Mengenai Saya

Foto saya
Cirebon, Jawa Barat, Indonesia
Nurdin Kurniawan, S.Pd. Bekerja sebagai PNS disalah satu sekolah di kota Kabupaten Cirebon. Selain sebagai guru aktif menulis di beberapa surat kabar yang ada di cirebon. Diorganisasi PGRI tercatat pula sebagai redaktur majalah Diaelktika, majalah milik PGRI Kab. Cirebon. Tinggal di Gebang yang merupakan Kampung Nelayan yang ada di Cirebon

Rabu, 19 Juni 2019

DEMOKRASI ALA GURU (Cerpen)


Cerpen
DEMOKRASI ALA GURU
Oleh : Nurdin Kurniawan

                Perut masih tarasa melilit sehabis melakukan perjalanan kemarin yang sungguh melelahkan. Waktu masih pagi aku naik motor ke Sumber dengan pakaian berkendara seadanya. Kemarin saja sewaktu mengikuti Konkab di hari pertama aku sempat ke WC dua kali. Entah masuk angin atau ada yang tidak enak dengan kondisi perut sehinggga aku buang-buang air. Namun beruntung segalanya bisa aku atasi sehingga aku masih bisa mengikuti Konkab di hari pertama.
            Hari kedua ini aku harus mempersiapkan segala sesuatunya. Makanya aku meminum 2 tablet entrostop agar si perut ini tidak seperti kemarin. Alhamdulillah tidak bunyi lagi seperti yang aku rasakan seperti kermarin. Usai mengantar anak-anak ke sekolahnya masing-masing maka motor ini langsung saja aku pacu ke Sumber. Untuk urusan dinasku aku sudah tenang karena aku sudah melayangkan surat dispensasi yang berasal dari PGRI Cabang.
            Tidak buru-buru seperti pada hari pertama. Aku sudah tahu jadwal yang aku bawa dihari pertama kemarin. Malah kalau dibilang masih ada waktu yang cukup untuk ngobrol dahulu dengan teman-teman yang aku jumpai kemarin. Obrolan-obrolan yang mulai menjurus pada siapa sosok yang bakal memimpin PGRI Kabupaten untuk 5 tahun mendatang.
            Waktu di tingkat Cabang memang kami sudah rapat pleno sebelumnya tentang siapa-siapa yang bakal diajukan menjadi calon. Posisi F1, F2 dan F3 sudah diatur sedemikian rupa. Tidak ada yang mempermasalahkan siapa saja yang bakal maju memimpin PGRI Kabupaten dalam 5 tahun kedepan. 10 nama yang bakal diusung Cabang bahkan sudah dilaporkan ke Kabupaten. Terserah nantinya apakah 10 nama yang diusung ini akan dipilih menjadi pengurus atau tidak. Sepenuhnya diserahkan pada formatur yang terpilih nanti.
            Agenda di hari kedua ini diantaranya adalah pemaparan pengurus lama dihadapan pleno. Dalam pemaparan ditanyakan juga tentang  masa tugas kepengurusan lama . Setidaknya dalam bentuk laporan pertanggungjawaban. Pleno kali ini dipimpin oleh Bapak  Drs. Endin Suhaedin, MM. Ketua PGRI yang lama memaparkan perjalanan PGRI 5 tahun kebelakang lalu diminta oleh pimpinan sidang kalau pemaparan ini sebagai bentuk dari pertanggungjawaban pengurus. Ketua sidang lalu menanyakan pada sidang pleno apakah hal ini bisa diterima sebagai pertanggungjawaban atau tidak.
            “Dengan tidak mengurangi rasa hormat”
            “Dengan mengingat kondisi Ketua”
            “Apakah laporan pertanggungjawaban tadi bisa diterima?”
Pleno yang dihadiri lebih dari 160 utusan itu dengan aklamasi menjawab.
            “Diterimaaaa…..”
Kontan anggota PGRI yang memenuhi Gedung PGRI bertepuk tangan. Satu bentuk pertanggungjawaban Ketua PGRI selama 5 tahun yang lalu akhirnya bisa diterima sidang.
            Sidang di skor sebentar. Kali ini pimpinan sidang diserahkan pada Pengurus PGRI Propinsi. Dalam aturannya seperti yang ada di AD/ART memang demikian, setiap akan diselenggarakan pemilihan Tingkat Kabupaten maka panitianya adalah dari Pengurus PGRI Propinsi. Bapak-Bapak dari pengurus Propinsi yang akhirnya naik di panggung. Memandu agar jalannya pemilihan Ketua PGRI Kabupaten dapat berjalan sebagaimana mestinya.
            Ditata-tata sedemikina rupa ruangan agar dalam pemilihan ketua nanti si pemilih dapat dengan leluasa menyalurkan hak pilihnya. Setiap Cabang diwalili oleh 4 peserta yang dalam hal ini ada keterwakilan. Seluruh anggota yang ada di cabang  dalam 10 orang maka ada 1 hak suara. Untuk Cabang Kecamatan Pebedilan sendiri mendapatkan 16 hak suara. Karena wakilnya hanya ada 4 maka hak suara ini dirundingkan dahulu dengan pengurus. Jadi dalam satu cabang biasanya suaranya seragam. Karena ini sudah didahului dahulu oleh rapat pleno sebelumnya.
            Satu per satu angggota cabang akhirnya dipanggil untuk memberikan hak suaranya. Proses perhitungan nanti hanya ada satu putaran. Data nama-nama calon pengurus dipilih dari nama-nama yang sudah masuk di panitia. Ada 3 formasi yang harus disii Fi untuk Ketua, F2 Untuk Wakil Ketua dan F3 untuk Sekertaris.
            Menungggu cukup lama akhirnya cabang dari Pabedilan dipangggil. Masuk ke salah satu ruangan khusus untuk memberikan suara. Karena sudah diplot untuk memberikan suara pada si anu dan si anu maka dalam bilik suara yang langsung diisi oleh 4 orang itu tidaklah terlalu lama. Bahkan ketika masih menunggu di ruang tungggu kami sudah memulai mengisi beberapa calon. Sisanya dapat diselesaikan di bilik suara. Kembali lagi ke tempat semula untuk memasukkan suara yang sudah  diisi.
            Plong! Kalau sudah memberikan hak suara. Tinggal menunggu dari peserta  yang belum memberikan suara. Kami melaksanakan sholat ashar terlebih  dahulu sambil menunggu peserta yang lainnya selesai dalam memberikan suara.
                                                                        ***
            Pemilihan Ketua PGRI Kabupaten layaknya pemilihan besar seperti Pemilu. Bayangkan saja pemilihan yang seperti ini sudah masuk sms-sms yang isinya menyudutkan salah satu pihak. Bahkan tak jarang diantara  sms yang masuk malah meminta dukungan agar memilih si anu bukan si anu. Jalur-jalur birokrasi mulai dimanfaatkan. UPTD-UPTD mulai menerima sms yang isinya minta pengawalan agar suara jangan jatuh ke yang lain . Pokoknya pesta demokrasi ala guru ini tak ubahnya dengan demokrasi seperti pemilu. Sungguh menyenangkan dan menegangkan!
            Namanya juga ikut pemilihan pasti ada yang menang dan ada pula yang kalah. Kalah dan menang sudah merupakan hal yang biasa dalam pemilu. Dan ini disadari betul oleh lembaga semacam PGRI. Kumpulan orang-orang intelek yang tentunya sangat mengerti dengan aturan-aturan yang harus dijunjung. Beruntung kalau segala bentuk propaganda itu hanya sebatas dilingkungan saat pemilihan. Setelah diluar diharap semuanya kembali seperti semula. Namanya juga permainan pasti ada akhirnya. Inilah yang harus disadari bersama. Pemilihan hanyalah sebuah sarana untuk  menjalankan suatu mekanisme yang harus ditaati secara bersama untuk menghasilkan suatu kepengurusan kedepan yang tentunya harus lebih baik lagi dari yang sekarang.
            Usai melaksanakan sholat rupanya mulai pada tahap penghitungan suara. Karena jumlah pemilih cukup banyak maka aku  santai saja dulu di musholla. Sambil memperhatikan kira-kira siapa yang bakal memenangkan pertandingan ini . Karena belum selesai maka sulit juga menentukan siapa pemenangnya namun kalau dilihat dari beberapa pendapat maka sudah bisa dipastikan mengerucut pada figur-figur tertentu.
            Penghitungan rupanya sudah memasuki setengah dari suara yang masuk.  Ada 3 kotak suara yang sedang dibacakan hasilnya. Kotak pertama untuk pemilihan Ketua, kotak kedua untuk Wakil Ketua dan kotak ketiga untuk Sekertaris.
            Aku mampir di salah satu kotak yang sedang dihitung. Rupanya kotak yang kedua yang aku pilih. Kotak ini berisi pemilihan Wakil Ketua. Tadinya hanya menyaksikan pemilihan lalu ditunjuk  untuk menjadi salah satu orang yang ikut menyobek kertas suara yang sudah dihitung.
            Bilik 2 untuk F2 akhirnya selesai yang paling pertama. Untuk F1 dan F3 masih sedang berlangsung. Penemangnya adalah Drs. Edin Suhaedin, M.M. Langsung mendapatkan aplaus dari peserta yang ikut menyaksikan jalannya penghitungan. Panitila lalu melaporkannya lagi pada pimpinan sidang setelah mengetahui hasilnya. Tugasku menyobek kertas suara yang sudah dihitung akhirnya selesai sudah. Tinggal ikut menyaksikan penghitungan di bilik 1 dan bilik 3 yang juga sedang dilangsungkan.
            Bilik 1 yang paling banyak diikuti  penghitungannya dari peserta sidang. Maklumlah untuk F 1 ini memang sangat prestisius. Kalau bisa menduduki F.1 setidaknya bisa mengangkat nama orang yang bersangkutan. Pada pertengahan penghitungan lalu terdengar teriakan orang-orang yang menyebut nama salah seorang kandidat.
            “Hidup Ayah”
            “Hidup Dadang Ayah!”
Rupanya orang yang dimaksud adalah salah satu kandidat yang dalam penghitungan suara ini suaranya sudah melebihi dari separuh suara yang masuk. Ini artinya sudah bisa dipastikan  kalau yang bersangkutan adalah nama pemenangnya.
            Bilik 3 yang akhirnya menyelesiakan penghitungan yang terakhir. Muncul nama Iri dan Sutanto Habsi yang menjadi pengurus. Dari ke-4 orang inilah yang lalu akan membentuk kepengurusan 5 tahun kedepan. Berhubung hari sudah sore maka oleh panitia yang dari Bandung keempat orang yang terpilih sebagai formatur ini diberi tugas untuk menyusun kepengurusan 5 tahun kedepan.
            Usai sudah perhelatan yang memakan waktu yang cukup lama. Seperti inilah yang namanya demokrasi. Demokrasi ala guru. Tidak ada ribut-ribut yang tidak perlu, semuanya berakhir dengan suatu ketenangan. Kalau tadi sebelum pemilihan ada suara begini dan begitu namun setelah pemilihan selesai semuanya berakhir dengan suatu kegembiraan. Suatu ketenangan, suatu tahapan dimana proses demokrasi telah dilaksanakan dengan baik.
            Selamat untuk mereka yang terpilih. Tantangan sudah menunggu di depan bagaimana PGRI ini akan dibawa. Mudah-mudahan PGRI sebagai organisasi profesi terbesar bisa membawa anggotanya lebih maju lagi, lebih bisa mensejahterakan anggotanya. Selamat berjuang!

                                                                                                                Cirebon, 31 Oktober 2012

Tidak ada komentar:

Posting Komentar