinya.
Ditata-tata sedemikina rupa ruangan
agar dalam pemilihan ketua nanti si pemilih dapat dengan leluasa menyalurkan
hak pilihnya. Setiap Cabang diwalili oleh 4 peserta yang dalam hal ini ada
keterwakilan. Seluruh anggota yang ada di cabang dalam 10 orang maka ada 1 hak suara. Untuk
Cabang Kecamatan Pebedilan sendiri mendapatkan 16 hak suara. Karena wakilnya
hanya ada 4 maka hak suara ini dirundingkan dahulu dengan pengurus. Jadi dalam
satu cabang biasanya suaranya seragam. Karena ini sudah didahului dahulu oleh
rapat pleno sebelumnya.
Satu per satu angggota cabang akhirnya
dipanggil untuk memberikan hak suaranya. Proses perhitungan nanti hanya ada
satu putaran. Data nama-nama calon pengurus dipilih dari nama-nama yang sudah
masuk di panitia. Ada 3 formasi yang harus disii Fi untuk Ketua, F2 Untuk Wakil
Ketua dan F3 untuk Sekertaris.
Menungggu cukup lama akhirnya cabang
dari Pabedilan dipangggil. Masuk ke salah satu ruangan khusus untuk memberikan
suara. Karena sudah diplot untuk memberikan suara pada si anu dan si anu maka
dalam bilik suara yang langsung diisi oleh 4 orang itu tidaklah terlalu lama.
Bahkan ketika masih menunggu di ruang tungggu kami sudah memulai mengisi
beberapa calon. Sisanya dapat diselesaikan di bilik suara. Kembali lagi ke
tempat semula untuk memasukkan suara yang sudah diisi.
Plong! Kalau sudah memberikan hak suara.
Tinggal menunggu dari peserta yang belum
memberikan suara. Kami melaksanakan sholat ashar terlebih dahulu sambil menunggu peserta yang lainnya
selesai dalam memberikan suara.
***
Pemilihan Ketua PGRI Kabupaten
layaknya pemilihan besar seperti Pemilu. Bayangkan saja pemilihan yang seperti
ini sudah masuk sms-sms yang isinya
menyudutkan salah satu pihak. Bahkan tak jarang diantara sms
yang masuk malah meminta dukungan agar memilih si anu bukan si anu. Jalur-jalur
birokrasi mulai dimanfaatkan. UPTD-UPTD mulai menerima sms yang isinya minta pengawalan agar suara jangan jatuh ke yang
lain . Pokoknya pesta demokrasi ala guru ini tak ubahnya dengan demokrasi
seperti pemilu. Sungguh menyenangkan dan menegangkan!
Namanya juga ikut pemilihan pasti
ada yang menang dan ada pula yang kalah. Kalah dan menang sudah merupakan hal
yang biasa dalam pemilu. Dan ini disadari betul oleh lembaga semacam PGRI.
Kumpulan orang-orang intelek yang tentunya sangat mengerti dengan aturan-aturan
yang harus dijunjung. Beruntung kalau segala bentuk propaganda itu hanya
sebatas dilingkungan saat pemilihan. Setelah diluar diharap semuanya kembali seperti
semula. Namanya juga permainan pasti ada akhirnya. Inilah yang harus disadari
bersama. Pemilihan hanyalah sebuah sarana untuk
menjalankan suatu mekanisme yang harus ditaati secara bersama untuk
menghasilkan suatu kepengurusan kedepan yang tentunya harus lebih baik lagi
dari yang sekarang.
Usai melaksanakan sholat rupanya
mulai pada tahap penghitungan suara. Karena jumlah pemilih cukup banyak maka aku
santai saja dulu di musholla. Sambil
memperhatikan kira-kira siapa yang bakal memenangkan pertandingan ini . Karena
belum selesai maka sulit juga menentukan siapa pemenangnya namun kalau dilihat
dari beberapa pendapat maka sudah bisa dipastikan mengerucut pada figur-figur
tertentu.
Penghitungan rupanya sudah memasuki
setengah dari suara yang masuk. Ada 3
kotak suara yang sedang dibacakan hasilnya. Kotak pertama untuk pemilihan
Ketua, kotak kedua untuk Wakil Ketua dan kotak ketiga untuk Sekertaris.
Aku mampir di salah satu kotak yang
sedang dihitung. Rupanya kotak yang kedua yang aku pilih. Kotak ini berisi
pemilihan Wakil Ketua. Tadinya hanya menyaksikan pemilihan lalu ditunjuk untuk menjadi salah satu orang yang ikut menyobek
kertas suara yang sudah dihitung.
Bilik 2 untuk F2 akhirnya selesai yang
paling pertama. Untuk F1 dan F3 masih sedang berlangsung. Penemangnya adalah
Drs. Edin Suhaedin, M.M. Langsung mendapatkan aplaus dari peserta yang ikut menyaksikan jalannya penghitungan.
Panitila lalu melaporkannya lagi pada pimpinan sidang setelah mengetahui
hasilnya. Tugasku menyobek kertas suara yang sudah dihitung akhirnya selesai
sudah. Tinggal ikut menyaksikan penghitungan di bilik 1 dan bilik 3 yang juga
sedang dilangsungkan.
Bilik 1 yang paling banyak diikuti penghitungannya dari peserta sidang. Maklumlah
untuk F 1 ini memang sangat prestisius. Kalau bisa menduduki F.1 setidaknya
bisa mengangkat nama orang yang bersangkutan. Pada pertengahan penghitungan
lalu terdengar teriakan orang-orang yang menyebut nama salah seorang kandidat.
“Hidup Ayah”
“Hidup Dadang Ayah!”
Rupanya orang
yang dimaksud adalah salah satu kandidat yang dalam penghitungan suara ini
suaranya sudah melebihi dari separuh suara yang masuk. Ini artinya sudah bisa
dipastikan kalau yang bersangkutan
adalah nama pemenangnya.
Bilik 3 yang akhirnya menyelesiakan
penghitungan yang terakhir. Muncul nama Iri dan Sutanto Habsi yang menjadi
pengurus. Dari ke-4 orang inilah yang lalu akan membentuk kepengurusan 5 tahun
kedepan. Berhubung hari sudah sore maka oleh panitia yang dari Bandung keempat
orang yang terpilih sebagai formatur ini diberi tugas untuk menyusun
kepengurusan 5 tahun kedepan.
Usai sudah perhelatan yang memakan
waktu yang cukup lama. Seperti inilah yang namanya demokrasi. Demokrasi ala
guru. Tidak ada ribut-ribut yang tidak perlu, semuanya berakhir dengan suatu
ketenangan. Kalau tadi sebelum pemilihan ada suara begini dan begitu namun
setelah pemilihan selesai semuanya berakhir dengan suatu kegembiraan. Suatu
ketenangan, suatu tahapan dimana proses demokrasi telah dilaksanakan dengan
baik.
Selamat untuk mereka yang terpilih.
Tantangan sudah menunggu di depan bagaimana PGRI ini akan dibawa. Mudah-mudahan
PGRI sebagai organisasi profesi terbesar bisa membawa anggotanya lebih maju
lagi, lebih bisa mensejahterakan anggotanya. Selamat berjuang!
Cirebon, 31 Oktober 2012
Tidak ada komentar:
Posting Komentar